Beato Stanislaus Han Jeong-heum

Beato Stanislaus Han Jeong-heum (Sumber: koreanmartyrs.or.kr)

Beato Stanislaus Han Jeong-heum (Sumber: koreanmartyrs.or.kr)

Profil Singkat

  • Tahun dan tempat Lahir: 1756, Kimje, Jeolla-do
  • Gender: Pria
  • Posisi/Status: Guru dari keluarga kelas bangsawan
  • Usia: 45 tahun
  • Tanggal Kemartiran: 26 Agustus 1801
  • Tempat Kemartiran: Kimje, Jeolla-do
  • Cara Kemartiran: Dipenggal

Stanislaus Han Jeong-heum lahir di Gimje, Jeolla-do, di keluarga yang miskin namun termasuk keluarga bangsawan. Ketika dia bertumbuh dewasa, dia pergi ke rumah Agustinus Yu Hang-geom, seorang kerabat jauh yang tinggal di Jeonju dan mengajari anak-anaknya (anak Agustinus Yu). Berkat Agustinus Yu, Stanislaus Han menjadi tahu tentang agama Katolik.

Stanislaus Han memeluk agama Katolik dengan sukacita dan menjalankannya dengan setia. Berdasarkan ajaran Gereja, dia tidak mempersembahkan ritual leluhur. Ketika Pastor Yakobus Zhou Wen-mo mengunjungi Jeonju, dia menerima sakramen-sakramen dari dia.

Stanislaus Han ditangkap pada bulan Mei bersama dengan Agustinus Yu, ketika Penganiayaan Shinyu pada tahun 1801. Dia dibawa ke Jeonju, kemudian dia menjalani interogasi dan siksaan berat berkali-kali, namun dia tidak menyerah. Disana dia bertemu Andreas Kim Cheon-ae dan Matias Choe Yeo-gyeom, dan mereka menjadi berteman.

Kemudian Stanislaus Han dan umat Katolik lainnya dikirimkan ke Seoul dimana mereka diinterogasi dan disiksa dengan berat, namun iman mereka kepada Tuhan tidak berubah. Kemudian pada tanggal 21 Agustus 1801, Departemen Hukum mengumumkan hukuman mati bagi mereka, dan memerintahkan agar mereka dikirimkan ke kampung halamannya masing-masing dan dieksekusi disana. Stanislaus Han dikirmkan ke kampung halamannya di Gimje, disana dia dipenggal dan meninggal sebagai martir pada tanggal 26 Agustus 1801 (18 Juli pada penanggalan Lunar). Pada saat itu dia berusia 45 tahun.

Berikut ini adalah kutipan dari surat hukuman mati dari Departemen Hukum tentang Stanislaus Han:

“Han Jeong-heum tidak melakukan ritual leluhur dan akan merasa lebih bahagia untuk pergi ke Surga lebih cepat. Dia mengira kematian sebagai kehidupan, dan dia menggoda banyak orang dengan doktrin yang salah ini. Walaupun dia layak mati, dia berkata ‘Saya tak pernah mendengar mengenai orang-orang dilarang beragama dengan menghukum dan membunuh mereka berdasarkan dalih mencegah pemahaman sesat mereka.’ Berdasarkan sikap angkuhnya ini, dia layak mati sepuluh ribu kali.”

Sumber: koreanmartyrs.or.kr

Advertisement

Posted on 14 December 2014, in Orang Kudus and tagged , , . Bookmark the permalink. 2 Comments.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: