Beato Andreas Yi Jae-haeng

Beato Andreas Yi Jae­-haeng (Sumber: koreanmartyrs.or.kr)

Beato Andreas Yi Jae­-haeng (Sumber: koreanmartyrs.or.kr)

Profil Singkat

  • Tahun lahir: 1776
  • Tempat Lahir: Hongju, Chungcheong-do
  • Gender: Pria
  • Posisi/Status: Umat awam
  • Usia: 63 tahun
  • Tanggal Kemartiran:  26 Mei 1839
  • Tempat Kemartiran: Daegu, Gyeongsang-do
  • Cara Kemartiran: Dipenggal

Andreas Yi Jae-haeng juga dipanggil dengan nama ‘Jong-il’ dia lahir di Hongju, Chungcheong-do. Dia mempelajari Katekismus ketika usianya lebih dari 20 tahun kemudian dia menjadi seorang Katolik. Dia adalah seseorang yang selalu berbuat baik dan murah hati dan dia dihormati oleh banyak orang. Sebagai seorang umat beriman dia berkomitmen pada dirinya sendiri untuk menjalankan ajaran Gereja dengan setia. Dia menyadari bahwa dia tidak dapat menjalankan agamanya dengan bebas di kampung halamannya, sehingga dia tingga di tempat yang terpencil di daerah pegunungan, di sana dia menjalani kehidupan yang tersembunyi.

Andreas Yi sering berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dia menjadi sangat miskin. Cintanya kepada Tuhan menjiwai dia untuk menunjukkan semangat bertahan dan beramal. Dia membimbing keluarganya kepada kehidupan beriman yang sebenarnya dan melaksanakan sebuah hidup yang berbeda dengan melakukan doa, membaca, melakukan kebajikan dan ketekunan.

Ketika Penganiayaan Jeonghae terjadi pada tahun 1827, Andreas Yi berkumpul bersama dengan seluruh keluarganya dan mempersiapkan mereka untuk kemartiran berdasarkan kehendak Tuhan. Ketika mereka tinggal di Gomjigi di Sunheung, Gyeongsang-do (sekarang, Ojeon-ri, Mulya-myeon, Bonghwa-gun, Gyeongbuk), polisi menyerbu rumah mereka untuk menangkap dia. Dia dengan rela mengikuti mereka ke Andong.

Hakim dari Andong yang memastikan bahwa Andreas Yi adalah seorang Katolik, memerintahkan agar dia dihukum berat  dan dia diminta untuk menyangkal agamanya. Namun, Andreas Yi menolak dengan tekadnya yang bulat sambil berkata:

“Tuhan adalah Pencipta seluruh semesta. Dia adalah Bapa Yang Mahatinggi yang memelihara seluruh umat manusia. Dialah yang menganugerahkan kebajikan dan menghukum kejahatan. Setiap diri kita masing-masing memiliki tugas untuk melayani Dia dan menyembah-Nya. Sehingga saya sendiri melayani dan menyembah-Nya”

Setelah interogasi dan siksaan yeng berulang-ulang, Andreas Yi dipindahkan ke Daegu. Di Daegu, sekali lagi dia diminta untuk mengkhianati Tuhan. Namun kekuatannya tidak pernah melemah. Gubernur membujuk dia terus menerus dengan kata-kata yang manis, namun dia tidak pernah mengubah pikirannya.

Kemudian Andreas Yi  dijatuhi hukuman mati bersama umat Katolik lainnya. Dia dipenjarakan selama dua belas tahun dalam kondisi yang mengerikan dan dia sangat menderita. Ketika Penganiayaan Gihae terjadi pada tahun 1839, kepala petugas menginterogasi dia lagi untuk memaksa dia untuk mengkhianati Tuhan. Berikut ini adalah kutipan dari surat hukuman mati yang dilaporkan Departemen Hukum kepada raja:

“Yi Jae-haeng mempelajari dan menjalankan ajaran Katolik untuk beberapa tahun. Dia tidak pernah menyesalinya, walaupun hidupnya dalam bahaya. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk menghukumnya berdasarkan hukum nasional.”

Umat Katolik yang dipenjarakan di Daegu pada saat itu adalah Andreas Yi Jae-haeng, Andreas Kim Sa-geon, dan Andreas Pak Sa-ui. Ketika mereka mendengar berita bahwa raja mengizinkan untuk melakukan eksekusi, mereka bersukacita. Mereka membagi-bagikan pakaian dan barang kepunyaan mereka kepada tahanan lainnya.

Andreas Yi dibawa ke tempat eksekusi pada tanggal 26 Mei 1839 (14 April pada penanggalan Lunar). Dia dipenggal dan meninggal sebagai martir bersama dengan teman-temannya. Para tahanan dan sipir penjara yang melihat kemartiran mereka bersimpati yang besar kepada mereka karena mereka adalah orang-orang baik. Pada saat itu Andreas Yi berusia 63 tahun.

Polisi mengurus jenazah mereka dan memakamkannya dengan hormat. Umat Katolik mengingat martir-martir itu dengan rasa hormat dan kasih sayang yang besar untuk waktu yang lama.

Sumber: koreanmartyrs.or.kr

Advertisement

Posted on 17 April 2015, in Orang Kudus and tagged , , . Bookmark the permalink. 3 Comments.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: