[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Kembali ke Iman Masa Kecil – Kisah Nickolas A. Barbin

Nick Barbin (Sumber: chnetwork.org)
Perjalanan iman saya cukup panjang, dimulai sebagai seorang Katolik, kemudian menjadi seorang Southern Baptist, kemudian menjadi seorang non-denominasi, Pentakostal, Injili Karismatik, kemudian untuk waktu yang singkat menjadi Ortodoks Yunani, dan akhirnya kembali ke Gereja Katolik.
Masa kecil
Saya dibaptis sebagai Katolik saat masih bayi di Lousiana. Kedua orang tua saya bercerai ketika saya berusia 2 tahun, dan tak lama kemudian ayah saya yang seorang Katolik menikah lagi. Ibu saya membawa saya ke gereja Baptis karena ayah saya seorang suam-suam kuku. Seperti kebanyakan orang Protestan, ibu saya menganggap umat Katolik sebagai penyembah berhala dan bukan Kristen. Meskipun demikian, saya pernah menghadiri katekumen dan menerima Komuni Pertama, sementara itu di beberapa hari Minggu saya ikut di gereja Baptis dan sekolah Minggu. Kemudian, ibu saya menikah lagi dengan seorang pilot pesawat tempur Angkatan Udara dan mereka dipindahkan ke Las Vegas, Nevada. Pada musim panas, saya mengunjungi mereka sebagai seorang anak dan ikut hadir di gereja Baptis mereka.
Masa remaja
Selama masa remaja yang saya alami pada pertengahan tahun 1990-an, saya pindah bersama dengan ibu dan ayah tiri saya dan otomatis saya menjadi seorang Southern Baptist. Kami tinggal di berbagai tempat di seluruh dunia, dan sementara waktu kami tinggal di Jerman. Saya bersekolah di sekolah menengah Baptis milik jemaat kami. Pada masa inilah saya mulai merasakan rasa lapar yang mendalam akan Allah dan segala sesuatu tentang Allah. Saya mulai mempertimbangkan panggilan saya untuk melayani dan meluangkan berjam-jam dalam hidup doa, mempelajari Alkitab, dan hadir di gereja setiap pekan. Selain itu, saya sangat aktif dalam kegiatan kelompok orang muda dan kegiatan gereja.
Kemudian, saya kembali ke Las Vegas, saya bersekolah di sekolah menengah Kristen untuk tahun awal saya (setingkat SMP –red.). Sekolah ini adalah sekolah Pentakostal, dan gaya gerejanya berbeda. Pada hari Minggu, saya melanjutkan untuk tetap ikut di gereja Baptis kami, serta tetap aktif di kelompok orang muda di sana.
Pada waktu itu, saya tidak yakin apakah saya ingin menjadi pendeta atau menjadi misionaris, seminari atau sekolah Alkitab mana yang harus saya tempuh, atau denominasi mana yang harus saya ikuti. Impian saya pada usia 13 tahun adalah menjadi seorang misionaris di Afrika, namun dengan kenyataan bertumbuh dewasa mempengaruhi impian saya itu. Setelah setahun di tahun senior saya (setingkat SMA –red.), saya banyak berdoa, saya merasa terdorong untuk bergabung dengan militer, yang merupakan impian saya lainnya. Jadi mungkin saya akan melakukan pelayanan di militer dan menggunakannya sebagai ladang misi dan batu loncatan untuk karier di gereja.
