[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Santo Laurent-Marie-Joseph Imbert

Santo Laurent Marie Joseph Imbert, M.E.P. (Sumber: wikipedia.org)
Uskup Imbert (1797-1839) lahir di Perancis pada tanggal 15 April 1797. Ia bergabung dengan Serikat Misi Paris (Paris Foreign Missions Society / Société des Missions étrangères de Paris disingkat menjadi M.E.P.) pada tahun 1819, dan pada tahun berikutnya, ia meninggalkan Paris untuk pergi ke Szechuan di Tiongkok. Kemudian ia menjadi penanggung jawab seminari di sana.
Ia dinobatkan menjadi Vikaris Apostolik Korea pada usia 41 tahun. Pada tahun 1837, ia memimpin orang Katolik Korea dan berhasil menyebrangi Sungai Yalu setelah melalui berbagai kesulitan dan tantangan. Tiga belas hari kemudian, rombongannya tiba di Seoul. Ia adalah uskup pertama yang menginjakkan kakinya di negeri itu, enam tahun setelah pendirian Vikariat Apostolik Korea dan 52 tahun setelah pendirian Gereja Katolik di Korea. Setiap orang dapat dengan mudah membayangkan betapa bahagianya umat Katolik pada waktu itu.
Ia berjumpa dengan dua orang imam dari Perancis, Pastor Maubant dan Pastor Chastan. Mereka bekerja keras di suatu negeri yang asing dan tidak mereka kenali. Pada waktu misionaris pertama (Pastor Maubant) memulai karyanya di Korea pada tahun 1836, jumlah umat Katolik ada sekitar 6.000 orang. Pada tahun 1839, jumlah umat Katolik mencapai 9.000 orang.
Uskup Imbert berusaha melarikan diri dari penganiayaan, dan pada tahun 1839 ia bersembunyi di Suwon dengan bantuan Andreas Son.
Kenyataan yang terjadi pada waktu itu, bahwa misionaris dari Perancis yang ada di negara itu sudah diketahui secara umum oleh setiap orang, karena ada beberapa informan yang menyebarkan berita itu.
Seorang pengkhianat bernama Kim Yo-sang berjanji kepada para pejabat pemerintahan bahwa ia akan menangkap para misionaris Perancis jika diberi beberapa orang polisi untuk membantunya. Para pejabat pemerintahan itu memberikan polisi seperti yang ia minta.
Kim Yo-sang mendekati seorang petani Katolik yang polos kemudian ia membohongi petani itu bahwa ada beberapa orang Katolik terpelajar di Seoul telah membujuk para pejabat pemerintahan untuk menerima iman Katolik. Ia berkata bahwa pejabat pemerintahan dan bahkan beberapa menteri dengan jabatan tinggi sudah memutuskan untuk menjadi Katolik. Lebih lanjut ia memberi masukan supaya para misionaris Perancis sebaiknya pergi ke Seoul untuk mempertobatkan orang-orang pemerintahan itu.
Orang Katolik yang sederhana itu diperdaya oleh Kim Yo-sang, dan membawa sekelompok pria itu ke rumah Andreas di mana Uskup Imbert bersembunyi. Orang Katolik itu datang mendahului polisi dan memberitahukan kepada Uskup apa yang ia dengar dari Kim Yo-sang. Uskup tahu kalau orang Katolik itu telah dibohongi. Namun, uskup tidak melarikan diri tetapi memutuskan untuk menyerahkan dirinya kepada polisi untuk menghindari masalah demi umatnya.
Pada tanggal 10 Agustus 1839, pada pesta St. Laurensius yang menjadi santo pelindungnya, Uskup Imbert menyerahkan dirinya kepada polisi dan ia dibawa ke penjara di Seoul. Ia diinterogasi oleh seorang pejabat Korea. Pejabat itu memaksanya supaya menyangkal Allah, namun ia dengan keras menolak untuk melakukannya. Oleh karena itu, Uskup Imbert dijatuhi hukuman mati dan ia dipenggal di Saenamteo pada tanggal 21 September 1839. Pada waktu itu, ia berusia 43 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Gunung Samseongsan, dan kemudian dipindahkan ke ruang bawah tanah (yang berada di bawah altar utama) di Katedral Myeongdong.
Sumber: cbck.or.kr
Posted on 14 April 2016, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus, Prancis. Bookmark the permalink. 23 Comments.
Pingback: Santo Pierre-Philibert Maubant | Terang Iman
Pingback: Santo Jacques-Honoré Chastan | Terang Iman
Pingback: Santo Agustinus Yu Chin-gil | Terang Iman
Pingback: Santo Karolus Cho Shin-chol | Terang Iman
Pingback: Santa Katarina Yi | Terang Iman
Pingback: Santa Magdalena Cho | Terang Iman
Pingback: Santa Barbara Cho Chung-i | Terang Iman
Pingback: Santa Elisabeth Chong Chong-hye | Terang Iman
Pingback: Santo Paulus Chong Ha-sang | Terang Iman
Pingback: Santa Magdalena Yi Yong-dog | Terang Iman
Pingback: Santa Teresia Kim | Terang Iman
Pingback: Santo Andreas Chong Hwa-gyong | Terang Iman
Pingback: Santo Agustinus Pak Chong-won | Terang Iman
Pingback: Santa Agatha Yi Kyong-i | Terang Iman
Pingback: Santo Yohanes Yi Mun-u | Terang Iman
Pingback: Santo Karolus Hyon Song-mun | Terang Iman
Pingback: Santo Laurensius Han I-hyong | Terang Iman
Pingback: Santo Markus Chong Ui-bae | Terang Iman
Pingback: Santo Damianus Nam Myong-hyok | Terang Iman
Pingback: Santo Petrus Kwon Tug-in | Terang Iman
Pingback: Santa Barbara Kwon Hui | Terang Iman
Pingback: Santa Maria Yi Yon-hui | Terang Iman
Pingback: Santo Fransiskus Choe Kyong-hwan | Terang Iman