[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Simon Hwang Il-gwang
Profil Singkat
- Tahun lahir: 1757
- Tempat Lahir: Hongju, Chungcheong-do
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Keluarga Kelas Bawah
- Usia: 45 tahun
- Tanggal Kemartiran: 30 Januari 1802
- Tempat Kemartiran: Hongju, Chungcheong-do
- Cara Kemartiran: Dipenggal
Simon Hwang Il-gwang lahir di Hongju, Chungcheong-do di keluarga kelas bawah. Ketika dia masih kecil, keluarganya sangat miskin. Namun melalui penyelengaraan Tuhan, dia diberikan kecerdasan yang luar biasa, hati yang bersemangat, dan juga dia memiliki sifat periang dan jujur untuk menutupi kekurangannya pada masa kecilnya. Sekitar tahun 1792, dia pindah ke Hongsan.
Pada saat itu dia mendengar tentang Luis Gonzaga Yi Jon-chang kemudian dia pergi menemui dia untuk mempelajari ajaran Katolik. Begitu dia memahami iman tersebut, dia menerima sepenuhnya iman itu. Dia meninggalkan kampung halamannya dan pindah ke Gyeongsang-do bersama adik laki-lakinya Hwang Cha-dol agar lebih bebas menjalankan kehidupan beragamanya.
Umat Katolik mengentahui tentang status sosial dari Simon Hwang, namun mereka menerima dia dengan hati yang terbuka dan melingkupi dia dengan amal Kristiani. Bahkan untuk keluarga bangsawan dia setara dengan umat Katolik lainnya. Pada saat dia diperlakukan seperti itu, kadang-kadang dia bercanda sebagai berikut:
“Di sini, setiap orang memperlakukan saya sebagai seorang pribadi manusia walaupun status kelas bawah yang saya miliki. Sekarang, saya percaya bahwa Surga itu ada di sini dan di akhirat nanti.”
Pada bulan Februari 1800, Simon Hwang pindah ke rumah yang bertetangga dengan Agustinus Jeong Yak-jong yang tinggal di Bunwon, Gwangju, Gyeonggi-do. Dia sering mengunjungi pemimpin Katolik terkemuka diantaranya Alexius Hwang Sa-yeong dan Petrus Kim Han-bin. Setiap orang mengaguminya karena ketulusan dia dan sikap dia yang bersungguh-sungguh akan imannya, sehingga imannya bertumbuh semakin dalam setiap harinya.
Ketika Agustinus Jeong pindah ke Seoul, Simon Hwang juga pindah ke Jeong-dong, Seoul bersama adiknya, dan dia hidup dari menjual kayu bakar. Pada saat yang sama, dia melakukan yang terbaik untuk membantu pekerjaan Gereja. Dia dibaptis oleh Pastor Yakobus Zhou Wen-mo, dan dia menikmati kesempatan untuk menghadiri Misa bersama umat beriman.
Ketika Penganiayaan Shinyu terjadi pada tahun 1801, Simon Hwang ditangkap ketika dia dalam perjalanan ke gunung untuk mendapatkan kayu bakar. Dia diinterogasi dan disiksa berkali-kali di Pusat Kepolisian dan di Departemen Hukum, dia tidak memberitahukan nama-nama umat beriman lainnya. Dia menahan seluruh pencobaan dan penderitaan dengan sikap kepahlawanan dan tidak menyerah bahkan dari teriakan hakim, namun dia menyatakan hal berikut, menegaskan bahwa agama Katolik adalah ‘agama suci’:
“Saya pikir agama Katolik adalah agama yang benar, dan saya sangat dalam menjiwainya. Sekarang saya menghadapi kematian, namun bagaimana saya dapat meninggalkan iman Katolik saya dan menjadi murtad? Satu-satunya harapan saya adalah mati secepat mungkin.”
Akibatnya, Simon Hwang dipukuli dengan kejam, sampai salah satu kakinya patah. Dia dijatuhi hukuman mati bersama umat Katolik lainnya. Pihak istana memerintahkan bahwa ‘Hwang Il-gwang akan dikirim ke kampung halamannya dan dipenggal di sana, sehingga warga desa berubah untuk menentang agama Katolik’
Sesuai dengan perintah yang diberikan, Simon Hwang dipindahkan ke kampung halamannya, yaitu di Hongju untuk dipenggal. Dia dibawa dengan usungan karena dia tidak dapat berjalan yang disebabkan cedera dan luka parah. Namun dia tidak kehilangan sifat periangnya. Istri dan anaknya mengikuti dia agar dapat membantu dia pada saat terakhirnya. Namun dia memerintahkan mereka untuk tidak mendekati dia karena dia takut bahwa dia akan tergoda oleh mereka, untuk menyerah dari imannya. Setelah tiba di Hongju, dia dipenggal dan meninggal sebagai martir. Pada saat itu tanggal 30 Januari 1802 (27 Desember 1801 pada penanggalan Lunar). Simon Hwang pada saat itu berusia 45 tahun.
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 8 February 2015, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0