Keraguan Tomas Membuktikan Keilahian Kristus

Oleh Trent Horn

Tomas yang Ragu-ragu (Sumber: wikipedia.org)

Koreksi atas penghujatan yang tidak pernah terjadi

Setelah para rasul melihat Yesus yang bangkit, mereka menyampaikan mukjizat ini kepada Tomas, yang secara terkenal menjawab, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku menaruh jariku ke dalam bekas paku itu serta menaruh tanganku ke lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (Yohanes 20:25 TB2). Namun ketika Yesus menampakkan diri di hadapannya, Tomas tidak menuruti permintaan Yesus untuk meletakkan tangannya pada luka-luka Yesus untuk membuktikan kebangkitan-Nya. Sebaliknya, Yohanes 20:28 mengatakan bahwa, “Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”

Ayat ini sangat merusak hipotesis bahwa Yesus bukanlah Allah sehingga para pengkritiknya sering kali mengabaikannya begitu saja. Sebagai contoh, ketika pendiri Catholic Answers, Karl Keating, berdebat dengan José Ventilacion dari Iglesia ni Cristo (kelompok yang menyangkal Trinitas), Ventilacion hanya mengatakan sebagai jawaban atas ayat ini, “Tomas keliru.”

Tetapi jika Tomas salah, mengapa Yesus tidak menegurnya? Menurut pakar Perjanjian Baru, Murray Harris, “Sesungguhnya, perkataan Yesus kepada Tomas ‘Engkau percaya’ (ayat 29a) menyiratkan penerimaan atas pengakuannya, yang kemudian secara tidak langsung dinyatakankepada orang lain (ayat 29b). Yohanes mendukung pengakuan Tomas dengan menjadikannya sebagai penegasan Kristologis yang terakhir dan klimaks.”

Bahkan, jika Tomas salah, mengapa ia tidak dihukum mati karena penghujatannya?

Dalam Perjanjian Baru, setiap kali seorang rasul disalahartikan sebagai Allah, rasul tersebut mengoreksi orang-orang yang menyembahnya (misalnya Kisah Para Rasul 14:14-15). Dalam Wahyu 19:10, rasul Yohanes tersungkur di depan kaki malaikat untuk menyembahnya, tetapi malaikat itu berkata kepadanya, “Janganlah berbuat demikian!”

Ketika Herodes Agripa (cucu Herodes Agung, yang berusaha membunuh Yesus ketika Ia masih bayi) berpidato di hadapan orang-orang Tirus dan Sidon, mereka berteriak, “Ini suara ilah dan bukan suara manusia!” Lukas kemudian mengatakan, “Seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah. Putuslah nyawanya dimakan cacing-cacing” (Kisah Para Rasul 12:23 TB2).

Namun Yesus tidak mengoreksi perkataan Tomas atau menyuruhnya untuk “memberikan kemuliaan hanya bagi Allah.” Tidak ada malaikat yang menamparnya. Hal ini seharusnya membawa kita pada kesimpulan bahwa tidak ada yang perlu dikoreksi. Pernyataan iman Tomas mengatakan kebenaran. Jika demikian, maka kita harus meniru Tomas dan tidak perlu takut untuk memanggil Yesus sebagai “Tuhan dan Allah” kita.

Beberapa orang dari Saksi-saksi Yehuwa mengatakan bahwa Tomas begitu diliputi sukacita sehingga ia tidak tahu apa yang ia katakan. Tetapi di bagian Alkitab lainnya, kita diberitahu secara eksplisit ketika para rasul mengatakan sesuatu yang tidak mereka maksudkan. Setelah transfigurasi Yesus, misalnya, Petrus secara impulsif mengatakan bahwa ia akan membangun tenda untuk Yesus, Musa, dan Elia. Menanggapi seruan ini, Lukas menggambarkan Petrus “tidak tahu apa yang dikatakannya” (Lukas 9:33), sementara Markus mengatakan bahwa Petrus “tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan” (Markus 9:6).

Saksi-saksi Yehuwa juga tidak dapat mengatakan bahwa Tomas hanya berseru, seperti halnya orang yang berkata, “Ya Tuhan!” ketika mereka terkejut. Bahkan dalam Kitab Suci Saksi-Saksi Yehuwa Terjemahan Dunia Baru Revisi 2017, Yohanes 20:28 mengatakan “Tomas pun berkata kepadanya, ‘Tuanku dan Allahku!’” Jadi, Tomas tidak hanya mengungkapkan keterkejutannya, ia mengatakannya kepada Yesus karena Yesus adalah Tuan dan Allahnya (dan kita).

Salah satu situs web apologetika non-Kristen mengklaim bahwa dalam Yohanes 20:28, rasul Tomas hanya mengatakan bahwa Yesus “seperti Allah,” karena salah satu naskah kuno, yang disebut Kodeks Bezae, menghilangkan kata sandang ho di depan kata Yunani untuk Allah (theos). Setelah mengutip karya Bart Ehrman untuk mendukung fakta tentang manuskrip ini, mereka kemudian mempertahankan klaim bahwa tidak adanya kata sandang tertentu sebelum kata Yunani untuk Allah membuktikan bahwa Tomas menyebut Yesus sebagai nabi Allah yang perkasa, bukan sebagai Allah yang perkasa dan benar. Namun hal ini menyalahgunakan penelitian Ehrman untuk mendukung pandangan bahwa Kodeks Bezae mencatat apa yang sebenarnya ditulis oleh Yohanes.

Setiap naskah kuno lainnya mencatat Tomas menggunakan kata sandang yang pasti dan berkata kepada Yesus, “Tuhanku dan Allahku” (ho kyrios mou kai ho theos mou). Profesor Perjanjian Baru Brian Wright menunjukkan bahwa Kodeks Bezae “adalah naskah yang eksentrik dan berulang kali menghilangkan kata sandang” sehingga mungkin tidak mencerminkan pembacaan asli Yohanes 20:28. Ehrman menduga bahwa juru tulis yang menyalin Kodeks Bezae dengan sengaja menghilangkan kata sandang ho dan mempertahankan kata theos untuk menangkal bidaah yang menyatakan bahwa Yesus dan Bapa adalah pribadi yang sama.

Jadi, hal ini hanyalah bukti bahwa seorang juru tulis yang terlalu berambisi pada abad kelima sudah salah menyalin naskah-naskah sebelumnya, bukan berarti bahwa naskah-naskah tersebut atau teks asli Yohanes 20:28 tidak menegaskan keilahian Kristus. Terlebih lagi, seperti yang ditunjukkan oleh Wright, bahkan jika naskah asli tidak memiliki kata sandang yang pasti sebelum theos, Aturan Granville Sharp akan tetap berlaku sehingga dalam ayat ini tidak dapat disangkal bahwa Yesus diidentifikasikan sebagai theos, atau Allah yang esa. Pada kenyataannya, ketergantungan apologis non-Kristen terhadap Bart Ehrman akan menjadi senjata makan tuan karena di tempat lain Ehrman menyatakan, “Injil Yohanes (Injil yang Yesus menyatakan diri-Nya ilahi) memang menggambarkan-Nya sebagai Allah.”

 

Sumber: “How Doubting Thomas Proved Christ’s Divinity”

Posted on 7 April 2024, in Apologetika and tagged , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.