Perumpamaan Domba dan Kambing

Oleh Dr. Brant Pitre

The Last Judgment karya Fra Angelico (Sumber: wikipedia.org)

Dalam perumpamaan ini saya akan mencoba membongkarnya dan secara khusus mengaitkannya dengan doktrin Gereja mengenai surga dan neraka, yang merupakan doktrin yang sangat penting dan sentral, dan juga berakar dalam Kitab Suci. Perumpamaan dalam Matius 25:31-46 akan saya letakkan dalam konteks aslinya, berikut ini yang dikatakan Yesus pada akhir pengajaran yang terkenal itu:

“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”

Apa yang sedang dijelaskan di sini? Meskipun kita menyebutnya sebagai perumpamaan, tapi hal ini sedikit berbeda dari beberapa perumpamaan lain dalam Injil Matius. Perumpamaan yang tidak panjang, namun menjadi analogi singkat di mana Yesus membandingkan parousia-Nya dengan padat, yaitu kedatangan-Nya yang kedua kali dalam penghakiman terakhir di akhir zaman, dengan pemisahan domba dan kambing oleh seorang gembala. Maka kalimat pembuka dari perumpamaan ini menjelaskan bahwa itulah konteksnya. Pertama, ketika dituliskan “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya,” di sini Yesus berbicara tentang kedatangan-Nya yang terakhir pada akhir zaman. Kedua, ketika hal ini berbicara tentang semua bangsa yang dikumpulkan di hadapan-Nya, itulah gambaran pengadilan terakhir. Pada waktu pengadilan terakhir, setiap orang yang pernah hidup sejak awal mula sampai akhir zaman akan diadili oleh Tuhan dalam peristiwa yang disebut Gereja sebagai pengadilan umum atau pengadilan terakhir. Jadi Yesus menjelaskan dari sejak semula mengenai apa yang Ia bicarakan dalam perumpamaan ini. Ia menjelaskan tentang kedatangan Anak Manusia pada pengadilan terakhir.

Dalam konteks ini, Yesus menggunakan analogi tentang seorang gembala yang memisahkan domba dan kambing sebagai metafora pemisahan terakhir dari orang-orang benar yang akan mewarisi kehidupan kekal. Sedangkan orang-orang jahat akan memperoleh hukuman kekal. Jadi gambaran ini bukan hanya kebetulan, karena jika Anda melihat domba dan kambing, satu hal yang bisa Anda perhatikan tentang kedua binatang ini adalah kedua binatang itu punya perbedaan, dalam hal ini kepribadiannya. Domba adalah binatang yang jinak dan menurut pada tuannya. Mereka mengikuti gembalanya, mereka mengikuti suaranya, dan domba selalu berkelompok, dan binatang yang jinak. Sedangkan kambing, adalah binatang yang sangat keras kepala (sulit diatur). Maka dengan gambaran ini, Anda sudah bisa memahami perbedaan antara orang benar dan orang jahat. Orang benar adalah yang taat kepada Tuhan, yang patuh kepada kehendak Allah. Orang jahat yang digambarkan dengan kambing, adalah mereka yang sombong, yang keras kepala, dan menolak melakukan kehendak Allah. Yesus tidak membuat hal ini ekspilisit, tapi hanya sebagai hal yang tersirat dalam bahasa dan gambaran domba dan kambing. Jadi Ia menempatkan domba di sebelah kanan-Nya dan kambing di sebelah kiri-Nya, kemudian Ia mulai mengumumkan pengadilan.

