[…] Catholic Answers Staff, Terang Iman: Allah Mengubah Nama Saulus Menjadi Paulus? […]
Bukti Kuat Kebangkitan Yesus Secara Historis
Oleh Clement Harrold

Resurrection (Sumber: sfcatholic.org)
Katekismus Gereja Katolik mengingatkan kita bahwa “[m]isteri kebangkitan Kristus adalah satu kejadian yang sesungguhnya, yang menurut kesaksian Perjanjian Baru menyatakan diri secara historis” (§639). Pusat iman Kristen adalah serangkaian klaim historis: Yesus dari Nazaret benar-benar hidup; Dia benar-benar wafat; Dia benar-benar dikuburkan; dan Dia benar-benar bangkit dari kematian. Kepercayaan Kristen akan Kebangkitan Yesus bukanlah sebuah cerita yang indah atau mitos kuno, melainkan fakta sejarah, fakta yang membelah sejarah menjadi dua, dan mengubah dunia untuk selama-lamanya.
Fakta-fakta Sejarah
Menurut para ahli seperti Gary Habermas dan William Lane Craig, setidaknya ada empat klaim utama dalam kisah-kisah Kebangkitan dalam Injil yang diterima oleh sebagian besar sejarawan Perjanjian Baru. Di sini kita mengikuti struktur yang digunakan oleh Dr. Craig.
FAKTA 1: Setelah wafat di kayu salib, Yesus dimakamkan di sebuah kubur oleh Yusuf dari Arimatea.
Beberapa bukti mendukung fakta ini. Pertama, penguburan Yesus dibuktikan dalam pengakuan iman yang dikutip oleh St. Paulus dalam 1 Korintus 15:3-5:
Sebab, yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya (TB2).
Signifikansi dari pernyataan ini tidak dapat dibesar-besarkan, seperti yang dijelaskan oleh Craig:
Paulus tidak hanya menggunakan istilah-istilah khas kerabian “menerima” dan “menyampaikan” berkenaan dengan informasi yang ia sampaikan kepada jemaat di Korintus, tetapi ayat 3-5 adalah formula empat baris yang sangat bergaya dan penuh dengan karakteristik non-Paulus. Hal ini telah meyakinkan semua ahli bahwa Paulus, seperti yang ia katakan, mengutip dari tradisi lama yang ia terima sendiri setelah menjadi seorang Kristen. Tradisi ini mungkin sudah ada setidaknya sejak kunjungan Paulus ke Yerusalem pada tahun 36 M, ketika ia tinggal bersama Kefas dan Yakobus selama dua minggu (Galatia 1:18). Dengan demikian, tradisi ini berasal dari sekitar lima tahun setelah wafatnya Yesus. Rentang waktu yang begitu singkat dan kontak pribadi seperti itu membuatnya tidak masuk akal untuk membicarakan legenda dalam kasus ini.
Bukti kedua yang mendukung penguburan Yesus adalah penyebutan Yusuf dari Arimatea dalam catatan Injil (lihat Yohanes 19:38). Fakta bahwa Yusuf dari Arimatea adalah anggota Sanhedrin – lembaga peradilan Yahudi yang menghukum Yesus – membuatnya sangat tidak mungkin bagi para penulis Injil untuk melibatkannya secara positif dalam kisah ini jika catatan mereka hanya karangan belaka.
Yang terakhir, pemakaman Yesus tidak disangkal oleh sumber-sumber awal manapun. Jika Yesus tidak pernah dikuburkan, kita bisa menduga bahwa para penentang Kekristenan dari kalangan Yahudi dan Romawi pasti akan memberikan penjelasan lain tentang keberadaan jenazah-Nya. Karena mereka tidak pernah melakukan hal ini, mayoritas sejarawan Perjanjian Baru setuju bahwa Yesus memang dikuburkan setelah penyaliban-Nya.
FAKTA 2: Pada hari Minggu setelah penyaliban, kubur Yesus ditemukan dalam keadaan kosong oleh beberapa wanita pengikut-Nya.
Fakta ini dibuktikan sejak awal, baik dalam pengakuan iman 1 Korintus 15 yang dikutip oleh St. Paulus maupun dalam kisah Sengsara yang ditulis oleh St. Markus (yang dianggap oleh sebagian besar ahli sebagai Injil yang paling awal). Sekali lagi, kedekatan sumber-sumber ini dengan peristiwa aktual yang mereka gambarkan membuat tidak mungkin legenda bermunculan di masa itu.
