[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Leo Hong In
Profil Singkat
- Tahun lahir: 1758
- Tempat Lahir: Pocheon atau Seoul
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Keluarga Kelas Bangsawan
- Usia: 44 tahun
- Tanggal Kemartiran: 30 Januari 1802
- Tempat Kemartiran: Pocheon, Gyeonggi-do
- Cara Kemartiran: Dipenggal
Leo Hong In lahir di keluarga ternama di Seoul, namun sejak ayahnya pindah ke Pocheon, Gyeonggi-do, dia dibesarkan di sana. Fransiskus Xaverius Hong Gyo-man yang menjadi martir di Seoul pada tahun 1801 adalah ayahnya.
Pada tahun 1791, keluarga Leo pertama kali mengetahui agama Katolik melalui ayahnya yang mempelajari Katekismus dari sepupunya yaitu Fransiskus Xaverius Kwon Il-sin. Leo Hong mempelajari Katekismus dari ayahnya.
Ketika dia menjadi Katolik, Leo Hong meninggalkan seluruh ambisi dan impian duniawi. Dia mengabdikan hidupnya untuk Tuhan dan mewartakan iman Katolik. Dia berpikir bahwa cara yang terbaik untuk berbakti sebagai seorang anak adalah membimbing ayahnya kepada Gereja. Sehingga Leo Hong membuat setiap usaha untuk membantu ayahnya, yang masih ragu-ragu, untuk menjelaskan apa yang meragukan ayahnya tentang doktrin Katolik. Akhirnya dia berhasil dalam membimbing ayahnya untuk mengimani Tuhan.
Pada akhir tahun 1794, ketika Pastor Yakobus Zhou Wen-mo datang ke Korea, Leo Hong mengunjungi dia bersama ayahnya dan menerima Sakramen Baptis dan juga mengikuti Misa. Dia menjaga hubungan baik dengan pamannya Antonius Hong Ik-man dan Alexius Hwang Sa-yeong yang merupakan orang Katolik yang saleh, dan juga menjalani kehidupan yang penuh iman. Bersama dengan ayahnya dia berusaha untuk mewartakan Injil di wilayah Pocheon.
Ketika Penganiayaan Shinyu terjadi pada tahun 1801, setelah meminta pendapat ayahnya, Leo Hong menyembunyikan sebuah kotak yang berisi buku-buku Katolik kepunyaan dari Agustinus Jeong Yak-jong di rumahnya. Baik nama dia dan nama ayahnya diketahui polisi dari seorang umat Katolik yang ditangkap ketika memindahkan kotak buku-buku Katolik ke tempat lain.
Pada saat itu Leo Hong dan ayahnya bersembunyi di tempat lain. Mereka mengetahui bahwa mereka tidak dapat tinggal lama di persembunyian, mereka kembali ke rumah dan mereka ditangkap oleh polisi. Ayahnya, Fransiskus Xaverius Hong dibawa ke Seoul, sedangkan Leo Hong dikirimkan ke Pocheon.
Leo Hong pertama kali diinterogasi dan disiksa di Pocheon, namun dia tidak mengungkapkan apapun tentang Gereja. Setelah itu dia dipindahkan ke Pusat Kepolisian dari kantor gubenur Gyeonggi-do.
Ayahnya, Fransiskus Xaverius Hong meninggal sebagai martir tak lama setelah dia dibawa ke Seoul. Mengikuti teladan ayahnya, Leo Hong mengatasi seluruh cobaan dan penderitaan yang ia terima di Pusat Kepolisian dan Departemen hukum dengan iman. Dia dijatuhi hukuman mati dan dipindahkan ke kampung halamannya yaitu Pocheon untuk dieksekusi. Dia dipenggal dan meninggal sebagai martir pada tanggal 30 Januari 1802 (27 Desember 1801 pada penanggalan Lunar). Leo Hong pada saat itu berusia 44 tahun.
Berikut ini adalah kutipan dari surat pernyataan Departemen Hukum tentang Leo Hong:
“Anda sangat dalam menjiwai agama Katolik dan menjalankannya untuk waktu yang lama. Ayah Anda mengajarkan Anda tentang doktrin Katolik, dan Anda mempelajari itu darinya. Anda tidak mengubah pikiran Anda mengenai keyakinan Anda. Oleh karena itu, Anda dipindahkan dari Kantor Gubernur Gyeonggi-do ke Pusat Kepolisian … Anda pantas mati sepuluh ribu kali karena dosa yang Anda lakukan karena telah melawan hukum nasional.”
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 19 February 2015, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 1 Comment.
Pingback: Beato Fransiskus Xaverius Hong Gyo-man | Terang Iman