7 Alasan Mengapa Petrus adalah Sang Batu Karang

Oleh Tim Staples

Delivery of the Keys (Pietro Perugino) (Sumber: wikimedia.org)

Yesus berjanji untuk memberikan kunci-kunci kerajaan hanya kepada Petrus, yang melambangkan otoritas Kristus

Beberapa teks Kitab Suci memang menjadi kesempatan untuk dibahas lebih dalam, tapi tidak ada yang lebih dalam dari pembahasan Matius 16:17-19:

Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku (gereja-Ku)dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Bagi umat Katolik, ayat ini sangat jelas. Kedua belas rasul hadir di sana, namun Yesus berjanji untuk memberikan kunci-kunci kerajaan hanya kepada Petrus, yang melambangkan otoritas Kristus (kuasa surgawi) atas Kerajaan Surga di atas bumi, yaitu Gereja.

Kendati demikian ada jutaan orang Protestan yang percaya bahwa ada perbedaan makna dalam tulisan Yunani antara dua “batu” yang akan menghilangkan pertimbangan Petrus sebagai batu karang.

“Engkau adalah petros dan di atas petra ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku … “ Batu pertama, yaitu petros, dinyatakan untuk merujuk batu kecil yang tidak berarti, yakni Petrus. Yang kedua adalah petra dinyatakan sebagai batu besar, yang bisa berarti Yesus atau pengakuan iman Petrus. Maka argumen ini menyimpulkan bahwa Yesus tidak mendirikan Gereja-Nya di atas St. Petrus, tidak juga di atas diri-Nya sendiri, tidak juga di atas iman Petrus.

Berikut ini 7 alasan di antara berbagai alasan lainnya yang bisa kita telaah, mengapa Petrus tidak dapat disangkal sebagai batu karang:

1.) Matius, kita punya bukti yang cukup kuat kalau Injil Matius ini ditulis dalam bahasa Aram. Baik St. Papias dan St. Irenaeus memberi tahu kita banyak tentang hal ini pada abad ke-2. Namun, yang lebih penting, dan juga lebih pasti, Yesus tidak akan membicarakan Matius 16 ini dalam bahasa Yunani. Pada abad pertama, bahasa Yunani merupakan bahasa dominan di Kekaisaran Romawi. Tetapi pada umumnya sebagian besar orang Yahudi yang berbicara dengan Yesus tidak akan berbicara dalam bahasa Yunani. Bahasa Aram adalah bahasa lisan mereka.

Selain itu kita punya bukti alkitabiah, yaitu dalam Yohanes 1:42 yang menunjukkan bahwa Yesus menggunakan bahasa Aram dalam menamai Petrus: Ia [Andreas] membawanya [Petrus] kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”

Nama Kefas adalah bentuk sederhana dari bahasa Aram Kepha,  yang artinya adalah “batu karang.” Tidak ada yang namanya “batu kecil” yang bisa ditemukan dalam pernyataan asli Yesus kepada Petrus.

Bahkan para ahli Protestan yang dihormati karyanya akan sepakat mengenai hal ini. Seorang ahli dari aliran Baptis yang bernama Donald Arthur Carson, menulis dalam The Expositor’s Bible Commentary:

Bahasa Aram yang mendasari hal ini tidak perlu dipertanyakan lagi; dan kemungkinan besar kepha digunakan dalam kedua klausa (“engkau adalah kepha” dan “di atas kepha ini”), karena kata itu digunakan baik untuk nama dan untuk sebuah “batu karang.” Peshitta (yang ditulis dalam bahasa Suriah, sebuah bahasa yang serumpun dengan dialek bahasa Aram) tidak membedakan antara kata-kata itu dalam kedua klausa tersebut.

2.) Dalam bahasa Yunani Koine (dialek bahasa Yunani yang digunakan oleh para penulis Perjanjian Baru), petros dan petra merupakan bentuk maskulin dan feminin dengan akar yang sama dan definisi yang sama – batu karang. Tidak ada “batu kecil” yang bisa ditemukan dalam teks Yunani.

