Mengapa Allah itu Kekal?

Oleh Uskup Jeffrey Monforton

Lukisan Tritunggal Mahakudus (Sumber: stpaulcenter.com)

Allah itu kekal. Dalam kata lain, Allahlah yang menciptakan. Kitab Kejadian mengajarkan kepada kita bahwa Allah menciptakan waktu dan alam semesta tempat kita hidup. Tentu saja, sebagai manusia yang mengukur apa yang kita lakukan dengan “ukuran waktu,” maka akan sulit memahami konsep bahwa Allah selalu beserta kita.

Mungkin kita bisa memandangnya seperti ini: Allah menciptakan waktu untuk kebaikan kita. Allah menciptakan dunia agar kita saya dan Anda bisa menyembah-Nya dan ikut ambil bagian dalam sukacita-Nya. Allah tidak membutuhkan kita ketika Ia menciptakan kita, namun Allah pasti menginginkan saya dan Anda hadir di dunia ini. Sebagaimana karya Allah tidak terbatas pada hukum yang terbatas di dunia ini, karena Ia yang menciptakannya.

Bicara soal waktu, orang banyak sudah menanyakan pertanyaan ini sejak lama. Bahkan Katekismus Gereja Katolik mengakuinya dalam paragraf 282-285. Saat kita memastikan cara kerja alam semesta, seperti melalui hukum fisika (seperti yang kita pahami), semakin banyak pertanyaan yang muncul. Hal yang lumrah jika kita ingin tahu tentang awal mula penciptaan, pemahahaman Allah yang kekal melampaui disiplin-disiplin ilmu lahiriah.

Terlepas dari apakah kita menggunakan data ilmiah atau Kisah Penciptaan dari Kitab Kejadian, kita mencatat bahwa Allah sudah ada sebelum waktu itu sendiri. Katekismus menjelaskan bahwa, “Adanya seorang pencipta dapat diketahui dengan pasti dari karya-karya-Nya berkat cahaya akal budi manusiawi” (KGK 286). Ingat, ketika “ciptaan” berusaha memahami Sang Pencipta. Bukan hal yang mudah, namun memerlukan baik iman dan akal budi.

Saya akan menyampaikan dari sisi iman karena Allah tidak hanya menciptakan alam semesta dan pergi begitu saja. Itulah yang disebut Deisme yang menyingkirkan inti penderitaan, wafat, dan kebangkitan Yesus sebagai penciptaan yang baru.  Hanya Allah yang ada sebelum waktu yang dapat menciptakan kembali dunia dalam karunia ilahi yakni Putra-Nya. Allah selalu beserta kita dan telah menghendaki alam semesta ada, dan menciptakan kembali dalam Putra-Nya demi kebaikan dan bagi kita sebagai balasan untuk mengasihi Allah dan memuliakan-Nya dalam hidup kita. Allah tidak memiliki awal mula, namun oleh karena kasih ilahi-Nya, kita ada.

Kita juga harus melihat kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan Tritunggal Mahakudus: satu Allah, tiga pribadi. Kehidupan beriman setiap orang Kristen didasarkan pada realitas Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus. Yesus sendiri mengungkapkan kebenaran ini dalam doa-nya kepada Bapa-Nya dan juga dalam ajaran-Nya kepada para rasul-Nya. Menjadi seorang Kristen berarti percaya dan dibaptis dalam “nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus” (Matius 28:19).

Dan juga, Tritunggal Mahakudus adalah suatu misteri yang kita akui sebagai kebenaran dalam Syahadat (Credo) setiap hari Minggu. Sudah banyak buku dan artikel yang diterbitkan mengenai misteri ini. Inilah iman kita, yang melengkapi kemampuan kita untuk bernalar, yang memungkinkan kita untuk menghargai kebenaran ini. Tritunggal Mahakudus adalah objek iman.

Sepertinya lebih mudah untuk menjelaskan apa itu Tritunggal Mahakudus dengan sesuatu yang lain. Misalnya, ada banyak komponen dalam sebuah komputer. Hanya ketika semua bagian disatukan barulah kita memiliki komputer. Atau, bagi kita yang tahu tentang tabel periodik waktu kita sekolah, ketika kita menggabungkan dua atom hidrogen dengan satu atom oksigen, kita mendapatkan air. Ada tiga bagian dari air. Hanya dengan menggabungkan ketiganya maka kita bisa mendapatkan air. Meskipun contoh-contoh bisa memberikan gambaran yang bagus, namun tidak ada penjelasan yang akurat mengenai Tritunggal Mahakudus.

Ketiga Pribadi Tritunggal Mahakudus memiliki kepenuhan Allah. Sangat sulit bagi kita sebagai manusia untuk memahaminya dengan kemampuan nalar kita yang terbatas ini. Maka dari itu diperlukan iman dalam sabda Yesus untuk memahami rencana Allah bagi kita yang melampaui akal budi manusia.

 

Uskup Jeffrey M. Monforton adalah Uskup Steubenville Ohio. Ia adalah mantan rektor Sacred Heart Major Seminary di Detroit. Buku “Ask the Bishop” dimulai sebagai inisiatif dari surat kabar keuskupan dari Uskup Monforton, di mana anak-anak dari segala usia menuliskan pertanyaan tentang iman dan menerima tanggapan dari Uskup.

 

Sumber: “Why Is God Eternal?”

Advertisement

Posted on 16 September 2020, in Apologetika and tagged , , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: