Apa Arti “Di Luar Gereja Tidak Ada Keselamatan”?

Oleh Jim Blackburn

Noah’s Ark (1846) karya Edward Hicks (Sumber: wikimedia.org)

Salah satu ajaran Gereja Katolik yang paling disalahpahami adalah:

“Di luar Gereja tidak ada keselamatan” (Extra ecclesiam nulla salus).

Mereka yang berusaha memahami arti dari ajaran ini sering bergumul dengan rumusan dari para Bapa Gereja dan Konsili Gereja di sepanjang sejarah. Tentu saja, untuk memahami suatu rumusan yang ada di dalam berbagai ajaran Gereja, seseorang harus mempelajari konteks sejarah ketika ajaran itu dituliskan:

  • Mengapa ajaran itu dituliskan?
  • Apa yang sedang terjadi dalam Gereja pada waktu itu?
  • Siapa audiens yang dituju?
  • dan sebagainya.

Seseorang harus menemukan bagaimana Magisterium Gereja (kuasa mengajar Gereja) dalam memahami ajarannya sendiri. Jika seseorang tidak bisa melakukannya dan salah pilih, atau lebih tepatnya hanya memperlakukan rumusan tertentu sebagai satu ajaran yang berdiri sendiri, maka orang itu sangat berisiko untuk salah memahaminya.

Belakangan ini, Gereja sudah mengakui bahwa ajaran mengenai perlunya Gereja Katolik untuk keselamatan ini sudah banyak disalahpahami, sehingga Gereja sudah “merumuskan kembali” ajaran ini dengan cara yang positif.

Katekismus Gereja Katolik membahas topik ini dengan pembukaan sebagai berikut: “Bagaimana dapat dimengerti ungkapan ini yang sering kali diulangi oleh para bapa Gereja? Kalau dirumuskan secara positif, ia mengatakan bahwa seluruh keselamatan datang dari Kristus sebagai Kepala melalui Gereja, yang adalah Tubuh-Nya” (KGK 846).

Sesuai dengan semangat ekumenisme Gereja saat ini, rumusan ulang yang positif ini menampilkan rumusan yang lebih halus (tidak terlalu tajam) daripada rumusan sebelumnya yang “negatif.” Kendati demikian, ajaran ini masih cukup kontroversial. Jadi, mari kita lihat bagaimana rumusan yang baru ini cocok dengan Kitab Suci.

Yesus, Sang Jalan

Bagian pertama dari ajaran yang dirumuskan ulang ini adalah “Segala keselamatan berasal dari Kristus, Sang Kepala” maka hal ini lebih mudah dipahami dan diterima bagi semua orang Kristen, bahkan oleh orang bukan Katolik sekali pun. Ajaran ini menggemakan sabda Yesus sendiri yang dicatat dalam Injil Yohanes: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Maka, dengan suara bulat umat Kristen akan sepakat dengan bagian yang pertama ini. Namun apakah sabda itu cukup untuk menjawab bagaimana seseorang dapat diselamatkan? Gereja Katolik secara historis telah mengakui pentingnya untuk menjelaskan lebih jauh tentang sarana keselamatan yang ditawarkan melalui Kristus.

Ketika kita bicara keselamatan, Yesus menawarkan sesuatu yang lebih jelas daripada sabda-Nya di atas. Contohnya, mari kita perhatikan tiga ayat ini:

  • Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan (Markus 16:16).
  • Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa (Lukas 13:3).
  • Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman (Yohanes 6:54).

Perhatikan ketiga ayat di atas, ketika Yesus menghubungkan keselamatan dengan baptisan, pengakuan dosa, dan Ekaristi. Umat Katolik mengakui bahwa sakramen-sakramen ini diselenggarakan melalui Gereja. Kenyataannya, dalam dua kasus yang terakhir, seorang imam yang ditahbiskan secara sah diperlukan untuk menyelenggarakan sakramen-sakramen itu, maka sakramen tahbisan (Sakramen Imamat) juga harus dikaitkan dengan keselamatan. Peran utama Gereja Katolik dalam hubungannya dengan keselamatan menjadi cukup jelas.

Hal ini membawa kita pada bagian kedua dari rumusan Katekismus ini: “ … melalui Gereja, yang adalah Tubuh-Nya.”

Bersama Yesus atau Melawan Yesus

Karena sakramen-sakramen adalah sarana yang lazim yang mana Kristus menawarkan rahmat yang diperlukan untuk keselamatan, dan Gereja Katolik yang didirikan oleh Kristus adalah pelayan yang lazim dari sakramen-sakramen itu, maka pantas sekali menyatakan bahwa keselamatan berasal dari Gereja.

Hal ini tidak ada bedanya dengan situasi yang pernah ada sebelum Gereja Katolik didirikan. Bahkan sebelum Yesus terungkap bahwa diri-Nya adalah Mesias, Ia sendiri mengajarkan bahwa “keselamatan datang dari bangsa Yahudi” (Yohanes 4:22). Yesus menunjukkan kepada wanita Samaria itu pada tubuh umat beriman yang ada pada waktu itu, yang melaluinya keselamatan ditawarkan kepada semua umat manusia, yaitu bangsa Yahudi.

Dengan cara yang sama, sekarang Sang Mesias sudah mendirikan Gereja-Nya, maka Yesus mungkin berkata, “keselamatan datang dari umat Katolik”!

Menyadari hal ini, kita bisa melihat mengapa Gereja, secara khusus ketika masa eksodus massal (seperti yang sudah terjadi pada saat ajaran-ajaran sesat merejalela), bahkan Gereja mengajarkan doktrin  ini dengan cara yang lebih tajam. Alih-alih sekadar menunjukkan bagaimana Allah menawarkan keselamatan yang berasal dari Kristus melalui Gereja, maka Gereja sudah memperingatkan bahwa tidak ada keselamatan yang terpisah dari Kristus, atau yang berada di luar Gereja-Nya.

Karena Yesus mendirikan Gereja Katolik itu perlu untuk keselamatan, mereka yang tahu dan dengan sadar menolak Yesus atau Gereja-Nya, maka orang itu tidak dapat diselamatkan. Kita tahu hal ini dalam ajaran Yesus: “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan” (Matius 12:30). Dan juga, “Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat (Gereja), pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai” (Matius 18:17). Paulus juga memperingatkan hal yang sama, “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi. Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri” (Titus 3:10-11).

Setelah kita membicarakan semua hal ini, kita harus menyadari bahwa doktrin ini tidak sampai seperti apa yang dibayangkan oleh banyak orang. Kadang-kadang banyak orang akan bertanya, “Apakah ini artinya orang bukan Katolik akan masuk neraka?” Belum tentu.

Ketidaktahuan yang Tak Teratasi (Invincibly Ignorant)

Gereja mengakui bahwa Allah tidak menghukum mereka yang benar-benar tidak tahu mengenai kebenaran tentang tawaran keselamatan Yesus. Mengenai pertanyaan mengenai doktrin ini, Katekismus Gereja Katolik (yang mengutip dokumen Konsili Vatikan II yang berjudul Lumen Gentium) menyatakan demikian:

Penegasan ini tidak berlaku untuk mereka, yang tanpa kesalahan sendiri tidak mengenal Kristus dan Gereja-Nya: “Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal” (KGK 847).

Dokumen Konsili Vatikan II lainnya yang berjudul Gaudium et Spes mengajarkan hal yang sama mengenai kemungkinan keselamatan:

Itu bukan hanya berlaku bagi kaum beriman kristiani, melainkan bagi semua orang yang berkehendak baik, yang hatinya menjadi kancah kegiatan rahmat yang tidak kelihatan. Sebab karena Kristus telah wafat bagi semua orang, dan panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang, untuk dengan cara yang diketahui oleh Allah digabungkan dengan misteri Paska itu (GS 22).[1]

Ajaran ini konsisten dengan ajaran Yesus sendiri mengenai mereka yang karena ketidaktahuannya sudah menolak-Nya: “Sekiranya Aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak berdosa” (Yohanes 15:22).

Namun begitu seseorang mengetahui kebenaran, ia harus menerimanya atau ia akan bersalah karena sudah menolaknya. Kita bisa melihat hal ini dalam perkataan Yesus kepada orang-orang Farisi: “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu” (Yohanes 9:41). Paulus juga mengajarkan hal ini mengenai bangsa-bangsa bukan Yahudi:

Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus (Roma 2:14-16).

Perhatikan dengan saksama kata-kata yang dipilih Paulus, “pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.” Paulus tidak berkata bahwa mereka yang benar-benar tidak mengetahui kebenaran itu akan diselamatkan, Paulus hanya membuka adanya kemungkinan untuk diselamatkan.

Demikian pula, Paulus menuliskan demikian: “Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman” (Roma 3:29-30).

Diperlukan untuk Keselamatan

Seperti yang sudah kita lihat, Allah memperkenalkan keselamatan kepada dunia melalui umat pilihan-Nya yaitu bangsa Yahudi. Wahyu Allah kepada bangsa Yahudi mencapai penggenapannya dalam diri Kristus, Sang Mesias, yang mendirikan Gereja Katolik. Rahmat yang diperlukan untuk keselamatan terus menerus berasal dari Kristus, melalui Gereja-Nya. Mereka yang benar-benar tidak tahu dan menerimanya masih mungkin memperoleh keselamatan. Namun, mereka yang benar-benar tahu dan dengan sadar menolaknya, mereka sama saja dengan menolak keselamatan yang diisyaratkan oleh Allah.

Katekismus (sekali lagi mengutip Lumen Gentium 14) merangkum semua hal ini sebagai berikut:

“Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, konsili mengajarkan, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis, Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan” (KGK 846).

Catatan kaki:

[1] Gaudium et Spes terjemahan Katolisitas.org

Sumber: “What “No Salvation Outside the Church” Means”

Advertisement

Posted on 1 July 2020, in Apologetika and tagged , , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: