Mitos dan Fakta Colombus

Oleh Steve Weidenkopf

Landing of Columbus karya John Vanderlyn (Sumber: wikimedia.org)

Mitos populer menyatakan bahwa Christopher Colombus adalah simbol dari kerakusan Eropa dan imperialisme genosida. Kenyataanya, dia seorang Kristen yang berdedikasi, yang mengutamakan pelayanan kepada Allah dan sesamanya.

Dengan mengintip ke masa depan, Colombus (1451-1506) tidak mungkin mengantisipasi perasaan tidak tahu terima kasih dan penghinaan yang langsung ditunjukkan manusia modern terhadap penemuan dan penjelajahannya di Dunia Baru. Hanya sedikit orang yang memandangnya dengan apa adanya: seorang Katolik yang saleh yang peduli akan keselamatan kekal penduduk asli yang dia temui. Sebaliknya, sudah menjadi kebiasaan untuk memfitnah dia sebagai seorang yang sengaja melakukan genosida, atau simbol imperialisme Eropa[1], pembawa kehancuran, penyebab perbudakan, dan pembawa maut bagi penduduk Amerika yang bahagia dan makmur[2].

Di Amerika Serikat, kritik pedas yang langsung ditujukan kepada Colombus menghasilkan aksi protes tahunan setiap Colombus Day. Beberapa pihak ingin menghapus hari libur itu sebagai hari libur negara, dan beberapa kota sudah menolaknya dan merayakannya sebagai “Indigenous Peoples Day.”[3]

Gerakan ini menyebut bahwa Colombus adalah seorang maniak genosida dan menghapus semua ingatan atas pencapaiannya yang luar biasa, dan hal ini berasal dari mitos keliru tentang seorang manusia pada masanya.

Apa yang disebut sebagai Zaman Penjelajahan dimulai oleh Pangeran Henry Sang Navigator dari Portugal (1394-1460). Pangeran Henry dan para pelautnya meresmikan zaman penjelajahan luar biasa untuk menemukan tanah baru dan jalur pelayaran untuk impor dan ekspor barang, termasuk barang konsumsi yang belum pernah dilihat di Eropa. Upaya mereka juga menciptakan kompetisi yang sengit di antara negara-negara pelayaran Eropa, masing-masing berusaha saling mengalahkan dalam menemukan rute perdagangan baru yang lebih efisien. Ke dalam dunia yang berinovasi, eksplorasi, dan kompetisi ekonomi inilah Cristopher Colombus dilahirkan.

Colombus berasal dari Genoa sebuah negara kota di Italia, dia menjadi pelaut pada usia 14 tahun. Dia mempelajari pelayaran perdagangan bahari di kapal-kapal pedagang Genoa dan menjadi seorang navigator ulung. Pada tahun 1477, dalam pelayaran jarak jauh melalui Islandia, Colombus mempelajari tentang arus Atlantik yang kuat yang mengalir ke timur dan dia yakin suatu perjalanan melintasi samudera bisa dilakukan karena arus laut akan membawa pulang kapal[4]. Maka Colombus merumuskan rencana menuju ke timur dengan berlayar ke barat. Dia tahu upaya ambisius seperti itu membutuhkan dukungan kerajaan, dan pada bulan Mei 1486 dia berhasil mengamankan dukungan kerajaan dengan Raja Fernando dan Ratu Isabel dari Spanyol, yang pada waktunya akan memberikan semua yang dibutuhkan Colombus untuk pelayarannya.

Pada tanggal 3 Agustus 1492, Colombus berangkat dari Spanyol dengan 90 orang dalam tiga perahu, Nina, Pinta, dan Santa Maria[5]. Setelah 33 hari di lautan, armada Colombus melihat daratan (kepulauan Bahama), yang dia klaim atas nama raja-raja Spanyol. Para pencela Colombus pada zaman ini memandang peristiwa itu sebagai penaklukan oleh kerajaan. Namun yang sebenarnya bukan demikian, hal itu hanyalah tanda bagi negara-negara Eropa lainnya bahwa mereka tidak dapat mendirikan pos-pos perdagangan yang dimiliki Spanyol[6].

Dalam pelayaran perdana ini, Colombus juga mencapai pulau-pulau Kuba dan Hispaniola. Dia tinggal selama 4 bulan di Dunia Baru dan pulang kembali pada tanggal 15 Maret 1493 dengan sambutan meriah. Sayangnya, kapal Santa Maria karam di Hispanolia sehingga terpaksa harus meninggalkan 42 awak kapal di sana, mereka diperintahkan untuk memperlakukan penduduk asli dengan baik, terutama untuk menghormati kaum wanita[7]. Sayangnya, ketika Colombus menemukan apa yang terjadi di sana pada pelayarannya yang kedua, perintahnya tidak mereka perhatikan.

Colombus melakukan empat kali pelayaran ke Dunia Baru, dan setiap pelayaran menghasilkan penemuan dan petualangannya masing-masing. Pelayarannya yang kedua melibatkan lebih banyak awak kapal dibandingkan pelayaran yang pertama, dan juga beberapa wajah baru seperti Ponce de León, yang menjadi terkenal sebagai seorang penjelajah. Dalam pelayaran kedua ini, Colombus dan awak kapalnya harus menghadapi suku Karib yang ganas, mereka kanibal, mempraktikan sodomi, melakukan pengebirian terhadap anak laki-laki yang ditangkap dari suku tetangga. Colombus mengenal tawanan suku Karib sebagai bagian dari suku yang damai, seperti yang dia temui pada pelayarannya yang pertama, dia menyelamatkannya dan memulangkan mereka[8]. Pada pelayaran ini termasuk pemberhentiannya di Pueto Rico dan Kepulauan Virgin.

Bagi Colombus, pelayaran yang ketiga adalah yang paling sulit, karena dia ditangkap dengan tuduhan salah kelola kongsi dagang Spanyol di Dunia Baru dan Colombus kembali ke Spanyol dengan dirantai (meskipun kemudian dia dibebasakan sepenuhnya). Pelayaran keempat Colombus dan yang menjadi pelayarannya yang terakhir, berlangsung pada tahun 1502-1504, bersama dengan putranya Fernando yang bergabung bersama awak kapal. Penyebrangan Samudra Atlantik yang paling cepat berlangsung selama 16 hari. Ekspedisi itu juga mengunjungi beberapa wilayah seperti Honduras, Nikaragua, Kosta Rika, dan terdampar dalam waktu yang lama di Jamaika.

Sebagian besar tulisan mengenai pelayaran Colombus salah kaprah mengenai motifnya yang memusatkan secara sempit terhadap alasan ekonomi dan politik. Namun kenyataannya, motif utama Colombus adalah mencari emas yang cukup untuk membiayai perang salib untuk merebut kembali Yerusalem dari kaum Muslim, sebagaimana dibuktikan dalam surat yang ditulisnya pada bulan Desember 1492 yang ditujukan kepada Raja Fernando dan Ratu Isabel, untuk mendorong mereka untuk “menggunakan semua keuntungan dari kongsi dagang saya untuk menaklukkan Yerusalem[9].” Dalam hal ini, Colombus dipercaya bahwa dia sedang berusaha memenuhi kondisi untuk Kedatangan Kristus yang Kedua. Menjelang akhir hidupnya, Colombus juga menyusun sebuah buku tentang hubungan pembebasan Yerusalem dan Kedatangan Kristus yang Kedua[10].

Colombus menganggap dirinya sendiri sebagai seorang “pembawa Kristus” seperti namanya yang sama dengan St. Christopher (St. Kristoforus)[11]. Ketika pertama kali dia tiba di Hispanolia, kata-kata yang diucapkannya pertama kali kepada para penduduk asli adalah, “Para raja dari Kastila telah mengutus kami bukan untuk menaklukkan kalian, tetapi untuk mengajarkan agama yang benar[12].” Dalam suratnya pada tahun 1502 yang ditujukan kepada Paus Alexander VI (menjabat dari tahun 1492-1503), Colombus memohon kepada Paus untuk mengirimkan misionaris kepada penduduk asli di Dunia Baru sehingga mereka dapat menerima Kristus. Dan dalam surat wasiatnya, Colombus membuktikan keyakinannya akan pentingnya penginjilan dengan mengumpulkan dana untuk mendanai upaya misionaris ke negeri-negeri yang dia temukan[13].

Bertentangan dengan mitos populer, Colombus justru memperlakukan penduduk asli dengan penuh hormat dan persahabatan. Dia terkesan dengan “kemurahan hati, kecerdasan, dan kelihaian” mereka[14]. Dia mencatat dalam catatan hariannya bahwa “di dunia itu tidak ada orang yang lebih baik atau negeri yang lebih baik. Mereka mencintai sesamanya seperti diri mereka sendiri, dan mereka mengucapkkan hal termanis di dunia dan [mereka orang yang] lembut dan selalu tertawa[15]. Colombus meminta supaya awak kapalnya bertukar hadiah dengan para penduduk asli yang mereka temui dan tidak hanya mengambil apa yang diinginkan dengan paksa. Dia menegakan kebijakan ini dengan ketat: dalam pelayarannya yang ketiga pada bulan Agustus 1500, dia menjatuhkan hukuman gantung kepada yang tidak menaati dia dengan melukai penduduk asli[16].

Colombus tidak pernah bermaksud untuk memperbudak penduduk di Dunia Baru. Kenyataannya, dia menganggap orang Indian yang bekerja di pemukiman orang Spanyol di Hispaniola sebagai pegawai kerajaan[17]. Bukti lebih lanjut menyatakan bahwa Colombus tidak berencana untuk bergantung pada kerja paksa, dia memohon kepada kerajaan untuk mengirimkan penambang dari Spanyol untuk menambang emas[18].  Memang tidak diragukan lagi, oleh pengaruh Colombus, para raja Spanyol dalam perintah mereka kepada masyarakat Spanyol mengamanatkan bahwa orang-orang Indian harus diperlakukan “sangat baik dan penuh kasih” dan menuntut supaya tidak melakukan hal yang dapat merugikan mereka[19].

Colombus meninggal dunia pada tanggal 20 Mei 1506.

Catatan kaki:

[1] Carol Delaney, Columbus and the Quest for Jerusalem (New York: Free Press, 2011), xii.

[2] Lihat http://www.transformcolumbusday.org/

[3] Marilia Brocchetto dan Emanuella Grinberg, “Quest to Change Columbus Day to Indigenous Peoples Day Sails Ahead,” CNN.com, 10 Oktober 2016, diakses pada April 7, 2017, http://www.cnn.com/2016/10/09/us/columbus-day-indigenous-peoples-day/.

[4] Para pelaut pada zaman Colombus tidak percaya bahwa bumi itu datar, seperti yang diyakini orang pada umumnya. Namun mereka takut akan kemampuan mereka untuk pulang setelah berlayar melintasi lautan.

[5] Colombus meminta paten kebangsawanan seperti lambang kerajaan, gelar Laksamana Samudera Raya dan Viceroy dan Gubernur dari semua tanah yang ditemukan, ditambah 10 persen pendapatan dari semua perdagangan dari wilayah yang diperoleh. Isabel menyetujui ketentuan-ketentuan ini, dan kedua belah pihak menandatangani Kapitulasi Santa Fe pada tanggal 17 April 1492. Lihat Delaney, Colombus and the Quest for Jerusalem, 68.

[6] Lihat Delaney, Columbus and the Quest for Jerusalem, 92.

[7] Ibid., 109.

[8] Ibid., 130.

[9] Ibid., vii.

[10] Buku itu berjudul Libro de las Profecías or Kitab Nubuat.

[11] Delaney, Columbus and the Quest for Jerusalem, 83.

[12] Daniel-Rops, The Catholic Reformation, vol. 2, 27.

[13] Ibid., 159.

[14] Ibid., 97.

[15] Columbus, Diario, 281. Dikutip dari Delaney, Columbus and the Quest for Jerusalem, 107. Columbus seorang yang terdidik, yang pada waktu itu orag terdidik itu bisa dikatakan langka. Dia mencatat penelitian di Dunia Baru dalam buku hariannya dan catatan pelayaran, pada masa itu menyimpan catatan pelayaran bukanlah praktik yang umum dilakukan.

[16] See Delaney, Columbus and the Quest for Jerusalem, 181.

[17] Ibid., 142.

[18] Ibid., 153.

[19] Lihat Samuel Eliot Morison, trans. and ed., Journals and Other Documents on the Life and Voyages of Christopher Columbus, vol. 1 (New York: Heritage Press, 1963), 204. Dikutip dari Delaney, Columbus and the Quest for Jerusalem, 125-126.

Sumber: “Columbus: the Real Story”

Advertisement

Posted on 12 February 2020, in Tokoh Sejarah Katolik and tagged . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: