Monoteisme dan Keilahian Yesus Menurut Paulus

Oleh Dr. Brant Pitre

Kristus Raja dalam kaca patri di Annunciation Melkite Catholic Cathedral di Roslindale, Massachusetts (Sumber: wikipedia.org)

Dikatakan demikian:

Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Filipi 2:9-11)

Kita perhatikan perikop di atas, sejak adanya Kekristenan, ada perdebatan tentang hubungan keilahian dan kemanusiaan Yesus. Apakah Yesus hanya seorang manusia biasa? Ataukah Yesus hanyalah seorang dewa yang pura-pura menjadi manusia? Apakah Yesus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia? Apa pendapat kita tentang misteri keilahian dan kemanusiaan Yesus? Saya kira, di sini kita melihat Paulus mengajar dengan sangat jelas tentang Kristologi Inkarnasi, tentang Yesus yang sungguh-sungguh Allah (Ia setara dengan Allah, Ia memiliki rupa Allah) tapi juga sungguh-sungguh manusia. Seperti yang dikatakan dalam Roma 8, Ia mengosongkan diri-Nya dari kemuliaan ilahi dan rupa ilahi, tetapi Ia mengambil rupa manusia (daging) yang berdosa. Ia sama seperti kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa (bdk. Ibrani 4:15). Begitulah cara orang Yahudi mengartikulasikannya.

Tetapi ada beberapa ahli yang akan berkata, “Menurut Paulus, Yesus itu ilahi” tapi mereka tidak selalu berpikir bahwa Yesus adalah Allah. Sebenarnya beberapa ahli itu berpendapat, “Paulus berpikir bahwa Yesus adalah semacam entitas ilahi. Ia seperti malaikat. Ia di atas manusia. Ia sangat berkuasa … tapi Ia tidak sama dengan Allah Israel yang Esa.” Bagaimanapun, Paulus itu seorang Yahudi. Paulus adalah seorang rabbi. Ia seorang Farisi. Ia pasti tahu, pengakuan iman yang terkenal yang disebut Shema dalam kitab Ulangan 6:

Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu (Ulangan 6:4-5).

Tidak ada Allah lain selain Allah yang Esa, inilah yang di kemudian hari disebut sebagai monoteisme. Jadi beberapa ahli akan berkata demikian, “Menurut Paulus Yesus adalah entitas ilahi yang punya kuasa, tetapi Ia bukan satu-satunya Allah yang menjadi manusia.” Tapi Filipi 2 adalah salah satu naskah terbaik untuk menunjukkan bahwa itu salah. Tapi Anda bisa melihat dengan jelas jika Anda penggunaan Perjanjian Lama oleh Paulus. Karena Paulus berkata:

Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Filipi 2:9-11)

Sebenarnya Paulus sedang membuat alusi dengan perikop dalam bagian Kitab Suci Yahudi yaitu Perjanjian Lama. Dan sebenarnya naskah itu bisa dikatakan yang paling monoteistik dalam seluruh Perjanjian Lama, selain dari Ulangan 6 itu sendiri. Nah, Paulus sedang mengutip Yesaya 45. Mari kita dengarkan:

Sebab beginilah firman TUHAN, yang menciptakan langit, … “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain. … tidak ada Allah selain dari pada-Ku! … Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: ‘dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa.’ (Yesaya 45:18, 21, 23)

Jadi inilah yang terjadi dalam konteks nubuat Yesaya melawan penyembahan berhala. Bangsa Israel telah jatuh ke dalam penyembahan berhala. Sebagian dari mereka menyembah ilah-ilah palsu dan dewa-dewi lain. Dan di tengah-tengah itu, Tuhan yaitu Allah Israel yang Esa berkata, “Dengar. Akulah Tuhan, dan tidak ada yang lain. Tidak ada Allah lain selain Aku. Dan cara kalian akan melihat Aku, setiap orang akan bertekuk lutut dan setiap lidah akan bersumpah setia.” Dengan kata lain, “Setiap makhluk akan menyembah Aku sebagai Allah dan tidak ada yang lain.”

Maka Paulus mengambil naskah monoteistik dari Kitab Suci Yahudi, dan merajut Kristus di dalam naskah itu. Dengan kata lain, Paulus mengambil perkataan yang diterapkan kepada Allah yang Esa dalam Perjanjian Lama, kemudian Paulus menerapkan perkataan itu pada Yesus. Jadi ketika Yesaya berkata: ‘dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa’ kepada Tuhan, Allah yang Esa, Paulus berkata: dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Sekarang kita lihat hal yang menakjubkan. Kata Yunani untuk Tuhan adalah kyrios yang punya dua konotasi yang sangat penting untuk dipahami. Kyrios artinya Tuan. Dan bisa merujuk pada majikan duniawi atau raja duniawi. Dan hal itu akan menjadi benar khususnya dalam konteks bangsa bukan Yahudi.

Namun. dalam konteks Yahudi, secara khusus orang Yahudi berbahasa Yunani seperti Paulus juga menggunakan kata kyrios untuk Tuhan, yang digunakan untuk menerjemahkan nama Allah dalam bahasa Ibrani yaitu YHWH atau Tetragramaton, empat huruf yang kudus. Maka ketika orang Yahudi membaca Perjanjian Lama lebih dari seribu kali, Allah disebut Kyrios. Itulah nama Tuhan. Tapi kata yang sama bisa bermakna seorang majikan atau raja. Dan gelar itu sering digunakan kepada Kaisar. Kaisar juga disebut kyrios. Kaisar juga disebut Tuan. Maka Paulus menulis kepada Gereja di Filipi dan apa yang ia lakukan? Dalam sekali tepuk, ia melakukan dua hal yaitu menjunjung tinggi monoteisme Yahudi dengan mengutip Yesaya 45, sekaligus membuat jelas (meskipun ia tidak mengatakannya secara implisit) bahwa Yesus adalah Tuhan dan siapa yang bukan Tuan? Kaisar.

Maka Yesus diungkapkan sebagai Allah Israel yang Esa, Ia telah menjadi manusia demi keselamatan umat manusia. Ia yang telah turun begitu rendah dalam bentuk penyaliban dan kematian, namun kemudian ditinggikan oleh Allah Bapa untuk mengambil tempat yang setara dengan Allah (dalam Kenaikan ke Surga), sehingga atas nama-Nya, setiap makhluk bertekuk lutut dan mengaku bahwa Yesus adalah Kyrios. Ia adalah Tuhan untuk kemuliaan Allah Bapa.

Jadi di sini kita bisa melihat wahyu tentang misteri Tritunggal, bahwa Putra dan Bapa adalah setara. Mereka setara sebagai Allah, tapi mereka dua pribadi yang berbeda dalam ketuhanan.

Sumber: “Monotheism and the Divinity of Jesus According to Paul”

Advertisement

Posted on 4 April 2021, in Apologetika and tagged , , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: