Kebenaran dari Kisah Kelahiran Yesus

Oleh Trent Horn

Ikon Inkarnasi Yesus Kristus (Sumber: royaldoors.net)

Kritik akademis terhadap iman sudah menyerang nilai historisnya selama beberapa dekade

Selain pohon Natal, simbol Natal yang paling dikenal adalah kandang Natal. Entah itu patung plastik yang dipasang di taman umum atau sekelompok anak-anak sekolah dasar yang mengenakan jubah dan jenggot palsu, adegan kelahiran Yesus adalah pengingat hangat tentang bagaimana Allah dengan kerendahan hati-Nya memasuki dunia fisik kita.

Meskipun sebagian besar orang Kristen tidak membahas secara spesifik tentang kisah kelahiran Yesus, para kritikus akademis terhadap iman sudah menyerang nilai historisnya selama beberapa dekade. Mendiang Romo Raymond Brown mengatakan hal berikut dalam komentarnya yang terkenal setebal 700 halaman tentang masalah ini:

“Analisis yang cermat terhadap narasi-narasi tentang masa kanak-kanak Yesus menunjukkan bahwa tidak mungkin salah satu dari kisah tersebut benar-benar historis. Catatan Matius berisi banyak peristiwa publik yang luar biasa atau ajaib yang seandainya itu nyata, seharusnya meninggalkan jejak dalam catatan Yahudi atau di tempat lain dalam Perjanjian Baru (raja dan seluruh Yerusalem gusar karena kelahiran Mesias di Betlehem; bintang yang bergerak dari Yerusalem ke selatan ke Betlehem dan singgah di sebuah rumah; pembantaian semua anak laki-laki di Betlehem). Referensi Lukas tentang sensus umum Kekaisaran di bawah Kaisar Agustus yang terjadi di Palestina sebelum kematian Herodes Agung hampir pasti keliru …” (The Birth of the Messiah, 36)

Mari kita teliti bagian-bagian dari kisah kelahiran Yesus yang dianggap paling sulit dipercaya oleh Brown dan para kritikus lainnya. Namun, sebelum kita memulai pembahasan ini, kita harus menjawab satu keberatan yang mencoba melemahkan setiap usaha untuk mempertahankan sifat historis dari kisah-kisah kelahiran Yesus.

Tulisan-tulisan yang saling bertentangan

Menurut para kritikus, Matius 2:1-23 menceritakan bahwa Maria dan Yusuf tinggal di sebuah rumah di Betlehem tempat Maria melahirkan Yesus dan kemudian pasangan ini menerima kedatangan orang majus. Kemudian, Keluarga Kudus melarikan diri ke Mesir dan setelah kematian Herodes, mereka kembali ke Yudea dan tinggal di Nazaret. Namun menurut Lukas 2:1-7, Yusuf dan Maria sudah tinggal di Nazaret. Mereka pergi ke Betlehem untuk mengikuti sensus penduduk, dan Yesus lahir di sana dalam palungan. Keluarga itu kemudian kembali ke Nazaret tanpa melakukan perjalanan ke Mesir.

Apakah tulisan-tulisan ini saling bertentangan?

Tentu saja bertentangan jika masing-masing tulisan merupakan catatan yang lengkap tentang segala sesuatu yang dilakukan oleh Keluarga Kudus. Tetapi karena ada beberapa detail yang dihilangkan dari tulisan Matius atau Lukas, bukan berarti tulisan-tulisan itu tidak akurat dalam hal yang mereka ceritakan.

Keberatan ini juga mengasumsikan bahwa peristiwa-peristiwa dalam Injil Matius terjadi tidak lama setelah Yesus lahir. Tetapi Matius 2:1 mengatakan, “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem (TB2).” Dengan kata lain, Matius tidak pernah mengatakan bahwa orang majus datang pada hari kelahiran Yesus. Ia hanya mengatakan bahwa “pada zaman Raja Herodes” orang-orang majus datang ke Yerusalem.

Selain itu, setelah orang majus tidak kembali kepada Herodes setelah mengunjungi Yesus, Herodes memerintahkan untuk membunuh semua anak laki-laki di Betlehem yang berusia di bawah dua tahun. Tetapi jika orang majus pergi mengunjungi Yesus yang baru lahir yang berjarak enam mil dari Yerusalem dan tidak kembali kepada Herodes setelah beberapa hari, lalu mengapa Herodes harus membunuh anak-anak kecil? Hal ini menyiratkan bahwa ada rentang waktu yang cukup lama antara kelahiran Yesus dan saat orang-orang majus itu tidak kembali kepada Herodes, sehingga memotivasi Herodes untuk membunuh setiap anak yang mungkin adalah calon raja, meskipun usianya hampir dua tahun.

Rentang waktu tambahan ini memungkinkan kita untuk membuat kronologi yang masuk akal untuk kedua tulisan tersebut.

Rangkuman dari narasi masa kanak-kanak Yesus

  1. Yusuf dan Maria hidup sebagai pasangan yang telah bertunangan di Nazaret ketika malaikat Gabriel mengunjungi Maria (Lukas 1:26-38).
  2. Keluarga Kudus melakukan perjalanan ke Betlehem, di mana Maria melahirkan Yesus (Lukas 2:1-20).
  3. Yesus disunat (Lukas 2:21) dan kemudian dipersembahkan di Bait Allah di Yerusalem (Lukas 2:22-38). Keluarga Kudus mungkin mendapatkan rumah di Betlehem melalui salah satu kerabat Yusuf supaya dekat dengan Yerusalem dan kemudian memilih untuk menjadikannya sebagai tempat tinggal yang lebih permanen.
  4. Beberapa waktu setelah kelahiran Yesus, mungkin sekitar dua tahun kemudian, orang-orang majus mengunjungi Herodes dan kemudian mengunjungi Keluarga Kudus di Betlehem (Matius 2:1-12).
  5. Orang-orang majus itu pergi dan tidak memberikan kabar kepada Herodes. Akibatnya, Herodes membunuh anak-anak laki-laki di Betlehem untuk memastikan bahwa anak itu sudah dilenyapkan. Untungnya, Yusuf diperingatkan dalam mimpi untuk melarikan diri ke Mesir untuk menghindari pembunuhan tersebut (Matius 2:13-18).
  6. Yusuf kembali dari Mesir setelah kematian Herodes Agung dan memilih untuk tinggal di Nazaret daripada di Betlehem untuk menghindari saudara Herodes yang bernama Arkhelaus (Matius 2:19-23). Karena Matius tidak menjelaskan perjalanan awal ke Betlehem, ia menginformasikan kepada pembaca tentang keputusan Yusuf untuk pindah ke “sebuah kota yang bernama Nazaret.” Ini bukan berarti Yusuf tidak pernah tinggal di Nazaret. Hal ini hanya berarti bahwa para pembaca Injil Matius mungkin tidak mengetahui tentang kota tersebut dan perlu dijelaskan.

Mari kita telusuri kronologi ini untuk membahas berbagai aspek yang dianggap paling sulit dijelaskan oleh para kritikus dari sudut pandang sejarah.

Sensus yang tidak tercatat dalam Injil Lukas

Menurut Lukas 2:1-4, “Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi gubernur di Siria. Lalu semua orang pergi mendaftarkan diri, masing-masing ke kotanya sendiri. Yusuf pun pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud (TB2).”

Menurut para kritikus, kisah ini salah dalam beberapa hal. Secara khusus, tidak pernah dilakukan sensus di seluruh wilayah kekaisaran, dan, bahkan jika dilakukan, Yusuf tidak perlu pergi ke tempat leluhurnya untuk melakukan sensus. Meskipun sensus dilakukan pada tahun 6 M, sensus tersebut terbatas di Yudea untuk meresmikan awal pemerintahan Romawi di wilayah itu.

Apakah Lukas ceroboh dalam menuliskan rincian khusus tentang kehidupan Yesus? Hal ini seharusnya tidak menjadi asumsi pertama kita, karena dalam berbagai hal lainnya Lukas adalah seorang sejarawan yang cermat. Sebagai contoh, ia dengan tepat menggambarkan drama keluarga Herodes (Lukas 3:19), jabatan-jabatan yang dipegang oleh Herodes dan keluarganya (Lukas 3:1), dan bahkan menunjukkan pemahamannya tentang para hamba Herodes yang berpangkat lebih rendah (Lukas 8:3).

Sensus seperti apa?

Salah satu penjelasan yang masuk akal adalah bahwa Lukas tidak menjelaskan sensus di seluruh kekaisaran untuk tujuan perpajakan, tetapi pendaftaran yang terjadi sebelum sensus tahun 6 Masehi. Alkitab Versi King James menerjemahkan bagian akhir Lukas 2:1 sebagai “keluarlah perintah dari Kaisar Agustus bahwa seluruh dunia harus dipungut pajak.” Namun terjemahan yang lebih baik dari kata yang diterjemahkan “dipungut pajak” (atau apographesthai) adalah “didaftarkan.”

Lalu, pendaftaran seperti apa yang dimaksud Lukas? Menurut Josephus, pada masa pemerintahan Herodes, “semua orang Yahudi memberikan jaminan akan niat baik mereka kepada Kaisar dan pemerintahan raja” (Sejarah Kuno Orang Yahudi 17.2.4). Sumpah setia seperti itu bukanlah hal yang aneh, dan bisa jadi pencatatan sipil seperti inilah yang dimaksud Lukas. Bahkan, Augustus menjelaskan sumpah semacam itu dalam sebuah prasasti pemakaman yang dibuat beberapa waktu sebelum kematiannya. Dia berkata, “Ketika aku menjabat sebagai konsul yang ketiga belas [2 SM], senat dan pasukan berkuda serta rakyat Romawi semuanya menyebutku sebagai bapa bangsa, dan memberikan suara supaya hal yang sama tertulis di ruang depan kuilku.” (Res Gestae Divi Augusti 35)

Beberapa bapa Gereja, termasuk Irenaeus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Origenes, dan sejarawan Gereja perdana, Eusebius, mengatakan bahwa Kristus dilahirkan pada masa ini, yang membuat rincian tentang “pendaftaran” dalam Injil Lukas menjadi lebih masuk akal. Keberatan utama terhadap pandangan ini adalah bahwa Kristus lahir sebelum kematian Herodes Agung, yang menurut sebagian besar ahli terjadi pada tahun 4 SM. Namun, penelitian terbaru menyanggah pandangan ini dan menempatkan kematian Herodes lebih dekat dengan tahun 1 SM (Lihat A.E. Steinmann, “When did Herodes the Great Reign?Novum Testamentum, vol. 51, no. 1, hlm. 1-29).

Namun, jika kita menyelaraskan sensus dengan kelahiran Kristus, masih ada masalah.

Kejanggalan tentang Kirenius

Lukas 2:2 mengatakan, “Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi gubernur di Siria.” Tetapi menurut sejarawan Yahudi, Josephus, Kirenius baru menjadi gubernur Siria pada tahun 6 Masehi, jauh setelah peristiwa kelahiran Yesus terjadi.

Tetapi kata bahasa Yunani yang diterjemahkan sebagai “gubernur” dalam ayat ini (atau hegemon) bisa berarti juga “pemimpin.” Istilah ini dapat merujuk kepada jabatan seorang jenderal yang bertanggung jawab atas suatu provinsi, yang dalam bahasa Latin disebut legatus. Atau bisa juga merujuk kepada posisi administratif yang lebih rendah seperti prokurator atau prefek. Lukas menggunakan kata hegemoneuontos untuk menyebut Pilatus sebagai seorang pemimpin, meskipun Pilatus adalah seorang prokurator atau prefek dan bukan gubernur seperti Kirenius.

Lukas juga mengetahui tentang sensus yang terjadi pada tahun 6 M, karena dalam Kisah Para Rasul 5:37 ia dengan tepat mengaitkannya dengan pemberontakan Yudas orang Galilea. Fakta bahwa ia mengatakan dalam Lukas 2:2 bahwa ini adalah pendaftaran “pertama” di bawah kepemimpinan Kirenius mungkin merupakan caranya untuk mengakui bahwa ini terjadi sebelum sensus yang lebih terkenal pada tahun 6 M.

Sejarawan tentang Yesus dan mantan uskup Anglikan di Durham, N.T. Wright, sependapat:

Sebagian besar terjemahan Lukas 2:2 berbunyi “inilah sensus [protos] yang pertama, ketika Kirenius menjadi gubernur di Siria,” atau semacamnya. Namun dalam bahasa Yunani pada waktu itu, seperti yang ditunjukkan oleh kamus-kamus besar bahasa Yunani standar, kata protos kadang-kadang digunakan untuk kata yang memiliki makna “sebelum,” ketika diikuti oleh kasus genitif (seperti dalam kasus ini). Contoh yang cukup bagus adalah dalam Yohanes 1.15, ketika Yohanes Pembaptis berkata tentang Yesus “Dia telah ada sebelum aku,” lagi-lagi dengan kata Yunani protos yang diikuti oleh kata genitif “aku.” Oleh karena itu, saya menyarankan bahwa sebenarnya pembacaan yang paling wajar dari ayat ini adalah: “Sensus ini terjadi sebelum masa Kirenius menjadi gubernur Siria” (Who was Jesus?, 89).

Bintang misterius

Permasalahan berikutnya, kita tinggalkan Maria, Yusuf, dan Yesus di palungan menurut kisah Lukas dan pergi menuju Yerusalem. Orang-orang majus baru saja memberi tahu Herodes bahwa mereka telah melihat bintang sang raja orang Yahudi yang baru lahir dan mereka datang untuk menyembah-Nya. Herodes menyuruh mereka mencari anak itu dan menurut Matius 2:9, “Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat Anak itu berada (TB2).”

Namun, bukankah secara ilmiah tidak akurat untuk mengatakan bahwa bintang itu “mendahului mereka” untuk menuntun mereka dalam perjalanan dan kemudian “berhenti” di atas tempat Yesus berada? Begitulah jika Anda mengandalkan terjemahan Alkitab yang kurang akurat yang seolah-olah mengatakan bahwa bintang itu “membimbing” atau “memimpin” orang majus.

Padahal, naskah itu tidak pernah mengatakan ataupun menyiratkan hal ini.

Pertama, orang majus harus pergi ke Yerusalem untuk bertanya kepada Herodes di mana sang raja akan dilahirkan (Matius 2:1-6). Jika mereka mengikuti bintang ke tempat kelahiran Yesus, permintaan seperti itu tidak perlu dilakukan. Kedua, Matius 2:10 mengatakan dalam bahasa Yunani bahwa mereka “sangat bersukacita” ketika melihat bintang itu. Sukacita yang tak terduga dari orang-orang majus itu menunjukkan bahwa kemunculan bintang itu tidak penting bagi perjalanan mereka. Sebaliknya, hal itu merupakan kejutan yang penuh sukacita yang menegaskan di mana mereka berada.

Terakhir, dalam konteks cerita, kata-kata dalam bahasa Yunani yang digunakan dalam ayat-ayat ini memiliki makna yang biasa, bukan makna yang ajaib. Dalam Matius 2:9, kata yang diterjemahkan “mendahului” (atau proegen) juga digunakan dalam Matius 21:9 untuk menggambarkan orang banyak yang berjalan mendahului Yesus ketika Ia memasuki Yerusalem. Orang banyak itu tidak secara fisik menuntun Yesus masuk ke Yerusalem, tetapi hanya berjalan ke arah yang dituju-Nya. Demikian juga, bintang yang dilihat oleh orang majus bergerak dengan kecepatan normal di langit malam tanpa secara aktif menuntun mereka ke tempat tujuan.

Demikian juga, kata Yunani yang diterjemahkan sebagai “berhenti” adalah estathe, yang lebih tepat berarti “berada” atau “menjadi berada” di atas rumah. Ini hanya berarti bintang itu berada dalam posisi yang ditetapkan dan bersifat sementara, bukan berarti bintang itu berhenti bergerak secara alami.

Kisah Pembunuhan oleh Herodes yang tidak diceritakan

Matius 2:12 menceritakan bahwa orang-orang majus diperingatkan dalam mimpi supaya tidak kembali kepada Herodes, sehingga mereka pergi ke negerinya melalui jalan lain. Setelah menyadari bahwa mereka tidak melapor kepadanya, Herodes memerintahkan supaya semua anak laki-laki di Betlehem yang berusia di bawah dua tahun dibunuh.

Memang benar tidak ada orang lain selain Matius yang mencatat pembunuhan yang dilakukan Herodes terhadap orang-orang tak berdosa, tetapi itu bukan menjadi alasan yang cukup untuk mengatakan bahwa Matius mengarang cerita tersebut. Tindakan kekejaman seperti itu sesuai dengan karakter Herodes yang paranoid dan tanpa belas kasihan. Josephus mencatat bagaimana Herodes dengan cepat mengeksekusi siapa saja yang dianggapnya mengancam kekuasaannya, termasuk istrinya dan bahkan anak-anaknya sendiri. (Sejarah Kuno Orang Yahudi 15.7.5-6, 16.11.7). Dua orang cendekiawan Yahudi bahkan menyatakan bahwa Herodes menderita “gangguan kepribadian paranoid” (Kasher dan Witztum, “King Herod,” Studia Judaica, 2008).

Selain itu, Betlehem pada abad pertama adalah sebuah desa kecil yang paling banyak dihuni oleh sekitar belasan anak laki-laki di bawah usia dua tahun (Paul Maier, Chronos, Kairos, Christos II, 178). Jika Josephus mengetahui peristiwa itu, mungkin ia tidak berpikir bahwa peristiwa yang terisolasi seperti pembunuhan di Betlehem perlu dicatat, terutama karena pembunuhan bayi di Kekaisaran Romawi bukanlah suatu kekejian moral seperti yang terjadi di dunia modern.

Pembunuhan yang dilakukan Herodes bukanlah peristiwa sejarah pertama yang tidak dicatat oleh Josephus. Kita tahu dari sejarawan kuno Suetonius (The Twelve Caesars, ‘Life of Claudius,’ 25) dan dari Kisah Para Rasul (18:2) bahwa kaisar Claudius mengusir orang-orang Yahudi dari Roma pada tahun 49 M, tetapi baik Josephus maupun sejarawan Romawi, Tacitus, tidak mencatat peristiwa ini.

Josephus juga tidak mencatat keputusan Pontius Pilatus untuk memasang perisai emas di Yerusalem yang membuat penduduk Yahudi marah sehingga mereka mengajukan petisi kepada Kaisar Tiberius, yang kemudian memerintahkan Pilatus untuk mencopot perisai-perisai tersebut. Filsuf Aleksandria, Philo, adalah satu-satunya orang yang mencatat konflik ini (Embassy to Gaius, 38).

Kadang-kadang sejarawan memilih untuk tidak mencatat sebuah peristiwa meskipun peristiwa itu sangat mengerikan, dan alasan mereka tidak selalu dapat dipastikan.

Jangan singkirkan kandang Natal Anda

Sebagai kesimpulan, kita mungkin tidak dapat menggunakan sarana-sarana sejarah untuk membuktikan bahwa kelahiran Yesus dari seorang perawan dan kelahiran Yesus yang sederhana sama pastinya dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan Yesus (seperti penyaliban atau kebangkitan-Nya dari kematian). Tetapi sarana yang sama dapat membantu kita untuk menunjukkan bahwa keberatan-keberatan terhadap historisitas peristiwa-peristiwa ini dapat dijawab dan bahwa orang Kristen yang rasional tidak perlu berpikir dua kali untuk membuat adegan kelahiran Yesus setiap tahunnya.

 

Sumber: “The Truth of the Nativity Story”

Posted on 23 December 2023, in Apologetika and tagged , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.