[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
21 Manfaat Membuat Tanda Salib
Oleh Stephen Beale

Tanda Salib (Sumber: thecatholicherald.net)
Tanda Salib merupakan gerakan sederhana namun juga merupakan ungkapan iman yang mendalam bagi umat Kristen Katolik maupun Ortodoks. Sebagai umat Katolik, itulah yang kita lakukan ketika kita memasuki gereja, memulai dan menutup Misa, sebelum dan sesudah makan, dan setiap kali kita berdoa. Namun apa sebenarnya yang kita lakukan ketika membuat Tanda Salib?
- Berdoa
Ketika kita memulai dan mengakhiri doa-doa kita dengan Tanda Salib, mungkin kita tidak menyadari bahwa Tanda Salib itu adalah doa itu sendiri. Pada intinya, doa adalah “suatu tindakan mengarahkan pikiran kepada Allah” seperti yang dikatakan oleh St. Yohanes dari Damaskus, maka Tanda Salib itu memenuhi syarat dari doa. “Tanda salib adalah doa yang penuh kuasa yang melibatkan Roh Kudus sebagai pendukung dan utusan Ilahi bagi keberhasilan kehidupan Kristen kita, maka Tanda Salib bukan gerakan hampa,” menurut tulisan Bert Ghezzi.
- Membuka diri kita terhadap rahmat
Menurut Ghezzi, sebagai sakramental, Tanda Salib mempersiapkan kita untuk menerima berkat Allah dan menempatkan diri kita untuk bekerja sama dengan kasih karunia-Nya.
- Menguduskan hari kita
Sebagai tindakan yang diulangi terus dalam peristiwa penting kita setiap hari, Tanda Salib itu menguduskan hari kita. “Setiap kita melangkah dan bergerak, setiap kita masuk dan keluar dari suatu tempat, ketika kita mengenakan pakaian dan sepatu kita, ketika kita mendi, ketika duduk di meja makan, ketika kita menyalakan lampu, di sofa, di tempat duduk, dalam semua kebiasaan hidup kita sehari-hari, kita menandai dahi kita dengan tanda itu,” tulis Tertullianus.
- Melakukan komitmen seluruh diri kita kepada Kristus
Dengan menggerakan tangan kita dari dahi ke hati kita dan kemudian ke kedua pundak kita, kita memohon berkat Allah untuk pikiran kita, semangat dan keinginan kita, seluruh tubuh kita. Dalam kata lain, Tanda Salib mengikat kita, tubuh dan jiwa, pikiran dan hati, kepada Kristus (Saya menyampaikan kembali apa yang ditulis oleh Imam Agung Seraphim Slobodskoy dari Gereja Ortodoks Rusia). “Biarkan tanda ini dikenakan di seluruh diri Anda – tubuh, jiwa, batin, kehendak, pikiran, perasaan, perbuatan Anda maupun bukan perbuatan Anda – dan dengan menandainya dengan salib, menguatkan dan menguduskan seluruhnya dalam kekuatan Kristus, atas nama Allah Tritunggal,” menurut Romano Guardini seorang teolog abad ke -20.
- Mengingat kembali Misteri Inkarnasi
Gerakan tangan kita yang turun dari dahi menuju dada “karena Kristus turun dari surga ke bumi,” menurut tulisan Paus Innocentius III dalam petunjuk membuat Tanda Salib. Menyatukan kedua jari – baik ibu jari dengan jari manis atau jari telunjuk – yang juga melambangkan dua kodrat Kristus.
- Mengingat kembali Kisah Sengsara Tuhan
Pada dasarnya, dengan menandai diri kita dengan tanda salib, kita mengingat kembali penyaliban Kristus. Ingatan ini diperdalam lagi jika kita membuka tangan kita, dengan kelima jari untuk membuat Tanda Salib yang melambangkan Lima Luka Kristus.
- Menegaskan Tritunggal
Dengan menyebut nama Allah Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, kita menegaskan iman kita akan Allah Tritunggal. Hal ini juga ditegaskan kembali oleh Paus Innocentius III dengan menggunakan tiga jari untuk membuat Tanda Salib.
- Memusatkan doa-doa kita kepada Allah
Salah satu godaan dalam berdoa adalah menyampaikan doa kita kepada Allah ketika kita memikirkan-Nya, apakah kita menganggap Allah seperti seseorang yang ada di loteng, teman kita, atau jin pengabul keinginan, dan sebagainya. Ketika hal ini terjadi, doa kita berisikan tentang kita bukan perjumpaan dengan Allah yang hidup. Tanda Salib segera memusatkan perhatian kita akan Allah yang sejati, menurut Ghezzi: “Ketika kita mengucapkan Allah Tritunggal, kita memusatkan perhatian kita kepada Allah yang telah menciptakan kita, bukan Allah yang kita buat. Kita mengesampingkan gambaran-gambaran kita, dan menyampaikan doa kita kepada Allah sebagiamana Ia telah mengungkapkan dirinya sebagai: Bapa, Putera, dan Roh Kudus.”
- Menegaskan prosesi Sang Putera dan Roh Kudus
Ketika kita mulai mengangkat tangan kita ke dahi kita, kita mengingat bahwa Bapa adalah pribadi pertama dalam Tritunggal. Dengan menurunkan tangan kita, kita “menyatakan bahwa Sang Putera berasal dari Bapa.” Dan ketika menutup dengan menyebut Roh Kudus, kita menandakan bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putera, sebagaimana dinyatakan oleh St. Fransiskus de Sales.
- Menyatakan iman kita
Dengan meneguhkan keyakinan kita pada misteri Inkarnasi, penyaliban, dan Tritunggal kita semacam membuat pengakuan iman kecil dalam perkataan dan tindakan, menyatakan inti kebenaran syahadat iman kita.
- Memohon kuasa nama Allah
Dalam Kitab Suci, nama Allah membawa kuasa. Dalam Filipi 2:10, St. Paulus memberitahu kita bahwa “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi.” Dan dalam Yohanes 14:13-14, Yesus sendiri berkata, “dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”
- Menyalibkan diri kita dengan Kristus
Siapapun yang ingin mengikutu Yesus “harus menyangkal dirinya” dan “memikul salibnya” sebagaimana dikatakan Yesus kepada para murid-Nya dalam Matius 16:24. “Aku telah disalibkan dengan Kristus,” tulis St. Paulus dalam Galatia 2:19. “Menyatakan Tanda Salib berarti menyatakan kesediaan kita akan keadaan pemuridan kita,” tulis Ghezzi.
- Memohon penyertaan dalam penderitaan kita
Dengan menandai kedua bahu kita dengan Tanda Salib, maka kita memohon kepada Allah “untuk menyertai kita – untuk memikul kita – dalam penderitaan kita,” tulis Ghezzi.
- Menegaskan kembali baptisan kita
Dengan menggunakan rumusan yang sama ketika kita dibaptis, Tanda Salib adalah “meringkas dan penerimaan kembali dari baptisan kita,” menurut Kardinal Joseph Ratzinger.
- Mematahkan kutukan
Tanda Salib mengingatkan kita akan pengampunan dosa dan kebalikan dari Kejatuhan Manusia, menurut de Sales gerakan melewati “sebelah kiri yang berarti kutuk menuju ke kanan yang berarti berkat.” Gerakan dari kiri ke kanan juga menandakan perjalanan kita dari masa sekarang yang sengsara menuju ke kemuliaan di masa yang akan datang sama seperti Kristus “melewati maut menuju ke kehidupan dan dari Dunia Orang Mati (Hades) ke Firdaus,” tulis Paus Innocentius III.
- Membuat kembali diri kita dalam gambar Kristus
Dalam Kolose 3, St. Paulus menggunakan gambaran tentang pakaian untuk menjelaskan betapa berdosanya kodrat kita yang diubah dalam Kristus. Kita melepaskan diri kita yang lama dan mengenakan “manusia baru … menurut gambar Khaliknya,” kata St. Paulus. Para Bapa Greja melihat adanya hubungan antara ayat ini dengan Kristus yang ditelanjangi ketika penyaliban, “mengajarkan bahwa melepaskan sifat buruk kita dalam pembaptisan dan mengenakan yang baru adalah keikutsertaan kita dalam penelanjangan Kristus ketika penyaliban-Nya,” tulis Ghezzi. Ghezzi juga menyimpulkan bahwa kita bisa melihat bahwa Tanda Salib sebagai “cara kita ikut ambil bagian dalam ketelanjangan Kristus dalam penyaliban dan mengenakan kemuliaan dalam kebangkitan-Nya.” Maka, dengan membuat Tanda Salib, kita seutuhnya menyatakan diri kita sendiri dengan keseluruhan peristiwa penyaliban – bukan hanya pada bagian-bagian yang bisa kita terima atau yang cocok dengan keinginan kita.
- Menandai diri kita bagi Kristus
Menurut Ghezzi, dalam bahasa Yunani kuno, kata untuk menandai adalah “sphragis”, yang juga berarti tanda kepemilikian. “Contohnya, seorang gembala menandai domba-dombanya sebagai kepunyaannya dengan tanda yang disebut sphragis,” tulis Ghezzi. Dalam membuat Tanda Salib, kita menandari diri kita sebai milik Kristus, Sang Gembala sejati kita.
- Menjadi prajurit Kristus
Menurut Ghezzi, sphragis juga istilah untuk nama seorang jendral yang akan ditato pada para prajuritnya. Hal ini juga menjadi metafora yang tepat juga untuk kehidupan seorang Kristen: sementara itu kita bisa membandingkan dengan domba dalam arti mengikuti Kristus sebagai gembala kita, kita tidak dipanggil untuk menjadi orang yang bodoh. Sebagaimana St. Paulus tulis dalam Efesus 6, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. … dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah.”
- Menangkal roh jahat
Tanda Salib adalah salah satu senjata dahsyat yang digunakan dalam pertempuran dengan roh jahat. Seperti yang dikatakan seorang pengkhotbah bernama Aelfric yang berseru, “Seseorang dapat melambai-lambaikan tangannya tentang kegagahannya tanpa membuat suatu berkat apapun kecuali dia membuat tanda salib. Namun, jika dia melakukannya, setan akan ketakutan oleh karena tanda kemenangan itu.” Ada juga pernyataan lainnya, oleh St. Yohanes Krisostomus, dikatakan bahwa dengan Tanda Salib, setan “pergi tunggang langgang” ketakutan terhadap gada yang akan dipukulkan kepada mereka (Sumber: Catholic Encyclopedia).
- Memateraikan diri kita dalam Roh
Dalam Perjanjian Baru, kata sphragis, seperti yang sudah disebutkan di atas, kadang-kadang diterjemahkan juga sebagai materai, seperti dalam 2 Korintus 1:22, di mana St. Paulus menulis bahwa, “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.” Dalam membuat Tanda Salib, sekali lagi kita menandai diri kita sendiri dengan Roh, memohon penyertaan-Nya yang penuh kuasa dalam hidup kita.
- Memberikan kesaksian bagi orang lain
Ketika membuat gerakan itu di ruang publik, Tanda Salib adalah cara yang sederhana untuk memberikan kesaksian akan iman kita kepada orang lain. “Janganlah kita malu untuk mengakui Penyaliban. Jadikanlah salib sebagai materai kita yang dibuat dengan jari kita di atas alis kita dengan penuh keberanian; di atas roti yang kita makan, dan di cangkir yang kita gunakan; ketika memasuki dan keluar dari suatu tempat; sebelum kita tidur, ketika kita berbaring dan ketika kita bangun; ketika kita dalam perjalanan, dan ketika kita diam,” tulis St. Sirilius dari Yerusalem.
Posted on 31 July 2019, in Kenali Imanmu and tagged Bapa, Doa, Doa Dasar, Roh Kudus, Signum Crucis, Tritunggal, Yesus Kristus. Bookmark the permalink. 1 Comment.
Pingback: Apakah Misa Katolik itu Alkitabiah? | Terang Iman