[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Karolus Yi Gyeong-do
Profil Singkat
- Tahun dan tempat Lahir: 1780, Seoul
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Keluarga kelas bangsawan
- Usia: 22 tahun
- Tanggal Kemartiran: 29 Januari 1802
- Tempat Kemartiran: Pintu Gerbang Kecil Barat, Seoul atau Saenamteo
- Cara Kemartiran: Dipenggal
Karolus Yi Gyeong-do juga dipanggil dengan nama ‘O-hui’, dia lahir pada tahun 1780 di sebuah keluarga terdidik dan ternama di Seoul. Kakeknya adalah seorang hakim di Yeon-gi, Chungcheong-do. Ayahnya bernama Matius Yi Yun-ha adalah seorang murid dari Yi Ik yang merupakan seorang sarjana ternama pada saat itu dan juga adalah kakeknya dari pihak ibu. Ibunya adalah saudari perempuan dari Fransiskus Xaverius Kwon Il-sin, yang merupakan salah seorang dari Pendiri Gereja Katolik di Korea.
Lutgardis Yi Sun-i yang menjadi martir pada tahun 1801 di Jeonju adalah adik perempuannya dan Paulus Yi Gyeong-eon yang menjadi martir pada tahun 1827 di penjara Jeonju adalah adik laki-lakinya.
Dengan bimbingan kedua orang tuanya ketika dia masih muda, Karolus Yi menjalankan agamanya dengan setia. Sifatnya yang lemah lembut dan murah hati, dia juga menunjukkan bakat yang luar biasa dalam mempelajari dan mengkaji buku-buku agama dengan semangat. Dia mengalami kebungkukkan karena dia pernah sakit ketika masih anak-anak, namun Tuhan memberikan kepribadian yang mulia dan iman yang mendalam untuk menyeimbangkan dengan kecacatan fisik yang dialaminya.
Ayahnya meninggal pada tahun 1793, dan sebagai anak laki-laki tertua, dia berkewajiban untuk mengikuti ritual tradisional. Namun dia cukup bijaksana dalam melaksanakan upacara pemakaman untuk ayahnya tanpa menyimpang dari ajaran Gereja.
Dia mencoba untuk tidak terlalu bersahabat dengan orang non-Katolik dan membaktikan dirinya untuk membimbing keluarganya supaya menjadi orang Katolik yang baik. Dia membentuk komunitas umat beriman bersama Thomas Choe Pil-gong dan Protasius Hong Jae-yeong untuk mengkaji doktrin Gereja.
Pada tahun 1797, setelah berkonsultasi dengan ibunya, Karolus Yi mengizinkan adiknya Lutgardis Yi untuk menikah dengan Yohanes Yu Jung-cheol dari Jeonju dan mereka hidup sebagai pasangan selibat. Kerabat yang bukan umat beriman, mengecam dia ketika mereka mendengar berita tersebut, namun dia menyelesaikan masalah itu dengan bijak.
Ketika Penganiayaan Shinyu terjadi pada tahun 1801, Karolus Yi ditangkap oleh polisi dan dia menderita oleh karena interogasi dan siksaan berat yang ia terima di Pusat Kepolisian dan Departemen Hukum. Namun dia tidak pernah menyangkal agamanya. Ketika kepala petugas menginterogasi dia, dia membuat pernyataan yang tidak benar dengan berkata, “Saya tidak tahu tentang umat Katolik, dan seluruh buku rohani sudah dibakar.” Dia menandatangani surat hukuman mati dia. Pada hari sebelum dia dieksekusi, dia menulis surat berikut untuk ibunya dari penjara:
“Dosa-dosa yang telah saya lakukan selama hidup saya telah mencapai surga. Hati saya menjadi tidak peka sehingga saya tidak tahu bagaimana untuk bertobat dari dosa saya dengan baik dan menangisinya. Walaupun belas kasihan Tuhan tanpa batas, saya malu bahwa saya adalah seorang pendosa. Jika Tuhan menuntun saya dengan tangan-Nya yang penuh kasih, saya tidak akan menyesal dan khawatir walaupun saya harus mati sepuluh ribu kali.”
Karolus Yi dibawa keluar Pintu Gerbang Kecil Barat atau Saenamteo di Seoul bersama umat Katolik lainnya, dan kemudian mereka dipenggal. Dia meninggal sebagai martir pada tanggal 29 Januari 1802 (26 Desember 1801 pada penanggalan Lunar), dan dia berusia 22 tahun.
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 14 January 2015, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 4 Comments.
Pingback: Beato Paulus Yi Gyeong-eon | Terang Iman
Pingback: Beata Lutgardis Yi Sun-i | Terang Iman
Pingback: Santo Petrus Yi Ho-yong | Terang Iman
Pingback: Santo Agustinus Yu Chin-gil | Terang Iman