Realitas tentang kubur yang kosong juga mendapat dukungan dari pihak lain. Pada abad pertama di Yudea, kesaksian seorang wanita dianggap tidak berharga di pengadilan Yahudi. Hal ini membuat penemuan kubur kosong oleh sekelompok perempuan pengikut Yesus menjadi hal yang sangat memalukan bagi keempat penulis Injil. Satu-satunya alasan mereka menceritakan kisah ini adalah jika memang itulah yang sebenarnya terjadi.
Yang terakhir, jika jenazah Yesus tidak pernah keluar dari kubur, maka hampir tidak mungkin untuk menjelaskan asal mula kepercayaan Kristen akan kebangkitan badan-Nya. Tidak seorang pun akan mulai percaya bahwa Yesus telah dibangkitkan dari kematian jika kuburnya masih disegel, terutama mengingat bahwa yang harus dilakukan oleh para penguasa Yahudi untuk menyangkal gerakan Kristen adalah membuka kubur Yesus dan membuktikan kepada dunia bahwa jenazah-Nya masih ada di sana.
Karena alasan-alasan ini dan alasan-alasan lainnya, sebagian besar ahli Alkitab menerima kebenaran historis dari tradisi kubur kosong.
FAKTA 3: Dalam berbagai peristiwa dan dalam berbagai situasi, berbagai individu dan sekelompok orang mengalami penampakan Yesus yang hidup dari kematian.
Yang mengejutkan dari fakta ketiga ini adalah bahkan seorang sarjana non-Kristen yang sangat kritis seperti Bart Ehrman pun menerimanya. Ada beberapa alasan untuk hal ini. Pertama, penampakan ini dibuktikan berkali-kali oleh lima sumber independen: Matius, Markus, Lukas, Yohanes, dan Paulus.
Seperti yang telah kita lihat, kesaksian Paulus sangat mencolok, dan ada baiknya kita membaca bagian selanjutnya dalam 1 Korintus 15:
… Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya (TB2).
Penyebutan Paulus tentang lima ratus saudara ini patut diperhatikan. Meskipun beberapa di antaranya telah tertidur (yaitu meninggal), sebagian besar dari mereka masih hidup. Dengan kata lain, Paulus berkata kepada para pembacanya: “Masih tidak percaya kepadaku? Kalau begitu, tanyakanlah kepada mereka sendiri!”
Secara umum, sangat sulit untuk menjelaskan asal-usul kepercayaan orang Kristen perdana terhadap Kebangkitan Yesus jika setiap orang yang mengaku telah melihat Dia bangkit dari kematian berbohong. Karena alasan ini, sebagian besar sejarawan Perjanjian Baru setuju bahwa berbagai individu dan kelompok memang mengalami penampakan Yesus yang hidup dari kematian.
(Tentu saja, tidak semua sejarawan ini menerima bahwa mukjizat adalah penjelasan terbaik untuk penampakan-penampakan ini. Lebih lanjut mengenai hal itu di bawah ini!)
FAKTA 4: Para murid yang pertama percaya bahwa Yesus telah bangkit dari kematian meskipun mereka memiliki kecenderungan untuk menolaknya.
Bahkan para ahli yang skeptis pun cenderung menerima bahwa para murid yang pertama sangat yakin bahwa interaksi mereka dengan Kristus yang telah bangkit adalah interaksi yang nyata dengan-Nya dalam tubuh-Nya yang telah bangkit dan dimuliakan, dan bukan hanya sekedar penglihatan atau halusinasi. Untuk memahami alasannya, kita perlu mempertimbangkan betapa kecil kemungkinannya orang Yahudi abad pertama menerima apa yang telah dipercayai oleh para murid yang pertama.
Setelah penyaliban Yesus, para murid memiliki banyak alasan untuk percaya bahwa pergerakan mereka telah berakhir dengan kegagalan besar. Pemahaman mereka tentang iman Yahudi tidak memberikan mereka alasan untuk percaya bahwa Mesias yang telah lama dinanti-nantikan akan dikalahkan dan dibunuh, apalagi mengalami kematian yang memalukan dan terkutuk di atas kayu salib. Oleh karena itu, ketika Yesus disalibkan, semua keyakinan para murid hancur berantakan. Seperti yang diakui oleh Kleopas dan temannya dalam perjalanan menuju Emaus, “Padahal kami dahulu mengharapkan bahwa Dialah yang akan membebaskan bangsa Israel” (Lukas 24:21 TB2). Mereka telah berharap, tetapi sekarang harapan mereka hancur berantakan.
Oleh karena itu, sejarawan memiliki tugas yang sangat membingungkan untuk menjelaskan bagaimana para murid yang pertama dapat mengatasi semua ini dan mulai percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang menang. Masalahnya menjadi semakin rumit ketika kita mempertimbangkan bahwa kepercayaan Yahudi kuno tidak memiliki konsep apa pun tentang kebangkitan pribadi yang terjadi sebelum akhir zaman. Orang Yahudi abad pertama percaya pada kebangkitan umum orang mati pada akhir zaman, dan tidak lebih dari itu.
Dengan latar belakang ini, tidak ada dasar historis untuk menuduh para murid yang pertama mengarang kepercayaan mereka akan Kebangkitan Yesus. Fakta bahwa para murid siap untuk disiksa dan dibunuh karena keyakinan mereka yang baru mereka ketahui menunjukkan bahwa mereka dengan teguh dan tulus percaya bahwa hal yang tidak dapat dijelaskan telah terjadi: Mesias yang disalibkan telah bangkit dari antara orang mati.
Menjelaskan Fakta
Dengan adanya fakta-fakta sejarah ini, pertanyaannya adalah: Bagaimana cara terbaik untuk menjelaskannya? Dalam hal ini, orang yang skeptis bermasalah, karena tidak ada satupun hipotesis standar yang meyakinkan. Di sini kita akan membahas secara singkat tiga hipotesis yang paling umum.
Hipotesis 1: Yesus tidak benar-benar wafat.
Hipotesis ini gagal secara spektakuler. Tentara Romawi adalah algojo yang sangat ahli; mereka tahu bagaimana cara membunuh lawannya secara efisien dan bahkan memiliki metode (seperti menusuk bagian tubuh korban dengan tombak) untuk memastikan bahwa mereka benar-benar mati.
Namun, meskipun Yesus (secara ajaib!) selamat dari penyaliban-Nya, tetap saja tidak masuk akal untuk mengira bahwa Dia dapat (a) bertahan hidup lebih dari 24 jam di dalam kubur sendirian tanpa makanan, air, atau bantuan medis; (b) melarikan diri dari kubur sendirian; dan (c) berhasil meyakinkan para pengikut-Nya bahwa Dia memang benar-benar mati (bertentangan dengan semua harapan mereka) sebelum bangkit dari antara orang mati dengan tubuh yang dimuliakan (juga bertentangan dengan semua harapan mereka).
Hipotesis 2: Para murid berhalusinasi ketika mereka menyangka melihat Yesus yang sudah bangkit.
Setidaknya ada empat masalah utama dengan hipotesis ini. Pertama, hipotesis ini tidak menjelaskan fakta tentang kubur kosong. Apa yang terjadi dengan tubuh Yesus?
Kedua, hipotesis ini sulit menjelaskan bagaimana begitu banyak orang dari berbagai latar belakang yang berbeda – bukan hanya individu tetapi juga kelompok – mengalami halusinasi yang sama dan mereka percaya hal yang sama tentang apa yang telah terjadi pada Yesus.
Ketiga, hipotesis ini kesulitan untuk menjelaskan pertobatan seorang tokoh seperti St. Paulus, yang merupakan penentang keras gerakan Kristen yang masih baru. Sepertinya sama sekali tidak mungkin bagi Paulus untuk mengalami halusinasi yang tiba-tiba membuatnya percaya bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias yang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel yang wafat di atas kayu salib dan kemudian bangkit dari antara orang mati.
Akhirnya, hipotesis halusinasi tidak dapat menjelaskan mengapa para murid awal menjadi percaya pada kebangkitan Yesus secara jasmani. Dengan latar belakang kepercayaan Yahudi kuno, asumsi dasar para murid ketika mengalami penglihatan tentang Yesus setelah penyaliban-Nya adalah melihat Dia sebagai semacam hantu (yang persis seperti yang kita lihat dalam Injil). Jika mereka hanya berhalusinasi, sulit untuk menjelaskan mengapa mereka mulai percaya bahwa Tubuh Yesus telah dibangkitkan dan dimuliakan.
Hipotesis 3: Para murid mencuri jenazah Yesus dan kemudian mereka berdusta.
Hipotesis ini memiliki kelemahan karena jika para murid berbohong, maka kebohongan itu sangat aneh untuk diceritakan, dan bukan kebohongan yang mudah dipercayai oleh sesama orang Yahudi. Hipotesis ini secara umum bermasalah karena kurangnya kredibilitas sejarah. Sebagai contoh, untuk menyatakan bahwa para murid mencuri jenazah Yesus berarti melawan bukti-bukti sejarah yang mendukung fakta ketiga dan keempat yang sudah kita bahas di bagian awal artikel ini.
Secara umum, hipotesis pencurian jenazah akan runtuh ketika berhadapan dengan ketulusan para murid pertama. Jika mereka semua mengada-ada, tidakkah kita berharap setidaknya salah satu dari mereka akhirnya berterus terang tentang hal itu? Bukankah tidak masuk akal bahwa begitu banyak orang yang dengan sukarela mengikuti konspirasi yang aneh dan tidak masuk akal seperti ini? Dan seberapa besar kemungkinan mereka akan berhasil menipu bahkan beberapa musuh mereka yang paling kuat sekalipun untuk berpikir bahwa hal itu benar?
Terakhir, sangat tidak masuk akal untuk mengatakan bahwa semua murid pertama (kecuali Yohanes) bepergian dengan sukacita sampai akhirnya mati dengan bersikeras bahwa kebohongan mereka adalah kebenaran Injil. Seperti yang diingatkan oleh Peter Kreeft dan Ronald Tacelli, “Mereka dibenci, dicaci maki, dianiaya, dikucilkan, dipenjara, disiksa, diasingkan, disalibkan, direbus hidup-hidup, dipanggang, dipenggal, dipotong-potong, dan diumpankan ke singa, dan hampir tidak ada daftar kesenangan yang bisa mereka dapatkan!”
Kebenaran tentang Kebangkitan Yesus
Tentu saja, masih banyak lagi yang bisa dibahas dalam topik ini; para pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut dapat membaca daftar bahan bacaan di bawah ini. Tetapi dari tinjauan singkat atas bukti-bukti yang telah kami berikan di sini, satu hal menjadi jelas: penjelasan yang paling sederhana dan paling meyakinkan atas fakta-fakta sejarah seputar wafat dan penguburan Yesus adalah bahwa Dia benar-benar bangkit dari kematian, seperti yang diklaim oleh para murid-Nya. Inilah satu-satunya penjelasan yang masuk akal dari data-data yang ada, sekaligus menjadi satu-satunya penjelasan yang dapat menjelaskan dengan baik asal-usul agama Kristen.
Dalam menggambarkan kisah-kisah Injil, J.R.R. Tolkien pernah mengamati bahwa “tidak ada kisah yang pernah diceritakan yang dianggap benar oleh manusia, dan tidak ada kisah yang diterima oleh banyak orang yang skeptis sebagai kisah yang benar karena kebenarannya.” Sebagai orang Kristen, kita bisa yakin bahwa Yesus Kristus adalah Dia yang Bangkit yang telah menaklukkan dosa dan maut dan sekarang menawarkan kehidupan kekal bagi semua orang yang percaya. Sungguh, kisah ini adalah kisah terbesar bahkan kisah sejarah terbesar yang pernah diceritakan.
Bahan Bacaan untuk Didalami
- https://www.reasonablefaith.org/writings/popular-writings/jesus-of-nazareth/the-resurrection-of-jesus
- https://www.catholic.com/magazine/print-edition/is-belief-in-the-resurrection-reasonable
- https://www.reasonablefaith.org/writings/scholarly-writings/historical-jesus/jesus-resurrection
- William Lane Craig, On Guard: Defending Your Faith with Reason and Precision (David C. Cook, 2010)
- William Lane Craig, Reasonable Faith: Christian Truth and Apologetics (Crossway, 3rd edition, 2008)
- Gary R. Habermas and Michael Licona, The Case for the Resurrection of Jesus (Kregel Publications, 2004)
- Brant Pitre, The Case for Jesus: The Biblical and Historical Evidence for Christ (Image, 2016)
- Lee Strobel, The Case for Christ: A Journalist’s Personal Investigation of the Evidence for Jesus (Zondervan, updated edition 2016)
- N.T. Wright, The Resurrection of the Son of God (Fortress Press, 2003)
Clement Harrold meraih gelar master dalam bidang teologi dari Universitas Notre Dame pada tahun 2024, dan gelar sarjana dari Universitas Fransiskan Steubenville pada tahun 2021. Tulisan-tulisannya telah dimuat di First Things, Church Life Journal, Crisis Magazine, dan Washington Examiner.
Sumber: “The Powerful Historical Evidence for the Resurrection of Jesus”
Posted on 6 May 2025, in Apologetika and tagged Kebangkitan, Paskah, Yesus Kristus. Bookmark the permalink. Leave a comment.


Leave a comment
Comments 0