Jadi pengadilan domba adalah, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” Hal ini menarik. Ada beberapa elemen dalam teks ini. Pertama, keselamatan adalah berkat atau anugerah Allah. Itulah mengapa Ia memanggil mereka sebagai yang “diberkati oleh Bapa-Ku.” Kedua, hal ini dijelaskan dalam istilah mewarisi kerajaan. Maka perhatikan bahwa Yesus sedang mencampurkan metafora. Di sisi lain, Yesus menggunakan suatu penggambaran, sebuah metafora tentang domba, kambing, dan gembala, dan memisahkan mereka. Dalam perumpamaan yang sama, Yesus juga menggunakan metafora raja yang memberikan warisan kepada rakyatnya. Yang dikatakan di sini adalah mereka mewarisi kerajaan Allah, yang dikatakan dalam kalimat “yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” Maka jelas sekali bahwa kerajaan ini bukanlah kerajaan biasa, tapi kerajaan kekal. Di sisi lain, Allah sudah mengetahuinya sejak hari pertama penciptaan, sejak permulaan waktu, mereka yang akan mewarisi kehidupan kekal. Inilah yang disebut sebagai doktrin penyelenggaraan ilahi, yaitu Allah yang mengetahui segala sesuatu. Ia tidak merasa terkejut dengan bagaimana keadaan akan berubah pada pengadilan terakhir. Ia tahu segala sesuatu yang pernah terjadi atau yang akan terjadi sampai akhir zaman. Inilah nubuat ilahi-Nya dan juga penyelenggaraan ilahi-Nya, yang telah membimbing dan mempersiapkannya sejak dunia dijadikan.

Pertanyaannya sekarang, setiap orang ingin bertanya bagaimana saya bisa masuk ke dalam kerajaan itu? Bagaimana kondisi masuk ke dalam kerajaan itu? Dan dalam perumpamaan ini, Yesus mengatakan suatu hal yang mungkin mengejutkan. Kita bisa membayangkan ketika Yesus berkata tentang memasuki kerajaan, semua orang yang mewarisi kerajaan yaitu yang percaya kepada Aku atau yang menerima Aku sebagai Mesias. Anda akan berpikir kalau Yesus mungkin sedang menempatkan iman sebagai kondisi memasuki kerajaan, seperti apa yang akan kita lihat di perikop lain. Mengenal Kristus adalah aspek penting untuk masuk ke dalam kerajaan. Kita juga sudah melihatnya dalam perumpamaan-perumpamaan sebelumnya. Namun dalam perumpamaan ini penekanannya jatuh pada apa yang disebut Gereja sebagai karya belas kasih jasmani. Yaitu, memberi makan mereka yang lapar, memberi pakaian kepada yang telanjang, mengunjungi mereka yang ada di penjara, mengunjungi yang sakit, merawat mereka yang berkebutuhan dan memberi tumpangan kepada orang asing. Nah, apa yang dimaksud dengan memberi tumpangan kepada orang asing? Artinya dalah para pendatang atau imigran. Pada abad pertama, ketika seseorang berimigrasi dari bangsa lain ke Tanah Suci, pada dasarnya mereka kehilangan perlindungan. Perlindungan itu pada umumnya adalah keluarga, teman, pekerjaan, dan hal-hal lain semacam itu. Jadi Allah menjelaskan kepada orang-orang di Perjanjian Lama bahwa mereka harus menerima orang asing dan tidak menindas imigran atau orang asing atau orang dari bangsa lain.

Jadi apa yang dikatakan Yesus sebagai karya belas kasih, dan apa yang kita sebut sebagai karya belas kasih jasmani, yaitu segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Nah, itulah ayat yang menarik. Dan ayat itu menjadi terkenal oleh Bunda Teresa dan Suster Charitas, dan Suster Puteri Kasih, yang memiliki misi merawat mereka yang miskin dan yang membutuhkan. Dan Bunda Teresa yang terkenal mengucapkan kata-kata itu dalam inti misi dan pelayanannya: kamu lakukan untuk aku. Ketika Yesus mengucapkan perkataan ini, Ia sedang memberi tahu kita segala hal yang perlu kita ketahui tentang mereka yang miskin dan hina, dengan menyebutkan perbuatan belas kasih apa pun yang bisa dilakukan kepada mereka yang miskin. Pada dasarnya adalah perbuatan belas kasih yang dilakukan pada Kristus sendiri. Hal ini semacam teologi mistik tentang orang miskin sebagai anggota tubuh Kristus yang hidup. Maka ganjaran dari perbuatan ini adalah memasuki kerajaan Allah. Dan perumpamaan ini ditutup dengan perkataan bahwa orang benar akan masuk ke dalam kehidupan kekal. Nah, itulah gambaran lain bukan hanya untuk kerajaan surga, namun apa yang dalam bahasa Yunani disebut sebagai zōēn aiōnion.  Dan kita memperoleh kata zoologi dari kata itu, yaitu ilmu kehidupan. Sedangkan zōēn aiōnion adalah kehidupan yang berlangsung untuk selama-lamanya, kehidupan yang akan datang yaitu kehidupan kekal. Nah, itulah tentang domba.