Pelayanan di militer
Pada tahun 1998, saya mendaftar di Angkatan Darat sebagai seorang prajurit infanteri, ketika saya semakin dekat dengan Allah dan iman saya semakin kuat, saya mulai menggunakan dunia militer sebagai ladang misi saya. Tugas perdana saya ditempatkan di Jerman, dan saya bergabungn dengan sebuah gereja non-denominasi yang bergaya Pentakostal. Pada saat itu adalah proses pembentukan diri oleh seorang pendeta misionaris, dan saya merencanakan untuk tinggal bersamanya untuk menghindari masalah yang berkaitan dengan kehidupan di barak: yang pertama, kehidupan yang tidak saleh yang terjadi di sana, yang kedua, saya mengalami serangan fisik pada suatu malam karena iman saya. Saya mencari suasana Kristen yang damai, di mana saya bisa bertumbuh secara rohani dan mempersiapkan diri untuk pelayanan. Dan tempat mana lebih baik, selain tinggal bersama pendeta yang bisa membentuk, membimbing, dan membantu saya setiap hari untuk saya sendiri bisa menjadi seorang pendeta? Saya juga melakukan penginjilan jalanan dan bertindak sebagai seorang daikon dan juga menjadi seorang drummer di musisi gereja. Kecuali ketika saya bertugas di pangkalan militer. Saya berada di lingkungan gereja sepanjang siang dan malam. Setelah satu setengah tahun, saya kembali ke Fort Drum, New York dan bergabung dengan denominasi yang sama dengan yang di Jerman.
New York bagian utara
Di New York, saya tinggal lagi bersama dengan pendeta dan melakukan semua pekerjaan yang sama. Saya juga mulai berkhotbah dan terjun langsung membantu pendeta, sementara itu jemaat bertumbuh dari sebuah gereja rumahan sampai memiliki gedung gereja sendiri yang besar. Sekitar setahun kemudian, pada serangan World Trade Center dan Pentagon yang terjadi pada tanggal 11 September. Karena saat itu saya berada di pasukan elit MTN DIV, kami segera dikerahkan ke luar negeri, saat itu menjadi pengalaman pertama dalam perang melawan terror. Saya bertarung dalam Operation Anaconda yang terkenal itu sebagai seorang infanteri dan di sana saya bekerja sama dengan Pasukan Khusus.
Setelah perjalanan pertempuran ini, saya pulang dengan kondisi yang lebih buruk, saya menjauh dari Allah, jarang ke gereja, dan bergaul dengan teman-teman yang tidak bertuhan. Selain itu, ada beberapa masalah di gereja saya dan masalah pribadi lainnya, dan saya meninggalkan jemaat itu. Namun, oleh karena rahmat Allah, saya hanya tenggelam dalam gaya hidup pesta pora selama beberapa bulan. Allah telah membantu saya untuk mendapatkan kembali hidup saya, mengingatkan kembali tentang panggilan saya, dan saya akan bergabung dengan jemaat non-denominasi Pentakostal lainnya, dan ini menjadi awal yang baru bagi saya.
Sekali lagi saya merasa bersemangat untuk Tuhan, saya bergabung semampu saya di gereja baru, menjadi relawan, bergabung dengan kelompok, dan sebagainya, dan saya menjadi lebih terlibat daripada sebelumnya. Saya mendampingi pendeta, menjadi seorang diakon, drummer, ikut dua kelompok paduan suara, dan wakil presiden persekutuan pelayanan pria. Kadang-kadang, saya berkhotbah atau mengajar pelajaran Alkitab.
Lebih dari setahun kemudian, saya dipindahtugaskan lagi, kali ini ke Virginia. Ironisnya, saya sekarang tinggal di kota yang sama dengan kepala penilik jemaat denominasi waktu di New York. Jadi saya juga hadir dan tak lama kemudian saya terlibat sekali lagi di sana. Penilik jemaat memperhatikan saya dan panggilan dalam diri saya. Kita banyak berbicara, sering bertemu, dan berdoa bersama. Ia menyuruh saya untuk menjalani persiapan untuk menjadi seorang pelayan. Saya mengambil tes tertulis dan lisan, menghadap dewan gereja, melakukan khotbah percobaan, dan akhirnya menjadi pelayan yang memiliki izin. Namun kemudian saya dipindahtugaskan ke Korea!
Korea
Pada awal tahun 2004, saya berada di Korea Selatan, di mana tak lama kemudian saya diangkat menjadi seorang pelayan di staf pelayanan di Kapel Pangkalan. Tak lama setelah itu, saya menjadi asisten pendeta di Pelayanan Injil di sana. Saya juga membantu di sebuah gereja Baptis di Korea sebagai pendeta muda/guru sekolah Minggu, saya bekerja melalui seorang penerjemah karena saya belum bisa berbahasa Korea. Berkat Allah di atas segalanya yang saya lakukan pada saat itu. Pelayanan kecil di pangkalan menjadi cepat berkembang menjadi sekelompok besar orang Kristen yang penuh semangat.
Sebelum tiba di Korea, saya sudah dipindahtugaskan dari infanteri menjadi seorang sersan yang bekerja sebagai pengawas pemeliharaan helicopter dengan skuadron penerbangan di pangkalan. Menjelang akhir masa tugas saya, kepala pendeta harus pergi, dan saya dijadikan kepala pendeta di bulan-bulan terakhir di sana, dan saya meninggalkan Korea sebagai seorang pelayan yang sudah dilantik.
Kembali ke Afghanistan
Pada awal tahun 2005, saya kembali ke Amerika Serikat, dan saya membantu seorang teman pendeta di gerejanya. Jemaat berkumpul di Ramada Inn, dan saya sebagai asisten pendeta. Setahun kemudian, saya kembali ke Afghanistan, saat ini sebagai kru penerbangan helicopter dan pengawas pemeliharaan. Kemudian pada bulan Januari 2006, saya bertugas lagi di Afghanistan, kali ini untuk 13 bulan. Saya bergabung dengan staf pelayanan pangkalan, dank arena pemeliharaan-Nya, sekali lagi saya dipilih menjadi asisten pendeta, bahkan sejauh ini saya yang paling muda dan pangkat paling rendah di staf pelayanan. Sepertinya hal ini menjadi peneguhan akan panggilan saya, secara khusus sejak saya diangkat menjadi pendeta senior di jemaat itu, selama beberapa bulan saya melayani sebagai asisten pendeta.
Kami berada di pangkalan NATO, sehingga kami memiliki pasukan dari beberapa negara dari setiap benua. Pelayanan saya di sana menjadi masa persekutuan dan penyembahan yang luar biasa. Dengan cepat pelayanan menarik ratusan orang setiap pekannya. Kami memiliki tim tarian pujian, paduan suara, musisi, dan khotbah yang luar biasa. Saya memimpin pertemuan doa, mengajar pelajaran Alkitab setiap minggu, saya menjadi bagian paduan suara, bermain drum ketika diperlukan. Banyak orang dituntun kepada Kristus melalui kami, dan para pendeta mulai bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, karena banyak orang meninggalkan pelayanan para pendeta itu dan pindah ke pelayanan kami. Akhirnya para pendeta itu hadir bersama kami. Kepala pendeta memberikan saya kunci kantonya, dengan akses penuh saya bisa ke tempat ibadah kapan pun saya mau.
Pelayanan penuh waktu
Sepulangnya saya pada bulan Februari 2007, saya meninggalkan dunia militer untuk mengejar hasrat saya di pelayanan. Akhirnya saya menyelesaikan gelar dalam pelayanan ketika masih di dunia militer, dan penilik jemaat saya telah mendengar semua hal mengenai apa yang Allah lakukan di luar negeri. Ia menawarkan sebuah jabatan sebagai seorang penilik jemaat untuk bekerja dengannya. Hal ini seperti impian seumur hidup saya menjadi kenyataan! Saya mengumumkan kepergian saya kepada jemaat saya di New York dan melalui tahap meninggalkan dunia militer. Pada bulan Juli 2007, saya siap memasuki bab baru dalam kehidupan saya. Satu-satunya kekhawatiran saya adalah bahwa saya memiliki impian menjadi seorang misionaris, bukan sebagai seorang pemimpin atau penilik jemaat. Penilik jemaat ini tahu akan hasrat saya untuk bermisi, karena kami sering mendiskusikannya. Namun penilik jemaat itu sudah tua dan ingin pensiun. Jadi ia membutuhkan saya, dan setelah banyak berdoa, daya menyetujui permohonannya. Sepertinya Allah menginginkan saya berada di saat ini.
Namun, begitu saya memulaiya, dengan cepat semuanya menjadi jelas bahwa hal itu tidak seperti yang diharapkan, saya sudah membuat kesalahan besar. Saat itu menjadi waktu yang sulit bagi saya, walaupun saya sudah melakukan pelayanan besar di Afrika dan beberapa seminar di beberapa negara bagian. Setelah beberapa bulan, gereja itu pecah, dan berakhir dengan buruk. Akhirnya saya bangkrut dan kehilangan tempat tinggal, tidak punya pekerjaan, dan tidak ada tempat yang bisa saya tuju.
Kembali ke Las Vegas
Pada awal tahun 2008, saya memutuskan untuk menuju ke Las Vegas untuk memulai awal yang baru. Bekerja paruh waktu dan menabung untuk melakukan perjalanan, dan saya memulai misi yang baru. Las Vegas adalah rumah saya waktu saya masih remaja, jadi kembali ke sana menjadi nostalgia. Ketika saya memulai di sana, saya bertemu dengan seorang penginjil wanita, dan kami menggabungkan upaya kami menjadi satu pelayanan. Pada akhirnya, kami menikah dan bekerja dengan kaum muda dan mereka yang miskin, menyediakan pelajaran Alkitab, pelayanan di radio, pelayanan di internet, dan berkhotbah di jalanan. Kami menjalankan pelayanan ini sebagai para kepala pendeta dan para pendiri selama beberapa tahun, merencanakan misi dan penginjilan di luar negeri untuk masa depan. Namun kami masih berjuang secara finansial. Kami tidak percaya dalam meminta-minta uang, maka kami hanya melanjutkannya dengan iman, dan Allah selalu menyediakan, namun tidak sebanyak yang kami inginkan. Maka setelah beberapa tahun, saya bergabung dengan Angkatan Udara Cadangan, yang bekerja sebagai Analis Intelejen Operasi Khusus, pertama kali saya bekerja paruh waktu, namun kemudian menjadi penuh waktu. Gaji dan kondisi pekerjaan jauh lebih baik dari pekerjaan menjadi petugas keamanan sebelumnya, dan saya menaruh hati dalam pekerjaan itu. Namun, antara pekerjaan dan pelayanan, ditambah dengan belajar untuk gelar lainnya, kami merasa tertekan, perkawinan kami berjalan dengan buruk, dan kami harus mengurangi pelayanan seminimal mungkin. Kemudian, setelah beberapa tahun, militer memerintahkan kami untuk pergi ke Florida. Kami berkemas dan pindah lagi!
Perjalanan yang sebenarnya dimulai
Selama masa sulit inilah saya menemukan permata paling berharga dalam hidup saya. Saya selalu menginginkan Allah dan mencari Gereja-nya yang sebenarnya. Saya bertanya-tanya mengapa ada begitu banyak denominasi dan mengapa doktrin dan praktik mereka sangat berbeda-beda. Saya hanya ingin menjadi bagian dari tubuh yang universal dan tak terbagi, dan memang seharusnya demikian karena hanya ada satu Allah dan satu wahyu ilahi yang sejati.
Bertolak dari Nevada ke Florida, saya merasa frustasi, kecewa, dan tidak puas dengan “gereja” dan status quo. Dalam beberapa tahun terakhir sebelum saya pindah, saya bertindak keterlaluan dengan menyalahkan agama Kristen itu sendiri dan “injil” yang diberitakan gereja-gereja saat ini. Saya tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres, entah bagaimana ada sesuatu yang lebih, sesuatu yang lebih mendalam, lebih kuno, dengan kepenuhannya. Saya mulai berdoa dan berpuasa sambil berseru kepada Allah agar sesuatunya berubah. Oh ya, saya sudah berdoa dan berpuasa di sepanjang hidup saya, namun sekarang saya merasa benar-benar putus asa. Antara mengalami masalah perceraian yang berlarut-larut, karier yang tidak menentu menyebabkan saya harus menginggalkan dunia militer dan juga depresi batin yang merasa tidak yakin akan kebenaran, dan saya sudah berada di ujung tanduk.
Saya ingat kembali Kitab Suci yang berkata mengenai Yesus dan Petrus:
Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. (Matius 16:18-19)
Ayat Kitab Suci ini terus bergema dalam pikiran saya. Saya tahu bahwa Yesus tidak akan berbohong, jadi mengapa ada begitu banyak kebingungan, pertikaian, perpecahan, aliran, dan omong kosong tiada akhir dalam agama Kristen? Mengapa ada begitu banyak injil yang berbeda, begitu banyak aliran sesat? Hati saya penuh dengan pertanyaan, dan saya terus bertanya kepada Allah, berdoa kepada-Nya supaya menuntun saya ke Gereja kuno para rasul mula-mula. Saya tahu pasti ada di suatu tempat di bumi ini!
Perlukah saya berziarah ke Yunani untuk menemukan gereja-gereja yang asli yang didirikan oleh Rasul Paulus, dan untuk melihat apakah gereja-gereja itu masih ada, dan juga untuk mendengarkan ajaran dan apa yang mereka Imani? Apakah gereja-gereja itu masih ada setelah 2.000 tahun? Ironisnya, saya menghadiri festival Yunani di Florida beberapa bulan setelah apa yang saya renungkan ini (Agustus 2015) dan saya menemukan Gereja Ortodoks Yunani. Saya belum pernah mendengarnya dan saya tidak percaya Gereja semacam itu ada! Saya berkunjung ke sana, belajar bersama mereka dan membaca tulisan para Bapa Gereja mula-mula. Liturgi mereka begitu ilahi dan indah, saya terpesona! Sepertinya semua inilah yang saya cari, dan akhirnya saya merasa pulang.
Namun, saya ingin memastikannya, maka saya meluangkan waktu untuk meneliti segala sesuatu yang bisa saya peroleh dari Gereja kuno ini. Saya mempelajari tentang Skisma Besar ketika saya menghadiri kelas pengajaran mereka. Beberapa bulan kemudian, saya ingin membuat perbandingan antara Ortodoksi dan Gereja kuno lainnya yaitu, Katolik. Meskipun saya sudah mendengar semua alasan dari pihak Ortodoks, saya ingin mendengar semua dari Katolik. Jadi saya mulai hadir di salah satu paroki dan membaca tentang Gereja Katolik. Saya mendaftar katekumen dan membaca Katekismus Gereja Katolik, dan membaca lebih banyak tulisan para Bapa Gereja, dan buku-buku Katolik lainnya. Saya juga memahami artikel-artikel Katolik, program dan video yang disajikan oleh Coming Home Network, Symbolon, dan EWTN. Ketika saya membaca buku Scott Hahn yang berjudul Rome Sweet Home, saya merasa kagum bahwa sebenarnya ada orang Protestan lain, bahkan seorang pelayan seperti saya, yang menjadi Katolik. Saya melahap semuanya itu, mempelajari, berdoa, dan menghadiri kedua gereja itu. Saya punya teman di masing-masing pihak sehingga saya bisa bertanya, selain berbicara denga para imam dari kedua paroki. Setelah waktu doa yang panjang dan memilah-milah, saya memutuskan bahwa Gereja Katolik adalah yang saya cari.
Saya bertemu dengan imam dan berkata kepadanya bahwa saya ingin pulang ke Gereja tempat saya dibaptis ketika bayi. Saya mengaku dosa dan diterima kembali ke pangkuan Gereja pada Pekan Suci 2016. Saya juga menerima anulasi perkawinan pertama saya dan akhirnya saya menikahi seorang wanita luar biasa yang bernama Joan.
Saya mendaftar di paroki itu dan tindak lanjut yang saya ambil dengan ikut Misa setiap Minggu dan kadang-kadang pada hari biasa, jika waktu mengizinkan. Pada saat ini, saya berada di tengah-tengah transisi ke suatu pekerjaan yang lebih baik, dan tak lama kemudian pekerjaan di pemerintahan menyita sebagian besar waktu saya, bekerja dengan jam yang panjang dan jam gilir yang aneh. Akhirnya saya mengambil pekerjaan yang berbeda, namun hal itu menyebabkan saya harus pindah negara bagian. Pada awal tahun 2017, saya ditugaskan kembali di Las Vegas, di mana akhirnya saya bisa menerima Sakramen Penguatan pada bulan Mei 2018. Saya menghadiri paroki setempat di Las Vegas, namun karena pekerjaan membuat saya terus menerus bepergian, sehingga saya tidak terlalu terlibat di paroki seperti yang saya inginkan. Menjadi mantan pelayan dan pendeta, sangat menyedihkan harus hidup dengan membagi waktu antara pekerjaan dan waktu pribadi, tapi beginilah hidup. Saya sudah mendaftar ulang di Angkatan Udara Cadangan, dan pekerjaan sipil adalah posisi tertentu di Departemen Pertahanan. Saya sering bepergian, yang sering di luar rumah dan bekerja dengan jadwal yang aneh. Saya menghadiri Misa di mana pun saya berada, berdoa rosario, menonton EWTN, dan mendengarkan radio Katolik, melakukan apa yang bisa saya lakukan untuk menjaga hubungan dengan Allah, dan dengan cara yang tenang menginjili orang lain.
Menghadapi perbedaan doktrin
Saya pikir Allah menggunakan Gereja Ortodoks untuk menarik saya pulang. Dahulu saya seorang anti-Katolik, tidak mungkin saya menginjakkan kaki di sebuah gereja Katolik atau ikut terlibat dengan agama Katolik. Jadi diperlukan pihak ketiga yang terbuka dan penuh kasih untuk memungkinkan hal itu terjadi.
Mengenai rintagan, tentu saja semua doktrin utama pada mulanya menjadi masalah bagi saya. Untungnya, karena sebelumnya saya sudah mempelajari doktrin-doktrin yang saya di pihak Ortodoks, saya bisa memahami mengapa Gereja Katolik mengimani itu.
Misalnya sebagai seorang Protestan, bagi saya umat Katolik itu tampak “menyembah Maria,” atau paling tidak terlalu menonjolkan Maria. Hal itu seperti penyembahan berhala. Bagi seorang Protestan Injili, semua hal itu hanya tentang Anda dan Yesus, atau Anda dengan Roh Kudus, atau Anda dengan Allah. Namun setelah mempelajari doktrin dan praktik yang diimani dan dilakukan oleh Ortodoks dan Katolik, akhirnya saya bisa melihat Maria itu hanya dihormati sebagai Bunda Allah, hal itu merupakan hal yang indah dan meneguhkan serta penting bagi semua umat Kristen.
Masalah lainnya adalah mengenai Kehadiran Nyata Kristus dalam Ekaristi. Dahulu sewaktu saya masih kecil, saya seorang Katolik, namun karena saya sudah terlalu lama menjadi Protestan, sehingga membuat hal ini sebagai pernyataan yang tidak masuk akal. Namun, ketika saya mempelajari para Bapa Gereja, saya mempelajari bahwa Gereja perdana benar-benar percaya tentang kehadiran Kristus dalam Ekaristi, dan Ekaristi ini menjadi pusat peribadatan mereka. Bahkan akibatna umat Kristen disebut “kanibal” oleh orang-orang pagan. Hal ini jelas sekali bukan sebagai “persekutuan” simbolis Protestan, namun karena Tubuh dan Darah Kristus yang sebenarnya! Sekali lagi, saya berpendapat bahwa peribadatan Gereja perdana itu tidak seperti kebaktian Protestan modern, namun seperti Misa Katolik saat ini.
Lalu ada masalah mengenai “berdoa kepada para kudus.” Dengan cepat saya mempelajarinya bahwa hal ini bukanlah “doa” seperti dalam menyembah Allah. Sebaliknya, umat Katolik hanya memohonkan mereka supaya berdoa bagi kita, dengan cara yang sama jika ita memohon orang yang kita kasihi untuk berdoa bagi kita. Adakah cara yang lebih baik untuk memohonkan doa selain memohon melalui para kudus, yang sudah berada di hadirat Allah di surga, untuk berdoa bagi kita? Inilah hal lain yang sudah dilakukan Gereja sejak awal mula.
Banyak hal yang dituduhkan kepada umat Katolik ternyata tidak benar! Apa yang benar-benar mereka Imani dan lakukan adalah hal-hal yang sudah ada sejak awal mula Kekristenan. Inilah Tubuh Kristus yang Yesus sendiri dirikan di bumi, dan saya ingin menjadi bagiannya!
Salah satu yang tidak saya sukai mengenai Ortodoksi adalah ketidakteraturan dan kurangnya persatuan. Dalam cara itu mereka seperti Protestan. Sungguh frustari mencoba mempelajari dan memahami apa yang mereka Imani, karena tidak ada program yang tertata seperti katekumen di Katolik, tidak ada buku teks doktrinal seperti Katekismus Gereja Katolik. Bukan hanya itu, bagi saya Ortodoksi itu terlalu etnik. Kadang-kadang, Gereja Ortodoks Yunani dirasakan lebih seperti kelompok sosial Yunani daripada sebuah Gereja. Lalu ada fragmentasi: Mengapa begitu banyak Gereja Ortodoks yang berbeda-beda, masing-masing berfungsi secara mandiri, terpisah dari yang lain? Tidak ada interkomuni, tidak ada persamaan, bahkan dalam sebuah satu Gereja nasional: satu paroki akan mengatakan dan melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, dan paroki lain melakukan cara yang sama sekali berbeda. Tak satu pun berada di posisi yang sama.
Di sisi lain, apa yang pernah saya benci mengenai agama Katolik, sekarang saya mulai mencintainya. Saya mulai menghargai bahwa ada seorang Paus, seorang penilik dari semua Gereja, yang membantu menyediakan keseluruhan struktur dan persatuan. Saya juga mulai memahami Misa, bukan hanya keindahannya saja, tetapi juga perasaannya. Sekarang saya bisa melihat sisi penginjilan, misionaris, dan universal. Anda bisa memasuki gereja Katolik Ritus Latin mana pun, dan tahu dengan pasti apa yang sedang terjadi di sana. Anda bisa merasakan bahwa Anda sedang di rumah sendiri. Tentu saja, ada hal-hal indah mengenai Ortodoksi, sebut saja liturgi dan arsitekturnya. Namun setelah semua yang saya pelajari, Gereja Katolik sepertinya menjadi Gereja yang lebih diinginkan Kristus, universal namun juga menginjili, kuno dan tradisional namun tetap relevan sampai hari ini. Dan Gereja Katolik memiliki pemimpin global yang mengikat semuanya itu. Itulah yang saya perlukan.
Nickolas Barbin adalah seorang yang berkarier di dunia militer dan mantan pendeta dan penginjil dari gereja non-denominasi Injili internasional. Ia kembali ke Gereja Katolik setelah bertahun-tahun merasa frustasi, kecewa, dan masa pencarian. Nickolas tinggal di Las Vegas, Nevada bersama dengan Joan, istrinya. Ia bekerja sebagai seorang kontraktor militer di Departemen Pertahanan. Ia senang bepergian ke luar negeri, membaca dan mempelajari teologi.
Sumber: “Out and Back“
Posted on 6 May 2020, in Kisah Iman and tagged Ortodoks, Pentakostal, Protestan Baptis, Protestan Injili. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0