Beato Yakobus Kwon Sang-yeon

Beato Yakobus Kwon Sang-yeon (Sumber: koreanmartyrs.or.kr)

Beato Yakobus Kwon Sang-yeon (Sumber: koreanmartyrs.or.kr)

Profil Singkat

  • Tahun dan tempat lahir: 1751, Jinsan, Jeolla-do
  • Gender: Pria
  • Posisi/Status: Sarjana dari keluarga kelas bangsawan
  • Usia: 40 tahun
  • Tanggal kemartiran: 8 Desember 1797
  • Tempat kemartiran: Jeonju, Jeolla-do
  • Cara Kemartiran: Dipenggal

Yakobus Kwon Sang-yeon lahir pada tahun 1751 di keluarga terdidik dan terpandang di Jinsan, Jeolla-do. Dia pada dasarnya seorang sastrawan. Sejak dia belajar doktrin Katolik dari Paulus Yun Ji-chung, dia meninggalkan seluruh studinya. Dia menerima ajaran Katolik dan menjadi seorang Katolik. Saat itu sekitar tahun 1787.

Yakobus Kwon mengabdikan dirinya untuk belajar mengenai ajaran Katolik dan menjalankannya. Pada tahun 1790, Uskup A. Gouvea dari Beijing mengeluarkan dekrit tentang larangan bagi umat Katolik mengenai praktik ritual kepada leluhur. Dia dan Paulus Yun menaati perintah itu dengan membakar tablet leluhur keluarganya (plakat atau papan roh yang dipercaya sebagai tempat kediaman arwah leluhur). Pada musim panas tahun berikutnya, bibinya, ibu dari Paulus Yun meninggal,  dia melaksanakan upacara pemakaman menurut tata cara Katolik sebagai ganti dari ritual leluhur secara Konghucu.

Saat itu dia berpikir, “Menyambah sepotong kayu seperti tablet leluhur itu tidak masuk akal dan tidak ada nilainya. Oleh karena itu, saya lebih memilih hukuman mati daripada melanggar ajaran Gereja.” Tak lama kemudian, sebuah rumor disebarkan oleh kerabatnya bahwa Yakobus Kwon dan Paulus Yun tidak mempersembahkan ritual pemakaman leluhur, dan juga mereka telah membakar tablet leluhur. Ketika rumor itu sampai ke istana, geramlah mereka. Setelah beberapa saat, istana memerintahkan hakim dari Jinsan untuk menangkap Yun Ji-chung dan Kwon Sang-yeon.

Begitu mendengar berita itu, Yakobus Kwon berlindung di Hansan, Chungcheong-do sedangkan Paulus Yun di Gwangchoen, Chungcheong-do. Kemudian, hakim dari Jinsan menahan paman dari Paulus Yun, sebagai ganti mereka. Ketika Yakobus Kwon dan Paulus Yun mendengar berita itu, mereka meninggalkan tempat persembunyiannya dan menyerahkan diri kepda hakim dari Jinsan. Kejadian itu terjadi sekitar pertengahan Oktober tahun 1791.

Pertama kali, hakim dari Jinsan mencoba membujuk mereka untuk meninggalkan iman mereka. Tetapi mereka berkata bahwa mereka tidak dapat meninggalkan iman mereka dalam keadaan apapun. Mereka dengan tegas menyatakan bahwa ajaran Katolik adalah ajaran yang benar. Sang hakim menyadari bahwa dia tidak dapat mengubah pikiran mereka, sehingga dia memerintahkan agar mereka dipindahkan ke kantor Gubernur  Jeonju.

Setelah tiba di kantor Gubernur Jeonju, Paulus Yun dan Yakobus Kwon diinterogasi dari hari ke hari. Gubernur mencoba berbagai cara yang mungkin dilakukan untuk mendapatkan nama-nama umat Katolik dari mereka, namun usahanya sia-sia. Mereka mempertahankan iman mereka dengan tekad dan tidak mengucapkan satu patah katapun yang merugikan Gereja ataupun umat Katolik lainnya. Mereka sudah siap mati bagi Tuhan. . Jawaban mereka hanyalah; “Kami melayani Tuhan sebagai Bapa yang Mahabesar, oleh karena itu kami tidak dapat menyembah-Nya dengan tidak menaati perintah-Nya.”

Akhirnya, Gubernur Jeonju membuat mereka menuliskan pernyataan akhir mereka dan menyerahkannya ke istana. Sekali lagi ini membuat pihak istana kesal dan ketegangan semakin memuncak. Para menteri dari istana menyatakan bahwa, “Yun Ji-chung dan Kwon Sang-yeon  harus dipenggal.” Raja menerima pendapat para menteri dan akhirnya mengizinkan eksekusi mereka. Berikut ini adalah kutipan dari laporan Gubernur kepada istana:

“ Meskipun tubuh Yun Ji-chung dan Kwon Sang-yeon bersimbah darah, mereka bahkan tidak mengerang. Mereka menolak untuk meninggalkan iman mereka kepada Tuhan dengan berkata ‘Ajaran Tuhan sangat ketat, sehingga kami tidak dapat melanggarnya walaupun kami mungkin tidak mematuhi orang tua kami dan raja.’ Mereka berkata bahwa sebuah kehormatan besar untuk mati untuk Tuhan dibawah sebilah pisau.”

Begitu keputusan hukum tiba kepada Gubernur Jeonju, Yakobus Kwon dan Paulus Yun diseret dari sel penjara mereka dan digiring keluar melalui Gerbang Selatan Jeonju. Yakobus Kwon, walaupun sudah benar-benar kelelahan, sesekali memanggil Yesus dan Maria.

Sesampainya di tempat eksekusi, Paulus Yun dipenggal terlebih dahulu. Yakobus Kwon dipenggal ketika berdoa kepada Yesus dan Maria. Pada saat itu, tanggal 8 Desember 1791 (13 November, berdasakan penanggalan Lunar). Usia Yakobus Kwon saat itu, 40 tahun.

Keluarga harus menunggu selama Sembilan hari untuk mendapatkan izin dari Gubernur untuk mengembalikan jenazah Paulus Yun dan Yakobus Kwon untuk dimakamkan. Keluarga terkejut ketika menemukan kedua martir itu terlihat seperti baru saja dipenggal dan noda darah tampak cerah dan segar. Orang beriman mencelupkan sapu tangan ke darah para martir dan mengirimkan beberapa buah untuk Uskup A. Gouvea di Beijing. Beberapa orang sakit dalam bahaya kematian, sembuh ketika menyentuh sapu tangan itu.

Sumber: koreanmartyrs.or.kr

Advertisement

Posted on 30 September 2014, in Orang Kudus and tagged , , . Bookmark the permalink. 1 Comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: