[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Andreas Kim Cheon-ae
Profil Singkat
- Tahun Lahir: 1760
- Tempat Lahir: Tidak diketahui
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Hamba dari keluarga kelas bawah
- Usia: 41 tahun
- Tanggal Kemartiran: 27 atau 28 Agustus 1801
- Tempat Kemartiran: Jeonju, Jeolla-do
- Cara Kemartiran: Dipenggal
Andreas Kim Cheon-ae, yang kampung halamannya tidak diketahui, bekerja sebagai seorang hamba dari keluarga Agustinus Yu Hang-geom, seorang Katolik yang saleh dan juga dikenal sebagai ‘rasul dari Jeolla-do’, Andreas Kim mempelajari Katekismus dari tuannya, Agustinus Yu. Pada saat itu, Agustinus Yu tinggal di Chonam, Jeonju (sekarang, Namgye-ri, Yiseo-myeon, Wanju-gun, Jeonbuk).
Setelah memeluk iman Katolik, Andreas Kim menjalankan tugasnya sebagai seorang Kristiani dengan setia. Dia mengatasi keadaan status sosialnya dengan hati yang luhur. Imannya akan kebenaran amatlah kuat dan tulus, sehingga dia menjalankan ajaran Gereja dengan setia.
Agustinus Yu adalah orang pertama yang ditangkap di Jeolla-do, ketika Penganiayaan Shinyu pada tahun 1801. Kemudian putra sulungnya yaitu Yohanes Yu Jung-cheol dan juga hambanya Andreas Kim, ditangkap kemudian dibawa ke kantor gubernur Jeonju.
Andreas Kim diinterogasi dan disiksa dengan kejam dalam upaya memaksanya mengkhianti Yesus dan memberitahukan nama-nama umat Katolik. Andreas Kim tidak menyerah. Dia mengakui imannya kepada Tuhan dan tidak takut mati bagi-Nya. Pada bulan Juli di tahun yang sama, dia dipindahkan ke Seoul bersama dengan orang-orang Katolik lainnya.
Di Departemen Hukum, iman Andreas Kim tetap kokoh. Walaupun dia dihukum dengan berat, dan dia tidak menyerah, dan menyatakan hal berikut, “Saya tidak dapat mengabaikan Sepuluh Perintah Allah. Saya akan menerima kematian bagi Tuhan dengan tulus hati, karena saya mati hanya satu kali.” Setelah pernyataan tersebut, Andreas Kim dibawa kembali ke Jeonju dan disana dia dipenggal dan meninggal sebagai martir. Pada saat itu tanggal 27 atau 28 Agustus 1801 (19 atau 20 Juli pada penanggalan Lunar). Pada saat itu Andreas Kim berusia 41 tahun. Berikut ini adalah kutipan dari pernyataan terakhirnya:
“Agama Katolik adalah kebenaran yang luar biasa, dan mempercayainya adalah suatu perbuatan yang paling luhur. Saya telah mempercayai Tuhan selama beberapa tahun dan iman saya pada Dia sudah tenggelam sangat dalam di dalam jiwa saya. Hukuman dan kematian adalah suatu kehormatan bagi saya. Sehingga, bagaimana saya dapat mengubah pikiran saya? Ketika saya merenungkan diri saya sendiri dan banyak kesalahan yang saya telah perbuat, keinginan saya hanya satu yaitu untuk mati secepat mungkin.”
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 15 December 2014, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 2 Comments.
Pingback: Beato Matias Choe Yeo-gyeom | Terang Iman
Pingback: Beato Stanislaus Han Jeong-heum | Terang Iman