Bagaimana dengan kambing? Inilah hal yang kurang positif. Kambing ditempatkan di sebelah kiri yang tidak diberkati namun yang terkutuk. Dengan kata lain, mereka dihukum karena dosa mereka. Ia berkata, “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” Jadi bukannya diselamatkan dan mewarisi kerajaan, melainkan terkutuk. Mereka memasuki api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Ada hal penting dalam hal ini. Anda bisa melihat ajaran Yesus mengenai malaikat-malaikat yang jatuh yang memisahkan diri mereka sendiri dari Allah untuk selama-lamanya. Sebuah gambaran yang Yesus gunakan untuk menggambarkan penderitaan dari keterpisahan yaitu dengan gambaran api yang kekal. Dalam konteksnya, jelas sekali hal ini merujuk pada semacam api spiritual, karena malaikat tidak mempunyai tubuh, namun mereka dengan suatu cara tertentu atau cara yang misterius merasakan penderitaan karena terpisah dari Allah untuk selama-lamanya. Dalam kasus ini, dengan istilah yang sangat menyedihkan, Yesus menggunakan istilah terkutuk adalah keterpisahan dari Allah, sebagai artian bergabung dengan Iblis dan para malaikatnya. Nasib mereka bersama dengan Iblis dan para malaikatnya dalam api yang kekal. Sekali lagi, ini merupakan bagian dari penyelenggaraan ilahi yang telah dipersiapkan Allah sejak dunia ini dijadikan dan sekarang dibawa ke puncaknya dalam pengadilan terakhir.

Mungkin Anda bertanya pada diri Anda sendiri, apa alasannya? Apa yang saya perlu perbuat untuk menghindari keterpisahan kekal dari Allah? Saya selalu bercanda dengan murid-murid saya, jika mereka berada di penilaian akhir dan ada dua buah garis, masuklah ke garis domba, jangan masuk ke garis kambing. Ini hanya bercanda, penilaian sudah diputuskan atas dasar perbuatan yang kita lakukan dalam hidup kita. Dan dalam kasus ini, dikatakan hanya kambing, bukan pezina, bukan disebut pembunuh, bukan penyembah berhala atau salah satu dosa positif yang kita kaitkan dengan dosa mortal (dosa maut) dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Tapi, yang dijelaskan di sini sangat mengejutkan, yaitu dosa kelalaian. Yaitu, tidak seperti domba, dalam kasus ini kambing gagal dalam melakukan karya belas kasih, yaitu karya belas kasih jasmani seperti memberi makan yang kelaparan, memberi pakaian yang telanjang, memberi tumpangan kepada orang asing, mengunjungi yang sakit dan yang berada di penjara, memberi air kepada yang haus. Maka, itulah satu-satunya hal yang dijelaskan di sini, bahwa kamu tidak melakukan hal-hal itu kepada saudara Yesus yang paling hina. Maka hasilnya adalah perkataan Yesus yaitu “ketika tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.” Dengan kata lain, ketika Anda gagal mengasihi sesamamu, sebenarnya Anda gagal mengasihi Allah. Inilah prinsip yang sangat penting dan serius tentang hukum Kristus dalam Perjanjian Baru.

 

Sumber: “The Sheep And The Goats”

Advertisement

Posted on 21 November 2020, in Kenali Imanmu, Kitab Suci and tagged , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: