[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Andreas Pak Sa-ui
Profil Singkat
- Tahun lahir: 1792
- Tempat Lahir: Hongju, Chungcheong-do
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Keluarga kelas bangsawan
- Usia: 47 tahun
- Tanggal Kemartiran: 26 Mei 1839
- Tempat Kemartiran: Daegu, Gyeongsang-do
- Cara Kemartiran: Dipenggal
Andreas Pak Sa-ui juga dipanggil dengan nama ‘Sasim’, dia adalah putra dari Paulus Pak Gyeong-hwa yang menjadi martir pada tahun 1827 di Daegu. Andreas Pak lahir di Hongju, Chungcheong-do di keluarga bangsawan. Nama dewasa dia adalah ‘Sa-ui’.
Ketika Andreas Pak lahir, ayahnya sudah menjadi seorang Katolik, sehingga ketika dia bertambah besar dia tumbuh dalam keluarga Kristiani. Imannya kepada Tuhan semakin dalam ketika dia semakin dewasa. Teladan hidupnya sangat jelas sehingga menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Dia seorang anak yang berbakti dan tetangganya menghormati dia.
Dia pindah bersama keluarganya ke Gamagi di Danyang, Chungcheong-do. Tak lama setelah dia menetap di sana, pengabdian, sikap bakti kepada orang tua, dan amal kasihnya dikenal oleh banyak orang. Keluarganya menjadi miskin karena mereka menyerahkan seluruh kekayaannya ketika mereka meninggalkan kampung halamannya. Namun demikian, mereka memberikan keramahan kepada semua umat Katolik yang mengunjungi mereka.
Ketika Penganiayaan Jeonghae terjadi pada tahun 1827, Andreas Pak pindah bersama keluarganya ke Meongmok di Sangju, Gyeongsang-do. Pada akhir bulan April tahun tersebut, keluarga dan umat Katolik ditangkap ketika mereka merayakan Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus.
Dia dibawa ke Sangju di mana dia menunjukkan kesabaran dan keberanian yang besar, sama seperti yang ayahnya telah lakukan. Walaupun ancaman dan siksaan, dia menyatakan imannya kepada Tuhan. Dia kemudian dipindahkan ke Daegu di mana dia menahan seluruh hukuman berat dengan imannya yang mendalam. Penderitaan terbesarnya adalah ketika dia melihat ayahnya yang sudah tua, berangsur-angsur kehilangan kekuatannya. Dia meminta kepada kepala petugas agar memperbolehkan dia untuk mengurus ayahnya yang sakit. Tergerak oleh baktinya kepada orang tua, kepala petugas memperbolehkan dia untuk tinggal di sel yang sama dengan ayahnya. Sikap baktinya kepada orang tua yang dia tunjukkan kepada ayahnya di penjara membuat setiap orang terkesan.
Andreas Pak menahan seluruh penderitaan dan kesakitan dari hukuman itu dengan keberanian dan iman yang mendalam. Ayahnya yang terlalu tua untuk menahan kesulitan meninggal sebagai martir di penjara pada bulan September 1827.
Walaupun Gubernur Daegu menyatakan hukuman mati bagi Andreas Pak dan teman-temannya, istana tidak memerintahkan untuk melakukan eksekusi. Akibatnya, mereka menghabiskan waktu selama dua belas tahun di penjara. Ketika Penganiayaan Gihae terjadi pada tahun 1839, penganiaya menginterogasi dan menyiksa mereka lagi dalam upaya memaksa mereka untuk mengkhianati agama mereka. Berikut ini adalah kutipan dari surat hukuma mati yang diserahkan oleh gubernur kepada raja:
“Pak Sa-ui mempelajari doktrin Katolik dan percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hati. Sehingga kami ingin mengeksekusi dia berdasarkan hukum nasional.”
Umat Katolik lainnya yang dipenjarakan pada saat itu adalah Andreas Pak Sa-ui, Andreas Kim Sa-geon, dan Andreas Yi Jae-haeng. Ketika mereka mendengar berita bahwa raja akhirnya memerintahkan untuk melakukan eksekusi, mereka bersukacita. Mereka membagi-bagikan pakaian dan barang kepunyaan mereka kepada tahanan lainnya.
Pada tanggal 26 Mei 1839 (14 April pada penanggalan Lunar), Andreas Pak dibawa ke tempat eksekusi bersama dengan umat beriman lainnya. Mereka dipenggal dan meninggal sebagai martir. Andreas Pak pada saat itu berusia 47 tahun.
Para tahanan dan sipir penjara merasa sedih karena kematian ketiga martir ini karena mereka menunjukkan teladan yang luar biasa. Polisi mengambil jenazah mereka dan memakamkan mereka dengan sangat hormat. Umat beriman mengingat mereka dengan rasa hormat untuk waktu yang lama.
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 19 April 2015, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 4 Comments.
Pingback: Beato Andreas Kim Sa-geon | Terang Iman
Pingback: Beato Andreas Yi Jae-haeng | Terang Iman
Pingback: Beato Ambrosius Kim Se-bak | Terang Iman
Pingback: Beato Paulus Pak Gyeong-hwa | Terang Iman