Apakah Kitab Suci Mengajarkan Unicorn dan Naga itu Nyata?
Oleh Trent Horn

Unicorn vs Dragon (Sumber: arcticstartup.com)
“Bukan penulis asli Kitab Suci yang memasukkan makhluk khayalan ke dalam Alkitab, namun penerjemah Alkitab di kemudian hari yang menambahkannya.”
Menurut seorang kritikus Alkitab yang bernama Jason Lang berkata demikian:
“Unicorn dan naga adalah beberapa contoh makhluk mitos dalam Alkitab yang tidak bisa dibuktikan dengan reliabel tentang keberadaannya.” Bukankah binatang-binatang legendaris ini membuktikan bahwa seluruh isi Alkitab adalah kumpulan legenda?
Karena dalam kebanyakan kasus, Alkitab menegaskan keberadaan binatang yang nyata, maka jawaban untuk pernyataan Jason Lang adalah TIDAK. Mengenai unicorn dan naga, itu semua hanyalah perbuatan para penerjemah di kemudian hari, bukan karya penulis asli Alkitab. Hal ini secara khusus ada dalam Alkitab terjemahan King James Version (KJV). Terjemahan ini dikenal karena menggunakan bahasa Inggris abad ke-17 yang kental, di samping itu terjemahan ini juga dikenal oleh para ahli karena terjemahannya yang tidak akurat dalam beberapa bagian ayat Kitab Suci.
Dalam terjemahan inilah kita bisa menemukan sebagaian besar rujukan tentang hewan mitos itu. Sangat disayangkan, karena sejak Steve Wells menggunakan terjemahan ini untuk karya populernya yang berjudul “Skeptic’s Annotated Bible” yang isinya adalah kritik terhadap Alkitab, adapun para kritikus sering menggunakan terjemahan Alkitab King James Version sebagai standar mereka untuk memperdebatkan Alkitab.
Literatur abad pertengahan menggambarkan unicorn sebagai binatang yang memiliki kekuatan untuk mengobati bahkan kekuatan magis. Dalam Alkitab KJV, unicorn digambarkan sebagai simbol kekuatan dan kekuatan liar. Dalam Bilangan 23:22 (KJV) tertulis demikian, “God brought them out of Egypt; he hath as it were the strength of an unicorn.” Dan dalam Kitab Ayub 39:9-10 (KJV), Allah menunjukkan batas kemanusiaan Ayub dengan berkata, “Will the unicorn be willing to serve thee, or abide by thy crib? Canst thou bind the unicorn with his band in the furrow?”
Asal kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi unicorn adalah re’em, yang para ahli modern identifikasi sebagai seekor auroch (Bos primigenius) atau lembu bertanduk besar yang sekarang sudah punah. Bangsa Asyur kuno juga menyebut binatang ini dengan nama yang mirip yaitu rimu. Jadi, mengapa kata Ibrani re’em menjadi unicorn dalam terjemahan King James Version?
Para penerjemah Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani kuno) menggunakan kata Yunani monoceros (secara harfiah “bertanduk satu”) sebagai kata ganti Ibrani dari re’em. Pada abad kelima, St. Hieronimus menerjemahkan Septuaginta menjadi Vulgata Latin dan menggunakan bahasa Latin yang setara dengan monoceros atau unicornis. Dan akhirnya, kata ini menjadi unicorn dalam bahasa Inggris.
Maka dari itu, mengapa penerjemah Septuaginta menggunakan sebuah kata yang secara harfiah bermakna “bertanduk satu” dan bukannya sesuatu seperti “lembu liar?” Salah satu teorinya, mungkin para penerjemah memikirkan binatang lain yang sesuai dengan gambaran yang ditemukan dalam ayat-ayat seperti Bilangan 23:22. Seorang naturalis Romawi abad pertama yang bernama Plinus Tua menggambarkan seekor binatang yang benar-benar ada dari India yang disebut monoceros:
[Binatang] itu memiliki kepala rusa jantan, berkaki gajah, dan ekornya sepeti babi hutan, sedangkan bagian tubuh lainnya seperti kuda; binatang itu mengeluarkan suara yang berat, dan memiliki satu tanduk berwarna hitan, yang menonjol dari tengah dahinya, panjangnya dua hasta. Konon hewan ini tidak bisa diambil hidup-hidup (Natural History 8.31)
Dewasa ini di India bagian utara, ada seekor binatang yang sangat kuat dengan kaki sepert gajah, tubuh yang besar, dan satu tanduk yang mencuat dari kepalanya. Jika kita memperbolehkan beberapa kelonggaran dari deskripsi Plinius (yang diperlukan dalam penggambaran makhluk unik kuno), maka kita bisa mengenalinya sebagai badak India modern. Memang istilah monoceros berarti “bentanduk satu” dan badak (rhinoceros) berarti “berhidung tanduk (rinoceros).” Tidak seperti unicorn, seekor badak menjadi masuk akal dalam ayat Kitab Suci ini, badak dikenal sebagai binatang yang sangat buas yang tidak bisa dijinakkan.
Supaya konsisten dengan bahasa aslinya dan juga untuk menghindari kebingungan dengan konsep abad pertengahan tentang unicorn, kebanyakan terjemahan Alkitab modern menjadikan kata Ibrani dalam ayat-ayat itu sebagai “lembu liar” bukan “unicorn” ataupun “bertanduk satu.”
Tapi bagaimana dengan naga?
Dalam beberapa bagian Alkitab, kata naga digunakan secara kiasan yang merujuk pada Iblis (Wahyu 20:2), bahkan juga kepada manusia seperti Firaun dari Mesir (Yehezkiel 29:3 KJV, RSVCE, ESV). Namun dalam ayat lainnya kata “naga” muncul untuk merujuk kepada binatang yang sebenarnya. Dalam Alkitab KJV, dalam Yeremia 10:22 tertulis, “Behold, the noise of the bruit is come, and a great commotion out of the north country, to make the cities of Judah desolate, and a den of dragons.” Dalam Mazmur 91:13 KJV tertulis, “Thou shalt tread upon the lion and adder: the young lion and the dragon shalt thou trample under feet (Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga Mazmur 91:13 TB).”
Dalam ayat-ayat ini, kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai naga adalah tannin, yang bisa berarti ular atau naga. Kata itu berasal dari kata dasar tan yang berarti jakal/serigala. Terjemahan modern biasanya membuat teks berdasarkan asal kata ini karena lebih cocok dengan konteks dari ayat ini. Pertimbangkanlah terjemahan Alkitab Revised Standard Version mengenai Yeremia 10:22 yang senada dengan Alkitab Indonesia Terjemahan Baru, “Behold, it comes!—a great commotion out of the north country to make the cities of Judah a desolation, a lair of jackals (Terdengarlah suatu berita, bunyinya: Kegemparan besar akan datang dari tanah sebelah utara, untuk membuat kota-kota Yehuda menjadi sunyi sepi, menjadi tempat persembunyian serigala-serigala [Alkitab Indonesia TB]).” Jika sebuah kota kuno diluluhlantakkan, kita bisa memastikan bahwa binatang pemakan bangkai seperti jakal akan menghuni tempat itu dan akan makan besar dari mayat-mayat yang tertinggal di tengah kehancuran.
Dalam kasus lain, kata “naga” tampaknya merujuk pada makhluk mitos yang bukan binatang yang sebenarnya seperti kasus binatang jakal di atas. Mazmur 74:13 mengatakan sesuatu tentang Allah, “Engkaulah yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air.” Namun ayat ini bukan berarti bahwa Alkitab mendukung keberadaan naga.
Penggambaran Alkitab tentang makhluk naga yang fantastis mungkin muncul ketika orang-orang kuno seperti orang Israel menemukan fosil dinosaurus. Apa yang mereka tahu dari memeriksa tulang belulang yang digali ini, mereka berpendapat bahwa tulang belulang itu berasal dari binatang buas yang besar dengan gigi yang besar pula. Tidak menjadi masalah dalam diri para penulis Alkitab yang menyampaikan pesan bahwa seberapa besar binatang ini, tidak peduli kapan binatang ini hidup, Allah kita (Yahwe) itu lebih kuat dari binatang itu.
Dalam buku yang berjudul “The Bible Among the Myths,” John Oswalt berpendapat bahwa penulis Kitab Suci menggunakan “kesengajaan mengambil bahasa mitologi untuk tujuan historis dan sastra, bukan untuk mitos itu sendiri.” Dengan perangkat sastra ini tidak berarti bahwa sang penulis menyatakan bahwa naga adalah binatang yang benar-benar ada. Membandingkan Yahwe dengan sesuatu yang fiksi tidak akan menjadi masalah sama seperti orang Kristen saat ini membandingkan Yesus dengan Superman. Mungkin hanya sebagai cara untuk menunjukkan kepada orang-orang yang berpikir bahwa makhluk ini nyata, seperti pengikut dewa Kanaan yang bernama Baal (yang takut akan makhluk seperti naga atau “Lewiatan”), maka Yahwe, Allah yang benar itu mahakuasa dan tidak takut akan binatang-binatang itu, maka para penyembah berhala harus meninggalkan dewa-dewa palsu mereka dan percaya kepada satu-satunya Allah yang benar.
Sumber: “Does the Bible Teach that Unicorns and Dragons Are Real?”
Posted on 23 January 2020, in Apologetika, Kitab Suci and tagged Kitab Suci, Naga, Trent Horn, Unicorn. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0