[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Santo Sebastianus Nam I-gwan

Sebastianus Nam I-gwan (Sumber: cbck.or.kr)
Sebastianus Nam I-gwan (1780-1839) lahir dari keluarga bangsawan. Kedua orang tuanya menjadi Katolik pada akhir abad ke 18. Ibunya meninggal ketika ia masih kecil. Ayahnya ditangkap pada tahun 1801 dan meninggal di pengasingan. Pada saat itu, Sebastianus berusia sekitar 20 tahun. Ketika ia berada di pengasingan di Danseong, Provinsi Gyeongsang, ia menikah. Ia belum dibaptis, dan ia hanya mengucapkan doa Bapa Kami dan Salam Maria. Karena ia tidak mempunyai anak, ia mengambil seorang selir, tanpa mengetahui bahwa perbuatan itu salah. Pada usia 40 tahun, ia sakit parah, ia dibaptis dan menyuruh selirnya pergi. Beberapa tahun kemudian, ia dibebaskan dari pengasingan dan pergi menuju Uiju bersama dengan Paulus Chong Ha-sang dan teman-temannya, mereka berusaha untuk membawa seorang imam dari Tiongkok yaitu Pastor Yu. Kemudian Sebastianus menjadi asisten Pastor Yu dan memperbolehkan pastor itu tinggal di rumahnya.
Pada awal penganiayaan, Katekis Sebastianus meninggalkan Seoul dan pergi ke wilayah pedesaan karena alasan yang tidak diketahui. Berdasarkan para saksi mata, ia terlalu mudah dikenali jika harus menghindari penangkapan. Ia mempersiapkan diri dengan berdoa untuk menghadapi hukuman penjara. Ia ditangkap di Icheon, Provinsi Gyeonggi. Seorang yang murtad melaporkan kepada polisi mengenai tempat persembunyiannya dan kemudian sekelompok polisi berusaha untuk menangkapnya. Kepala polisi menyiksanya dan meminta supaya ia meninggalkan agamanya, namun Sebastianus tidak bergeming. Ia dipelintir dan dipukuli dalam tiga kali interogasi yang berbeda.
Tepat sebelum ia dikeluarkan untuk dieksekusi, ia meminta kepada salah seorang penjaga penjara wanita untuk mengatakan kepada istrinya bahwa iia akan lebih dahulu pergi dan menunggu istrinya di Surga. Sebastianus dipenggal bersama dengan delapan orang umat Katolik di luar Pintu Gerbang Kecil Barat pada tanggal 26 September 1839. Ia menjadi martir ketika ia berusia 60 tahun.
Sumber: cbck.or.kr
Posted on 9 June 2016, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 2 Comments.
Pingback: Santa Barbara Cho Chung-i | Terang Iman
Pingback: Beata Teresia Kwon Cheon-rye | Terang Iman