Berdoa Lewat Para Kudus atau Langsung pada Yesus?

Oleh Karlo Broussard

Statues of Saints on Notre Dame facade photo by Fabrizio Ruggeri (Sumber: fineartamerica.com)

Berdoa langsung pada Yesus itu sangat penting … tapi berdoa melalui anggota lain dalam tubuh-Nya juga penting

Ketika membicarakan tentang berdoa kepada orang-orang kudus, Anda mungkin pernah mendengat keberatan ini: Kenapa kita meminta bantuan orang-orang kudus sedangkan kita bisa langsung berdoa kepada Yesus?

Ada dua cara untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama, untuk mengatasi asumsi yang bermasalah. Kedua, memberikan alasan positif mengenai hal itu.

Mari kita lihat asumsinya terlebih dahulu.

Pertimbangkan bahwa orang banyak yang menanyakan hal ini punya asumsi bahwa kebiasaan umat Katolik memohon orang-orang kudus untuk berdoa bagi kita menyiratkan bahwa kita tidak bisa berdoa langsung pada Yesus. Tapi tidak ada yang bisa lebih tinggi dari kebenaran itu sendiri. Gereja Katolik menegaskan dengan sepenuh hati bahwa kita bisa berdoa langsung pada Yesus. Katekismus mengajarkan demikian:

Doa Gereja yang hidup dari Sabda Allah dan perayaan liturgi, mengajarkan kita berdoa kepada Yesus, Tuhan kita. Meskipun doa itu terutama tertuju kepada Bapa, namun tercakup pula di dalam tradisi liturgi bentuk-bentuk doa yang menyapa Kristus (KGK 2665 dengan penekanan tambahan).

Perhatikan bahwa Gereja tidak mengatakan bahwa kita harus memohon supaya orang-orang kudus berdoa bagi kita daripada berdoa langsung kepada Yesus. Gereja menegaskan bahwa umat Kristen bisa berdoa langsung kepada Yesus.

Asumsi kedua, banyak orang berpikir bahwa tidak ada alasan untuk memohon orang-orang kudus karena doa perantaraan Yesus sudah cukup. Memang benar bahwa perantaraan Yesus sudah cukup, sebagaimana ditegaskan oleh Gereja Katolik (KGK 519, 662, 739, 1341, 1361, 1369, 2593, 2635). Tapi ini tidak seharusnya menjadi alasan mengapa sahabat kita orang Protestan menolak berdoa kepada orang-orang kudus.

Jika Yesus cukup menjadi pendoa perantara untuk doa-doa kita menjadi penghalang kita memohon para kudus di surga berdoa bagi kita, maka tidak ada alasan untuk memohon kepada “orang-orang kudus” (orang yang dilahirkan kembali menjadi Kristen – Kolose 1:2) di bumi untuk mendoakan kita. Pertanyaan yang sama bisa ditanyakan demikian: “Mengapa kita meminta orang Kristen lainnya untuk mendoakan kita, kan kita bisa berdoa langsung kepada Yesus?”

Tidak ada orang Kristen yang berkata kalau kita tidak boleh saling mendoakan. Oleh karena itu, kecukupan perantaraan Yesus yang khas itu tidak menjadi penghalang bagi perantaraan doa orang-orang kudus.

Sekarang mari kita lihat beberapa alasan baik mengapa kita harus memohon pertolongan melalui orang-orang kudus.

Pertama, berdoa melalui orang-orang kudus itu memuliakan Allah. Dari sudut pandang Katolik, kehendak Allah sendirilah bahwa kita memohon doa melalui orang-orang kudus untuk mendoakan kita. Begitulah cara Allah merancangnya. Jadi permohonan kita kepada orang-orang kudus untuk mendoakan, terutama karena untuk mewujudkan kehendak Allah.

Bagaimanapun juga, kemuliaan Allah bukan hanya ada dalam apa yang Ia kehendaki, tapi juga dalam kebijaksanaan dan kebaikan ilahi dalam terang yang Ia kehendaki. Memang, kehendak-Nya mengenai perantaraan doa orang-orang kudus itu merupakan manifestasi dari kebijaksanaan dan kebaikan itu sendiri.

Tentang kebaikan Allah, St. Thomas Aquinas menuliskan:

Bukan karena kekuasaan Allah itu kurang sempurna sehingga Ia bekerja melalui sebab-sebab kedua, tetapi demi kesempurnaan tatanan semesta, dan lebih banyak lagi pencurahan kebaikan-Nya pada berbagai sesuatu, melalui penganugerahan-Nya kepada mereka, bukan hanya kebaikan yang pantas bagi mereka, tatapi juga kemampuan untuk menyebabkan kebaikan pada orang lain. Meskipun demikian, bukan karena belas kasih-Nya tidak sempurna, tapi kita perlu menyampaikan pengampunan-Nya melalui doa-doa orang-orang kudus, melainkan  supaya keteraturan yang disebutkan di atas bisa dipatuhi.

Berkenaan dengan kebijaksanaan Allah yang dimanifestasikan dalam kehendak-Nya yaitu melalui doa-doa perantaraan orang-orang kudus, Aquinas berpendapat:

Keteraturan yang ditetapkan Allah di antara berbagai hal adalah bahwa akhirnya harus mengarah kepada Allah, oleh mereka yang berada di tengah-tengahnya. Oleh karena itu, orang-orang kudus yang berada di surga merupakan yang paling dekat dengan Allah, tatanan hukum ilahi mensyaratkan bahwa kita yang masih tinggal dalam tubuh para peziarah dari Tuhan, harus dibawa kembali kepada Allah oleh orang-orang kudus yang ada di antara kita dan Dia [Allah]: dan hal ini terjadi ketika kebaikan ilahi mencurahkan dampaknya ke dalam diri kita melalui mereka [orang-orang kudus]. Dan oleh karena kembalinya kita kepada Allah harus sesuai dengan aliran anugerah-Nya kepada kita, sama seperti  kemurahan ilahi sampai pada kita melalui orang-orang kudus, perantaraan, maka sudah sepantasnya kita dengan cara mereka juga dibawa kembali kepada Allah, supaya kita bisa memperolah kemurahan-Nya lagi. Oleh karena itu, kita menjadikan mereka sebagai perantara [intersesi] kita dengan Allah, dan seolah-olah menjadi perantara [mediator] ketika kita memohon mereka [orang-orang kudus] untuk berdoa bagi kita.

Karena umat Katolik percaya bahwa permohonan kita sehingga orang-orang kudus berdoa untuk kita adalah manifestasi dari kebijaksanaan dan kebaikan Allah, dan sebagai umat Kristen kita ingin memuliakan Allah dengan menunjukkan kebijaksanaan dan kebaikan-Nya, maka masuk akal jika umat Katolik meminta doa orang-orang kudus.

Alasan baik yang kedua mengenai kebiasaan Katolik dalam memohon doa kepada orang-orang kudus adalah St. Paulus yang mengajarkannya pada kita untuk tidak menolak pertolongan dari anggota lain dalam Tubuh Mistik Kristus. Ia menuliskan, “Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh. Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: ‘Aku tidak membutuhkan engkau.’ Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: ‘Aku tidak membutuhkan engkau’” (1 Korintus 12:20-21).

Nah, orang-orang kudus di surga tentulah masih anggota tubuh Kristus. Paulus mengajarkan bahwa kematian tidak memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus Yesus (Roma 8:35,38).

Karena Kristus menghendaki supaya kita tidak menolak pertolongan dari anggota tubuh Kristus yang lainnya, dan orang-orang kudus di surga adalah anggota tubuh Kristus, maka kita tidak boleh menolak pertolongan mereka yang ditawarkan melalui doa perantaraan mereka. Kita harus mendayagunakannya.

Mengingat akan wahyu tentang orang-orang kudus adalah sesama orang-orang Kristen, memohon doa perantaraan mereka pada prinsipnya sama sekali tidak berbeda dengan Paulus meminta umat Kristen di Roma untuk mendoakannya: “bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku, supaya aku terpelihara dari orang-orang yang tidak taat di Yudea, dan supaya pelayananku untuk Yerusalem disambut dengan baik oleh orang-orang kudus di sana” (Roma 15:30). Mengapa ketika umat Kristen berada menjadi penghalang untuk memohon doa mereka?

Alasan ketiga dan terakhir, doa-doa orang kudus menghasilkan buah yang melimpah. St. Yakobus memberi tahu kita dalam Yakobus 5:16, “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Kita tahu bahwa orang-orang kudus di surga sudah dibenarkan dengan sempurna: “Tetapi kamu sudah datang ke … Yerusalem sorgawi … dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna” (Ibrani 12:22-23). Oleh karena itu, doa orang-orang kudus di surga punya daya upaya yang besar.

Memohon doa langsung pada Yesus memang penting dalam kehidupan Kristen. Tapi memohon doa kepada anggota tubuh mistik lainnya, termasuk anggota yang sudah disempurnakan di surga, juga penting. Itulah cara Kristen.

 

Artikel ini diadaptasi dari buklet “20 Answers: The Communion of Saints” oleh Karlo Broussard, dan bisa dibeli di toko Catholic Answers.

 

Sumber: “Pray to the Saints or Go Directly to Jesus?”

Posted on 8 July 2021, in Apologetika and tagged , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.