Jadi mengapa St. Matius menggunakan kedua kata ini pada ayat yang sama? Petra merupakan kata yang umum yang digunakan untuk “batu” dalam bahasa Yunani. Kata ini digunakan sebanyak 15 kali untuk mengartikan “batu,” “bebatuan,” atau “berbatu” dalam Perjanjian Baru. Petros adalah istilah Yunani kuno yang sama sekali tidak umum digunakan dalam bahasa Yunani Koine. Bahkan, kata itu tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Baru, kecuali sebagai nama Petrus setelah Yesus mengubah namanya dari Simon menjadi Petrus.

Oleh karena itu, ketika St. Matius menerjemahkannya, ia akan menggunakan kata petra untuk “batu karang.” Namun, dengan melakukan hal ini, ia menemui masalah. Petra adalah bentuk kata feminin. Maka tidak pas memanggil Petrus dengan Petra. Sama halnya memanggil nama “Maya” atau “Indah” dalam bahasa Indonesia kepada seorang pria. Maka, kata petros digunakan sebagai nama Petrus alih-alih menggunakan kata petra.

3.) Ada beberapa kata yang digunakan penulis yang memperoleh inspirasi itu untuk cadas (batu karang) atau batu dalam bahasa Yunani. Petra dan lithos adalah kata yang paling umum. Kedua kata itu bisa digunakan secara bergantian. Konotasi “besar” atau “kecil” dalam kedua kata itu tergantung pada konteksnya. Kedua kata itu hanyalah berarti “cadas” atau “batu.”

Seorang ahli Protestan lainnya yang bernama Craig S. Keener, dalam “The IVP Bible Background Commentary of the New Testament” halaman 90 menyatakan: “Dalam bahasa Yunani (di sini), kata-kata itu (merujuk pada petros dan petra) merupakan istilah serumpun yang digunakan secara bergantian pada masa ini …” D. A. Carson menunjukkan bahwa perbedaan besar atau kecil memang ada dalam bahasa Yunani, namun hanya ditemukan dalam bahasa Yunani kuno (yang digunakan sejak abad ke-8 SM sampai abad ke-4 SM) dan bahkan sebagian besar ditemukan terbatas pada puisi. Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani Koine (yang digunakan pada abad ke-4 SM sampai abad ke-5 M). Carson sepakat dengan Keener dan juga dengan umat Katolik bahwa tidak ada perbedaan dalam makna petros dan petra.

Salah satu kamus Yunani yang paling dihargai dan paling dijadikan referensi di antara para Evangelis adalah “Theological Dictionary of the New Testament” karya Gerhand Kittel. Dalam pernyataan yang paling jujur tentang Matius 16:18, seorang editor mengenai karya ini yaitu Dr. Oscar Cullman menuliskan demikian:

Suatu pun (permainan kata berupa pemunculan lebih dari satu makna sebuah kata atau frasa –red.) dibuat dalam caranya ke dalam teks Yunani … menunjukkan suatu identitas material antara petra dan Petros … karena tidak mungkin untuk membedakannya secara jelas dua kata itu. … Petros sendiri adalah petra ini, bukan hanya imannya atau pengakuannya. … Gagasan para reformator bahwa Yesus maksudkan itu adalah iman Petrus tidak bisa dipahami demikian. … Karena di sini tidak ada referensi mengenai iman Petrus. Sebaliknya, paralelisme “engkau adalah Batu” dan “di atas batu ini Aku akan mendirikan” menunjukkan bahwa batu yang kedua hanya bisa berarti batu yang sama dengan yang pertama kali disebut. Maka jelaslah bahwa Yesus merujuk kepada Petrus, yang kepadanya diberi nama Batu Karang. … Sejauh ini penafsiran Katolik Roma benar dan segala upaya pihak Protestan untuk menghindari penafsiran ini harus ditolak.

4.) Jika St. Matius ingin membedakan “batu” dalam teks itu, maka ia kemungkinan besar akan menggunakan kata lithos. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, lithos  bisa berarti batu besar, namun lebih umum digunakan untuk menyatakan batu kecil. Namun ada kata yang ketiga yang bisa digunakan oleh St. Matius yang bermakna batu kecil: psephos. Kata ini digunakan sebanyak dua kali dalam Wahyu 2:17 sebagai “batu kecil” ketika Yesus berkata, “Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.” Di sini kita punya satu kata dalam bahasa Yunani punya konotasi sebagai “batu kecil” atau “kerikil” yang tidak seperti lithos dan petra.

5.) Suatu garis penalaran yang lebih sederhana yang tidak menggunakan bahasa asli dan meneliti konteks langsung mengenai ayat itu. Mari perhatikan,ketika Tuhan kita berkata kepada St. Petrus dalam Matius 16:17-19:

Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Yesus menggunakan kata ganti pribadi kedua sebanyak tujuh kali dalam tiga ayat. Maka konteksnya jelas sekali bahwa Yesus memberitahukan otoritas khusus kepada Petrus.

Lebih jauh lagi,Yesus digambarkan sebagai sang pembangun Gereja, bukan bangunan. Ia berkata, “Aku akan mendirikan gereja-Ku.” Yesus adalah “orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu” (Matius 7:24) di Injil Matius. Juga tidak sesuai dengan konteksnya jika Yesus berkata membangun Gereja di atas diri-Nya sendiri. Jelas, Yesus mendirikan Gereja di atas Petrus.

6.) Banyak orang kehilangan sesuatu yang signifikan mengenai perubahan nama Simon menjadi Petrus. Dalam Kitab Suci, ketika Allah mengungkapkan diri-Nya kepada umat-Nya  dalam suatu panggilan yang baru dan radikal, kadang-kadang Allah mengubah nama seseorang. Secara khusus kita bisa menemukan hal ini dalam memanggil para Bapa Bangsa. Abram (dalam bahasa Ibrani berarti “bapa yang terpuji”) diubah menjadi Abraham (“bapa dari banyak bangsa”). Yakub (“pengganti”) menjadi Israel (“seseorang yang menang melawan Allah”). Kenyataannya, ada paralel yang sangat menarik antara Abraham dan St. Petrus. Dalam Yesaya 51:1-2, kita bisa membaca demikian:

Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengejar apa yang benar, hai kamu yang mencari TUHAN! Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, … Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu.

Di sini Yesus menjadikan St. Petrus sebagai “bapa” yang sejati dari keluarga umat beriman, sama seperti Allah menjadikan Abraham sebagai “bapa” yang sejati dalam Iman (lih. Roma 4:1-18, Yakobus 2:21). Oleh karena itu, sudah sepantasnya bahwa penerus Petrus disebut “paus” atau “bapa/papa” seperti halnya Abraham (lih. Lukas 16:24).

7.) Ketika kita memahami bahwa Kristus adalah “Putra Daud” yang datang untuk memulihkan Kerajaan Daud yang telah dinubuatkan, dalam Matius 16 kita memahami Kristus seperti Raja Israel yang menetapkan seorang “perdana menteri” di antara para menterinya dalam Kerajaan yaitu para rasul. Yesaya 22:15-22 memberi kita wawasan mengenai pelayanan seorang “perdana menteri” di Israel kuno:

Beginilah firman Tuhan, TUHAN semesta alam: “Mari, pergilah kepada kepala istana ini, kepada Sebna yang mengurus istana, dan katakan … Sesungguhnya, TUHAN akan melontarkan engkau jauh-jauh, hai orang! Ia akan memegang engkau dengan kuat-kuat … Aku akan melemparkan engkau dari jabatanmu, dan dari pangkatmu engkau akan dijatuhkan. Maka pada waktu itu Aku akan memanggil hamba-Ku, Elyakim bin Hilkia: Aku akan mengenakan jubahmu kepadanya dan ikat pinggangmu akan Kuikatkan kepadanya, dan kekuasaanmu akan Kuberikan ke tangannya; maka ia akan menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda. Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.

Dalam Wahyu 1:18, Yesus menyatakan, “Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” Kemudian Ia mengutip teks ini dari Yesaya dalam Wahyu 3:7:

Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: “Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.”

Tak seorang Kristen pun yang menyangkal bahwa Yesus adalah Raja yang mempunyai kunci-kunci itu. Kepada siapa Yesus memberikan kunci-kunci itu? Tentu saja kepada Petrus!

Sumber: “Seven Reasons Why Peter is the Rock”

Advertisement

Posted on 28 June 2020, in Apologetika and tagged , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: