3 Ayat Pembuktian yang Tidak Bisa untuk Membuktikan Sola Scriptura

Oleh Scott Eric Alt

Kitab Suci (Sumber: epicpew.com)

Kitab Suci (Sumber: epicpew.com)

Dalam perbincangan dengan umat Protestan, pembahasan tentang sola scriptura hampir selalu terjadi. Menurut mereka yang berusaha meyakinkan ide ini, Alkitab itu terdapat 66 kitab bukannya 73 kitab, dan Alkitab adalah satu-satunya hukum yang tidak dapat salah dalam iman dan praktik bagi Gereja. Apapun yang tidak spesifik berada dalam Alkitab, ataupun secara logika berbeda dari Alkitab, tidak mengikat bagi umat Kristiani.

Sebenarnya ide ini dengan sendirinya ditolak ketika ditanyakan pertanyaan sederhana ini: “Di mana sola scriptura berada dalam Alkitab? Jika tidak dapat ditemukan dalam Alkitab, maka ajaran itu dengan sendirinya ditolak:

Apapun yang tidak ada dalam Alkitab tidak mengikat bagi umat Kristiani >>Sola scriptura tidak ada dalam Alkitab >> Jadi, sola scriptura tidak mengikat bagi umat Kristiani.

Bagaimanapun, umat Protestan mempercayainya dan memiliki bukti tertulis yang sering mereka gunakan untuk memberikan dasar-dasar sola scriptura. Berikut ini tiga ayatnya, dan mengapa ayat-ayat itu justru tidak membuktikan ajaran sola scriptura.

2 Timotius 3: 16-17

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”

Permasalahan menggunakan ayat di atas sebagai bukti tertulis yang tidak seorang Katolik pun dapat menyangkal bahwa semua tulisan itu diinspirasikan oleh Allah. Itu bukan pertanyaannya. Pertanyaannya adalah apakah hanya tulisan (kitab suci) saja yang diinspirasikan oleh Allah. Bagi seorang Protestan yang mengutip ayat ini, kenyataannya mereka sedang meminta pertanyaan.

Kisah Para Rasul 17:11

“Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.”

Ayat ini lebih sulit untuk dijawab. Seorang Protestan ingin menyatakan bahwa Kitab Suci disajikan sebagai satu-satunya standar untuk membuktikan teks ini. Namun demikian terdapat dua masalah utama.

Pertama, “Kitab Suci” yang dimaksud adalah Perjanjian Lama saja, dan jika -kemungkinan- orang-orang Berea menggunakan Septuaginta, yang mana kanon itu termasuk kitab-kitab Deuterokanonika yang sekarang ditolak oleh umat Protestan.

Kedua, permasalahan “semuanya itu”, yang dicari kebenarannya oleh orang-orang Berea dalam Kitab Suci, adalah ajaran-ajaran para rasul bahwa Yesus adalah penggenapan nubuat dalam Perjanjian Lama. Jadi, Kitab Suci secara langsung relevan dengan pertanyaan yang ditanyakan. Di mana lagi mereka dapat menyelidiki selain dari Perjanjian Lama? Hal ini tidak membuktikan bahwa tidak ada aturan iman lainnya, hanya bahwa aturan iman (Perjanjian Lama red.) ini adalah satu-satunya yang relevan dengan pertanyaan yang ada.

Markus 7:13

“Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”

Umat Protestan menafsirkan ayat ini sebagai sebuah keseluruhan kecaman terhadap semua tradisi, bahwa tradisi itu bertentangan dengan “Firman Allah,” sehingga artinya hanya Alkitab saja.

Perkataan ini dikatakan oleh Yesus, dan perkataan itu terjadi pada kesimpulan kecaman-Nya terhadap hukum Korban. Hukum Korban menjadi celah yang ditemukan oleh orang-orang Farisi dalam perintah menghormati ayah dan ibumu, antara lain merawat mereka di usia tua mereka. Dengan menentukan bagian dalam pendapatan seseorang sebagai harta Bait Allah, mereka bisa menghindari kewajiban ini (perintah menghormati orang tua).

Hal yang penting untuk diperhatikan di sini bahwa Yesus tidak mengutuk tradisi seperti itu, hanya suatu tradisi tertentu yang dikembangkan secara spesifik dalam rangka menghindari sebuah perintah. Yakni, tradisi yang bertentangan dengan Kitab Suci.

Namun, ajaran Katolik tentang tradisi, adalah tradisi yang tidak bertentangan dengan Kitab Suci, tetapi menjadi tambahan bagi Kitab Suci. Bagi umat Protestan, dengan mengutip bahwa hukum korban untuk menghindari sifat dasar manusia menjadi perdebatan antara sola scriptura dan tradisi.

Jika suatu tradisi ditemukan bertentangan dengan Kitab Suci, maka umat Katolik dibenarkan untuk tidak melakukannya. Namun jika tradisi sebagai hanya sebagai tambahan untuk Kitab Suci, maka pengecaman Kristus tentang hukum korban menjadi tidak ada hubungannya.

Sumber: epicpew.com

Advertisement

Posted on 4 June 2016, in Apologetika and tagged , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: