[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Matias Pak Sang-geun
Profil Singkat
- Tahun lahir: 1837
- Tempat Lahir: Mungyeong, Gyeongsang-do
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Pejabat rendah dari keluarga kelas menengah
- Usia: 30 tahun
- Tanggal Kemartiran: Januari 1867
- Tempat Kemartiran: Sangju, Gyeongsang-do
- Cara Kemartiran: Digantung
Matias Pak Sang-geun adalah seorang pejabat rendah di kota provinsi Mungyeong, Gyeongsang-do. Dia menerima iman Katolik di usia pertengahan dan dia menjadi seorang Katolik. Sejak saat itu, dia mengamati ajaran Katolik dengan setia. Dia bekerja di kantor pemerintahan, sehingga dia dapat membantu umat Katolik yang dalam kesulitan.
Matias Pak mengajarkan Katekismus dengan bersemangat kepada bibinya Maria Hong, juga kerabat dan tetangganya. Selain itu, setiap kali dia mendengar kabar seorang anak bukan Katolik dalam bahaya maut, dia membaptis mereka. Dia sendiri diberkati dengan dibaptis oleh Pastor N. Calais.
Ketika Penganiayaan Byeongin terjadi pada tahun 1866, pada pertengahan bulan Maret, Matias Pak pergi untuk membeli millet yang sudah dikuliti (sejenis biji-bijian kecil) di Hansil (sekarang, Seongnae-ri, Maseong-myeon, Mungyeong-si, Gyeongbuk), di mana Pastor Calais bersembunyi, dan dia membawa imam itu dan menyembunyikan dia ke rumahnya di Mungyeon.
Tiga hari kemudian, Matias Pak kembali ke Hansil bersama dengan Pastor Calais untuk mencari tempat baru untuk menyembunyikan dia. Ketika mereka puncak bukit, Pastor Calais melihat ke bawah ke Hansil, dia meminta Matias Pak untuk pulang. Pastor Calais membuat permintaan ini karena dia tidak ingin membuat Matias Pak berada dalam bahaya. Namun Matias Pak berkata sambil menangis:
“Pastor, bagaimana dapat saya meninggalkan Anda sendirian? Jika Hansil diserang, ke mana Anda akan pergi? Bukankah Anda tidak memiliki tempat untuk bersembunyi? Oleh karena itu, saya tidak dapat meninggalkan Anda sendirian dan pulang ke rumah. Saya akan pergi bersama Anda. Jika Anda harus mati di sana, maka saya akan mengikuti Anda dengan rela.”
Matias Pak menerima perintah dari Pastor Calais, dan kemudian mereka berpisah. Setelah dia pulang ke rumah, dia ditangkap bersama dengan bibinya Maria dan juga kerabatnya Magdalena Pak, kemudian mereka dibawa ke Sangju. Tak lama setelah mereka tiba di Sangju, hakim menginterogasi dan menyiksa dia untuk memaksa dia untuk mengkhianati Tuhan. Namun dia menyatakan imannya dengan tekadnya yang bulat dan berkata, “Saya percaya akan Tuhan.” Dia tidak menyerah dari ancaman atau hukuman apapun.
Di penjara Sangju, banyak umat Katolik yang ditangkap dari sekitar wilayah Mungyeong. Dia menguatkan mereka dengan berkata, “Mari kita mengikuti ajaran Tuhan.” Banyak umat beriman memutuskan untuk mati bagi Tuhan berkat penguatan dan doa dari Matias Pak. Pada bulan Januari 1867 (Desember 1866 pada penanggalan Lunar), Matias Pak digantung di penjara berdasarkan perintah hakim, dan dia meninggal sebagai martir. Pada waktu itu berusia 30 tahun.
Matias Pak membuat tanda salib dan memanggil Yesus dan Maria sebelum dia digantung. Keluarganya datang untuk mengambil jenazahnya dan memakamkan dia di kampung halamannya.
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 31 May 2015, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0