Siapa Takut Sakit Hati

Oleh Katherine DeCoste

Sumber: theyoungcatholicwoman.com

Kita semua pernah mengalami perasaan itu. Sesak dalam dada, mengganjal dalam tenggorokan, dan air mata menetes dari mata kita. Kita merasa sedih, kecewa dan ditolak.

Mungkin kita merasa tergoda untuk berpikir, “Saya tidak akan pernah menempatkan diri saya sendiri dalam situasi seperti itu lagi,” “Saya tidak ingin disakiti lagi,” “Tidak pantas saya mengalaminya.”

Hati yang rapuh itu berbahaya! Jika kita membuka diri kita sendiri, dalam suatu pertemanan, hubungan baru, masuk dalam pelayanan atau tempat kerja, kita berisiko untuk dikecewakan. Kadang-kadang, rasanya tidak ada gunanya melukai hati kita sendiri. Bukankah lebih aman dan lebih mudah untuk menutup hati kita dan kita tidak akan pernah terluka lagi?

Belum lama ini, saya berada dalam situasi yang hampir sama seperti itu. Sama membuka hati saya, hanya untuk merasa terluka. Saya bertanya-tanya, mengapa Allah membiarkan saya untuk mengalami perasaan yang tidak menyenangkan ini. Saya pikir akan lebih aman untuk menutup hati saya.

C. S. Lewis memberi tahu kita demikian, “Mencintai itu sama sekali untuk membuat hati menjadi rapuh. Mencintai apa saja, dan hati Anda akan tersayat dan mungkin saja patah hati. Jika Anda ingin memastikan hati Anda tetap utuh, Anda jangan pernah memberikannya kepada siapapun, bahkan kepada seekor binatang pun. Bungkuslah hati Anda dengan hati-hati dengan hobi dan sedikit kemewahan, dan hindarilah semua keterikatan. Kuncilah hati Anda dalam peti mati keegiosan Anda. Namun dalam peti mati itu, hati Anda akan aman, gelap, tidak bergerak, pengap, dan hati Anda akan berubah. Hati Anda tidak akan hancur: tidak bisa hancur, tidak bisa ditembus, dan tidak bisa dipulihkan.”

  • Hati yang rapuh seperti Kristus

Mencintai itu sama sekali untuk membuat hati menjadi rapuh. Mencintai dan hidup seperti yang Kristus lakukan, kita harus mau melangkah. Kita harus membuka hati kita

Yesus tidak meminta kita untuk sengaja menyakiti diri kita sendiri. Jika Anda sedang mengalami kekerasan dan penganiayaan dalam suatu hubungan. Dia tidak memanggil Anda untuk terus menempatkan diri Anda dalam situasi tersebut. Janganlah mengungkapkan isi hati kepada seorang teman yang dikenal sebagai penyebar gosip.

Tapi … mungkin juga ada seseorang yang ingin Anda ajak curhat, namun terhenti karena harga diri Anda. Mungkin Anda berkesempatan untuk membagikan talenta Anda dalam pelayanan, namun Anda ragu-ragu kerena takut merasa tidak baik dalam hal itu. Mungkin Allah mengundang Anda ke dalam hubungan yang lebih dalam dengan seseorang, namun luka batin masa lalu menghentikan Anda untuk mengawalinya.

Kristus menjadikan hati-Nya sendiri menjadi rentan bagi kita. Lihatlah Salib! Itulah gambaran utama dari kerapuhan hati, gambaran utama kasih. Jika kita ingin seperti Dia, kita harus meniru kerapuhan hati-Nya. Kita harus menyerahkan hidup kita. Bagaimana kita bisa melakukannya jika kita terus menerus khawatir akan terluka?

  • Hati yang rapuh bagi Kristus

Yesus Kristus memanggil kita ke dalam suatu hubungan dengan Dia. Apakah kita sudah sepenuhnya memasuki hubungan ini? Atau apakah kita menahan diri, menyembunyikan hati kita dari Dia yang mengasihi kita karena takut?

Seringkali saya berpikir kepada diri saya sendiri, “Saya tidak bisa memberikan hidup saya kepada Yesus. Dia akan mengambil sesuatu dari saya: hubungan ini, kenyamanan itu, tujuan ini dan ambisi itu.” Namun Dia bukanlah Allah yang suka mengambil sesuatu. Dia sudah terlebuh dahulu memberikan segalanya di Salib dan saat Ekaristi.

Dia meminta supaya kita masing-masing merapuhkan diri bersama Dia dalam doa.

Pada awalnya mungkin tidak mungkin. Namun Dia mendengarkan. Dia mengenal hati kita. Katakan pada-Nya kalau Anda takut membuka diri pada-Nya. Berbagilah dengan-Nya, perasaan tidak aman, perasaan sakit hati dan kegelisahan Anda. Persembahkanlah hidup Anda, mintalah Dia untuk membantu Anda mempersembahkannya, hari demi hari, jam demi jam, momen demi momen.

  • Hati yang rapuh bersama Kristus

Dengan memberi banyak sekali dari diri kita. Kita dapat merasakan kelelahan, baik secara mental maupun emosional. Ada bisikan yang muncul dari dalam hati kita yang membisikan bahwa lebih mudah untuk mengunci hati kita dan menghindari risiko sakit hati atau penolakan.

Namun kita tidak sendiri, Yesus berjalan bersama kita.

Dia juga mengalami rasa sakit dan penolakan. Temen-teman paling dekatnya mengabaikan Dia dan orang banyak yang Dia selamatkan justru menyalibkan Dia. Dia juga mengalami kedukaan dan patah hati. Dia menangis saat teman-Nya yaitu Lazarus meninggal, Dia menangis untuk sakit hati kita juga. Dia tahu. Dia juga merasakan semuanya.

Itulah mengapa Dia datang ke dunia! Untuk secara intim merasakan kehidupan dan penderitaan manusia yang unik. Kita tidak memiliki Allah yang jauh, yang mengamati kita dari jauh. Kita memiliki Allah yang bersatu dengan kita.

Hati yang rapuh kadangkali membawa kita menuju penderitaan dan sakit hati. Persembahkanlah sakit hati itu kepada Yesus Kristus. Pakukanlah ke Salib. Dia akan mengubahnya dan membuatnya menjadi penebusan.

Bersukurlah karena kita mempunyai hati yang rapuh! Hati yang rapuh adalah hati intuk membangun hubungan, hati untuk memberi dan mencintai. Itulah kunci untuk menjalani hidup di dalam dan bersama Kristus. Dengan membuka hati kita kepada Dia dan kepada orang-orang yang Dia tempatkan dalam hidup kita, kita memberikan ruang bagi Roh Kudus untuk bekerja dalam diri kita dan melalui kita untuk mendatangkan kemuliaan Allah.

Sumber: “To Have A Vulnerable Heart”

Advertisement

Posted on 18 July 2018, in Keluarga and tagged , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: