[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Paulus Yi Do-gi
Profil Singkat
- Tahun dan tempat Lahir: 1743, Cheongyang, Chungcheong-do
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Pengrajin tanah liat
- Usia: 55 tahun
- Tanggal Kemartiran: 24 Juli 1798
- Tempat Kemartiran: Jeongsan, Chungcheong-do
- Cara Kemartiran: Dipukuli
Paulus Yi Do-gi lahir di Cheongyang , Chungcheong-do pada tahun 1743. Dia menerima iman Katolik di kampung halamannya, dan menjadi seorang Katolik. Dia tidak tahu cara membaca, tetapi dia mengerti kasih Tuhan dan kebajikan Kristiani dalam cara yang nyata.
Paulus Yi menggunakan kekayaannya yang sedikit itu, untuk mengarahkan orang yang tidak beriman kepada Gereja. Ketika dia terancam oleh karena imannya, dia berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dan berusaha terus menerus mewartakan Injil. Kemudian dia meninggalkan Cheongyang bersama keluarganya, dan pindah ke Jeongsan melalui gunung, disana mereka mendirikan sebuah kiln (sejenis ruang pembakaran untuk proses pengerasan tanah liat menjadi keramik), dan memulai bisnis kerajinan dari tanah liat.
Penganiayaan Jeongsa terjadi pada tahun 1797, ketika Paulus Yi berusia 54 tahun. Suatu hari, seorang bukan beriman yang tinggal di lingkungannya datang dan mengancamnya dengan berkata, “Saya akan melaporkan kepada polisi bahwa Anda adalah seorang pemimpin Katolik.” Istrinya merasa ketakutan, meminta dia untuk melarikan diri, tetapi dia dengan tegas berkata bahwa dia tidak akan melawan kehendak Tuhan, kemudian dia tidak melakukan saran dari istrinya. Dia mengambil keputusan ini supaya tidak menjadi contoh yang buruk kepada mereka yang baru beriman.
Pada tanggal 8 Juni tahun itu, ketika Paulus Yi bekerja di rumahnya, polisi menggeledah dan menangkap dia, mereka menemukan sebuah salib dan beberapa buku rohani. Mereka memukuli dia dan meminta dia untuk memberitahukan keberadaan orang-orang Kristen, tetapi dia diam saja.
Paulus Yi dipindahkan ke kantor pemerintahan di Jeongsan, disana dia diinterogasi dan menjalani siksaan berkali-kali. Kadang-kadang polisi membawa dia ke pasar untuk memukulinya dan melecehkannya di depan banyak orang, tetapi dia tidak pernah menyerah. Dia dengan gagah berani tetap menjelaskan doktrin Gereja kepada hakim yang mencoba memaksa dia untuk murtad.
Seiring waktu berlalu, Paulus Yi mengalami penderitaan berupa kelaparan dan kedinginan, tetapi dia mampu bertahan dengan memikirkan Yesus terus menerus. Suatu hari dia mendengar malaikat berkata, “Tuhan besertamu.” Dia merasa bahwa dia dikelilingi oleh kebahagiaan surgawi.
Pada Tahun Baru 1798, Paulus Yi dibawa kepada hakim dan menjalani interogasi dan penyiksaan lagi. Suatu hari, hakim mencoba membuat dia mengkhianati Tuhan dengan menjanjikan dia sebuah jabatan resmi, tetapi Paulus Yi menjawab, “Walaupun Anda memberikan saya seluruh desa, saya tidak dapat menyangkal Tuhan saya.” Paulus Yi merasa takut akan tergoda, sehingga dia menolak untuk melihat istrinya dan orang-orang beriman yang hendak mengunjunginya.
Pada tanggal 10 Juni, polisi datang untuk memberitahukan dia bahwa hari ini adalah hari ekesekusinya. Paulus Yi merasa bahagia. Dia dibawa ke tempat eksekusi di Jeongsan, dan sekali lagi dia disiksa dengan kejam. Orang banyak yang datang menonton dia, bersama dengan polisi mencemooh dia. Paulus Yi menegaskan bahwa dia tidak akan pernah mengkhianati agama Katolik. Dengan menengadah ke langit, dia berkata dengan suara nyaring, “Bunda Suci Maria, salamku untukmu.”
Karena terlalu banyak dipukuli, Paulus Yi beberapa kali pingsan dan kakinya patah. Kemudian dia ditinggalkan disana. Dua hari kemudian, hakim memerintahkan untuk memeriksa apakah dia sudah mati, dan dia berkata, “Jika dia belum mati, bunuh dia!” Polisi dengan kejam menghancurkan tubuhnya, dan dia meninggal sebagai martir.
Tubuh Paulus Yi tidak lagi berbentuk seperti manusia. Pada saat itu tanggal 24 Juli (12 Juni pada penanggalan Lunar) dan Paulus Yi berusia 55 tahun.
Jenazahnya dikuburkan menurut perintah hakim. Kemudian setelah tujuh atau delapan hari, umat Katolik Jeongsan datang untuk mencari jenazahnya. Mereka secara rahasia, mengambilnya dan membawanya ke desa mereka kemudian menguburkannya.
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 14 October 2014, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0